Anda di halaman 1dari 48

REFERAT

INFEKSI VIRUS PADA


KULIT

DISUSUN OLEH :
Anita Akbarisma
112016403
Ferdy Bahasuan
112017096

PEMBIMBING :
dr. Prasti Adhi Dharmasanti, Sp. KK
MOLUSKUM CONTANGIOSUM

Definisi

Moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus DNA genus Molluscipox. Pada individu sehat dapat sembuh spontan
setelah beberapa bulan. Namun, kadang menetap sampai 2 bulan atau lebih.

Epidemiologi

Penyakit ini terutama menyerang anak, kadang-kadang juga orang dewasa, dan pasien dengan imunokompremais. Jika pada
orang dewasa digolongkan pada penyakit infeksi menular seksual (IMS). Transmisinya melalui kontak langsung, otoinokulasi,
atau melalui benda yang terkontaminasi, misalnya handuk, baju, kolam renang, dan mainan.
Etiopatogenesis
Virus moluskum tergolong Virus DNA genus Molluscipox, ditemukan 4 subtipe dan tipe 1 dianggap dapat menyerang
individu yang imunokompeten. Masa inkubasi antara 2-8 minggu

Gejala Klinis

Lokasi penyakit ini yaitu di daerah wajah, leher, ketiak, badan, dan ekstremitas (jarang di telapak tangan atau telapak kaki),
sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.
Kelainan kulit berupa papul berbentuk bulat mirip kubah, berukuran miliar sampai lentikular dan berwarna putih dan berkilat
seperti lilin. Papul tersebut setelah beberapa lama membesar kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle).
Laboratorium dan Histopatologik

Virus dapat dideteksi dengan pemeriksaan PCR, pada pemeriksaan histopatologik di daerah epidermis dapat ditemukan
badan moluskum (intracytoplasmic inclusion body) yang mengandung partikel virus. Badan inklusi tersebut dinamakan
Henderson-Paterson bodies. Badan moluskum juga dapat dlihat dengan pulasan gram, wright, atau giemsa.

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Morfologi klinis yang khas berupa papul bulat, keras, berkilat mirip lilin dan permukaan dapat disetai delle. Biasanya tanpa
inflamasi.
Klinis mudah dibedakan dengan milia, folikulitis, dan lesi awal varisela.
Tatalaksana

Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan masa yang mengandung badan moluskum. Untuk mengeluarkan massa tersebut,
dapat dipakai alat, antara lain ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain yang dapat digunakan adalah
elektrokuterisasi atau bedah beku dengan CO2, dan N2. Sebelum tindakan dapat diberikan anastetik lokal, misalnya krim
yang mengandung lidokain/prilokain

Terapi lain yang dapat dipakai adalah golongan keratolitik topikal, misalnya tretinoin, bbichlorocetic acid, atau
trichloroacetic acid, dan asam salisililat.
Pencegahan

Pasien diminta menjaga kebersihan diri, tidak saling meminjam alat mandi, misalnya handuk, pakaian, dan mainan.
Mencegah kontak fisik sesama teman, dan selama sakit dilarang berenang
VARIOLA

Definisi

Variola ialah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk, dapat menyebabkan kematian, efluoresensinya bersifat
monomorf terutama pada perifer tubuh.

Epidemiologi

Penyebaran penyakit ini kosmopolit tetapi pada daerah tertentu memberi insidens yang tinggi, misalnya di Amerika tengah
dan Selatan. Dengan vaksinasi yang teratur dan terorganisasi baik, maka insidens akan jauh menurun.
Etiologi

Penyebab variola ialah virus poks (pox virus variolae). Dikenal 2 tipe virus yang hampir identik, tetapi menyebabkan 2 tipe
variola, yaitu variola mayor dan variola minor (alastrim). Perbedaan kedua tipe virus tersebut adalah bahwa viru yang
menyebabkan variola mayor bila diinokulasikan pada membran korioalantoik tumbuh pada suhu 38-38,5 derajat celcius,
sedangkan yang menyebabkan variola minor tumbuh dibawah 38 derajat celcius. Virus ini sangat stabil pada suhu ruangan,
sehingga dapat hidup di luar tubuh selama berbulan-bulan.
Secara aerogen karna virus
banyak di sal. Prenafasan Masuk ke dalam darah.
Virus multipikasi dalam
atas dan juga bisa lewat Melepaskan diri dari
system retikuloendotelial
kontak baju lapisan dermis ke sel
epidermis

Membentuk badan
inklusi intrasitoplasma
yang terletak di inti sel
Gejala Klinis
Inkubasinya 2-3 minggu, terdapat 4 stadium
• stadium inkubasi erupsi (prodromal)
terdapat nyeri kepala, nyeri tulang, dan sendi. Disertai demam tinggi, menggigil, lemas dan muntah-muntah, yang berlangsung selama 3-4
hari.
• stadium makulopapular
timbul banyak makula eritomatosa yang cepat menjadi papul, terutama di wajah dan ekstremitas, termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
Pada stadium ini suhu tubuh normal kembali, penderita merasa sehat dan tidak timbul lesi baru.
• stadium vesikulo-pustulosa
dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel yang kemudian menjadi pustul dan pada saat ini suhu tubuh meningkat lagi. Pada kelainan tersebut
timbul umbilikasi.
• stadium resolusi
stadium ini berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul krusta dan suhu tubuh mulai menurun. Kemudian krusta terlepas dan meninggalkan
sikatriks yang atrofi. Kadang-kadang dapat timbul perdarahan yang disebabkan depresi hemtopoetik dan disebut sebagai black variola yang
sering fatal.
Pengobatan

Penderita harus dikarantinakan. Sistemik dapat diberikan obat antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya isoprinosin,
dan interferon, dapat pula diberikan globulin gama. Kecuali itu obat yang berrsifat simtomatik, misalnya
analgetik/antipiretik. Diawasi pula kemungkinan timbulnya infeksi sekunder, mupun infeksi nosokomial, serta cairan tubuh
dan elektrolit. Jika di mulut masih terdapat lesi, diberikan makanan lunak. Pengobatan topikal bersifat penunjang, misalnya
kompres dengan antiseptik atau salap antibiotik

Komplikasi

Komplikasinya ialah bronko pneumonia, infeksi kulit sekunder (furunkel, impetigo dan sebagainya), ulkus kornea, ensefalitis,
efluvium, dan telogen dalam waktu 3-4 bulan.
Varisela

Definisi

Infeksi akut primer oleh virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, manifestasi klinis didahului gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Sinonim : cacar air, chicken pox.

Epidemiologi

Varisela tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak (90%)m tetapi dapat juga menyerang orang dewasa (2%), sisanya
menyerang kelompok tertentu. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari
timbulnya gejala kulit.
Berbeda dengan varisela, meskipun virusnya sama VVZ, namun herpes zoster jarang mengenai anak-anak. Morbiditas
meningkat seiring bertamahnya usia. Bilal ditemukan herpes zoster pada anak, sebaiknya dicurigai kemungkinan pasien tersebut
imunokompremais.
Etiopatogenesis

Penyebab varisela adalah virus varisela zoster (VVZ). Penamaan tersebut memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini
menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster

VVZ masuk ke
Virus bermultiplikasi mengakibatkan viremia primer,
dalam tubuh melalui
di tempat masuk (port ditandai oleh timbulnya erupsi
mukosa saluran
d’entree), menyebar varisela, terutama di bagian
napas atas dan
melalui pembuluh sentral tubuh dan di bagian
orofaring
darah dan limfe perifer lebih ringan

Setelah erupsi kulit dan mukosa, virus masuuk ke ujung saraf sensorik kemudian menjadi laten di
ganglion dorsalis posterior. Pada suatu saat, bila terjadi reaktivasi VVZ, dapat terjadi manifestasi
herpes zoster, sesuai deematom yang terkena.
Gejala Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Gejala klinis dimulai dengan gejala prodormal, yakni demam
yang tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri kepala. Kemudia disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa
yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas mirip tetesan embun (tear drops) di
atas dasar yang eritematosa. Vesikel akan berubah menjadi keruh menyerupai pustul dan kemudian menjadi krusta.
Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel baru sehingga pada satu saat tampak gambaran polimorfi.

Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital, sedangkan infeksi yang
terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela kongenital pada neonatus
Diagnosis

Diagnosis varisela ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala prodormal, rasa gatal, dan manifestasi klinis sesuai tempat
predileksi dan morfologi yang khas varisela

Diagnosis Banding

Harus dibedakan dengan variola (walaupun saat ini sudah sangat jarang). Variola secara klinis lebih berat dan memberi
gambaran monomorf, penyebaran dimulai dari bagian akral tubuh yakni telapak tangan dan telapak kaki.
Beberapa penyakit lain yang mirip adalah reaksi hipersensitivitas gigitan serangg (insect bites), Hand, foot and mouth disease
serta Pityriasis lichenonides et varioliformis acuta (PLEVA), skabies impetigesinata)
Tatalaksana

Pengobatan bersifat simptomatik dengan antipiretik dan analgesik, untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedatif,
atau anthistamin yang mempunyai efek sedatif

Status Dosis asiklovir

Bayi / anak 10-20mg/KgBB/hari; dosis terbagi 4-5 x 20 mg/KgBB/kali (maks


800 mg/kali) selama 7 hari

Dewasa Asiklovir 5 x 800 mg /hari selama 7 hari, atau


Vasiklovir 3 x 1 gram/hari selama 7 hari
Famsiklovir 3x 250 mg/hari selama 7 hari

Imunokompremais Asiklovir 10 mg/KgBB, intravena atau iv drip 3x sehari minimal


10 hari, atau
Asiklovir 5 x 800 mg/hari/oral minimal 10 hari, atau
Valasiklovir 3 x 1 gram/ hari minimal 10 hari, atau
Famsiklovir 3 x 500 ng/hari selama minimal 10 hari
Pencegahan dengan Vaksinasi

varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka serokonversi mencapai 97-99%. Diberikan pada yang berumur
12 bulan atau lebih. Lama proteksi belum diketahui pasti. Meskipun demikian, vaksinasi ulangan dapat diberikan setelah
4-6 tahun.
Pemberian secara subkutan sebesar 0,5 ml pada anak berusia 12 bulan sampai 12 tahun. Pada usia diatas 12 tahun juga
diberikan 0,5 ml, setelah 4-8 minggu diulang dengan dosis yang sama.
Herpes Zoster

Definisi

Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi vesikular berkelompok dengan dasar
eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan
manifestasi reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela zoster didalam neuron ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion
saraf kranialis atau ganglioin saraf dan kulit dengan segmen yang sama.
Etiopatogenesis

Hope Simpson, 1965, mengajukan hipotesis bahwa imunitas terhadap varisela zoster virus berperan dalam patogenesis herpes
zoster terutama iunitas selulernya. Mengikuti infeksi primer virus barisela-zoster, partikel virus dapat tetap tinggal di dalam
ganglion saraf spinalis, kranialis, atau otonom selama tahunan. Pada saat respons imunitas selular dan titer antibodi spesifik
terhadap virus varisela-zoster menurun (misal karena umur, atau penyakit imunosupresif) sampai tidak lagi efektif mencegah
infeksi virus, maka partikel virus varisela-zoster yang laten tersebut mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yang
terlokalisata didalam satu dermatom.
Gejala Klinis

Herpes zoster dapat dimulai dengan timbulnya gejala prodormal berupa sensasi abnormal atau nyeri otot lokal, nyeri tulang,
pegal, parastesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar dari ringan sampai berat. Dapat juga dijumpai gejala konstitusi
misalnya nyeri kepala, malaise, dan demam. Gejala prodormal dapat berlangsung beberapa hari (1-10 hari, rata-rata 2 hari

Setelah awitan gejala prodormal, timbul erupsi kulit yang biasanya gatal atau nyeri terlokalisata (terbatas di satu dermatom)
berupa makula kemerahan. Kemudian berkembang menjadi papul, vesikel jernih berkelompok selama 3-5 hari. Selanjutnya isi
vesikel menjadi keruh dan akhirnya pecah menjadi krusta (berlangsung selama 7-10 hari). Erupsi kulit mengalami involusi
setelah 2-4 minggu.
Dikenal beberapa variasi klinis herpes zoster antara lain :

• Zoster sine herpete bila terjadi nyeri segmental yang tidak diikuti dengan erupsi kulit.
• Herpes zoster abortif bila erupsi kulit hanya berupa eritema dengan atau tanpa vesikul yang langsung mengalami resolusi
sehingga perjalanan penyakitnya berlangsung singkat.
• Herpes zoster aberans bila erupsi kulitnya melalui garis tengah

Bila virusnya menyerang nervus fasialis dan nervus auditoris, terjadi sindrom Ramsay-Hunt yaitu erupsi kulit timbul di liang
telinga luar atau membran timpani disertai paresis fasialis, gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah,
tinitus, vertigo dan tuli
Diagnosis

Diagnosis penyakit herpes zoster sangat jelas, karena gambaran klinisnya memiliki karakteristik tersendiri. Untuk kasus-
kasus yang tidak jelas, deteksi antigen atau nucleus acid varicella zoster virus , isolasi virus dan sediaan hapus lesi atau
pemeriksaan antibodi IgM spesifik diperlukan. Pemeriksaan dengan teknik polymerasi chain reaction (PCR) merupakan
tes diagnostik yng paling sensitif dan spesifik (dapat mendeteksi DNA virus varisela zoster dari cairan vesikel).

Diagnosis Banding

Herpes zoster awal dapat didiagnosis banding dengan dermatitis venenata atau dermatitis kontak. Herpes zoster yang
timbul di daerah genitalia mirip dengan herpes simpleks, sedangkan herpes zoster diseminata dapat mirip dengan varisela.
Pengobatan
Prinsip dasar pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan nyeri secepat mungkin dengan cara membatasi replikasi
virus, sehingga mengurangi kerusakan saraf lebih lanjut.
Sistemik :
1. Obat Antivirus
Antivirus terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster dan derajat keparahan nyeri akut. Obat yang biasa digunakan
ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan famsiklovir

Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari

Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari
selama 7 hari
Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini mungkin untuk
mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu
dosis diturunkan secara bertaha
Komplikasi

Neuralgia pasca herpetic


Neuralgia pasca herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Neuralgia ini dapat
berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40
tahun, persentasenya 10 – 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin
tinggi persentasenya.

Sindrom Ramsay Hunt


Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis
otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
Herpes Simpleks

Definisi

Herpes simpleks merupakan infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya kecendurangan
untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus – yaitu virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2 pada umumnya menimbulkan
gejala klinis yang berbeda, tergantung pada jalan masuknya.Dapat menyerang alat-alat genital atau mukosa mulut.
Etiologi

Penyebab infeksi adalah virus herpes simpleks termasuk dalam famili herpesviridae, subfamili alphaherpesvirinae.HSV
tipe I dan tipe II dapat dibedakan secara imunologis (terutama kalau digunakan antibody spesifik atau antibody
monoclonal). Dan HSV tipe 1 dan tipe 2 juga berbeda kalau dilihat dari pola pertumbuhan dari virus tersebut pada kultur
sel, embryo telur dan pada binatang percobaan.

Kontak dengan virus HSV 1 pada saliva dari carrier mungkin cara yang paling penting dalam penyebaran penyakit ini.
Infeksi dapat terjadi melalui perantaraan petugas pelayanan kesehatan (seperti dokter gigi) yaitu dari pasien HSV
mengakibatkan lesi herpes bernanah (herpetic whitlow). Penularan HSV2 biasanya melalui hubungan seksual. Kedua tipe
baik tipe 1 dan tipe 2 mungkin ditularkan keberbagai lokasi dalam tubuh melalui kontak oral-genital, oral-anal, atau anal-
genital. Penularan kepada neonatus biasanya terjadi melalui jalan lahir yang terinfeksi, jarang terjadi didalam uterus atau
postpartum.
Masa Inkubasi

Masa inkubasi berlangsung dari 2 sampai dengan 12 hari.

Masa Penularan

HSV dapat diisolasi dalam 2 minggu dan kadang-kadang lebih dari 7 minggu setelah muncul stomatitis primer atau muncul
lesi genital primer. Keduanya, yaitu baik infeksi primer maupun infeksi ulang mungkin terjadi tanpa gejala. Setelah itu, HSV
mungkin ditemukan secara intermittent pada mukosal selama bertahun-tahun dan bahkan mungkin seumur hidup, dengan atau
tanpa gejala klinis. Pada lesi yang berulang, infektivitis lebih pendek dibandingkan infeksi primer dan biasanya virus tidak
bisa ditemukan lagi setelah 5 hari.
Gejala klinis

Infeksi primer dengan HSV 1 mungkin ringan tanpa gejala, terjadi pada awal masa kanak-kanak. Kira-kira 10% dari
infeksi primer, muncul sebagai suatu penyakit dengan spektrum gejala klinis yang beragam, ditandai dengan panas dan
malaise sampai 1 minggu atau lebih, mungkin disertai dengan gingivostomatitis yang berat diikuti dengan lesi vesikuler
pada orofaring, keratokonjungtivitis berat, dan disertai munculnya gejala dan komplikasi kulit menyerupai eczema
kronis, meningoencephalitis atau beberapa infeksi fatal yang terjadi pada bayi baru lahir (kongenital herpes simpleks).
HSV tipe 1 sebagai penyebab sekitar 2% faringotonsilitis akut, biasanya sebagai infeksi primer.
Genital herpes, biasanya disebabkan oleh HSV tipe II terjadi terutama pada orang dewasa dan penderita penyakit
menular seksual. Infeksi pertama dan infeksi ulang terjadi dengan atau tanpa gejala. Pada wanita terjadi pada cervix
dan vulva. Infeksi ulang umumnya menyerang vulva,kulit daerah perineum, kaki dan pantat. Pada laki-laki, lesi muncul
pada glans penis atau daerah preputium, dan pada anus dan rektum pada orang yang melakukan anal seks
Diagnosa dan pemeriksaan penunjang

Diagnosa ditegakkan berdasarkan terjadinya perubahan sitologis yang khas (multinucleated giant cell dengan
intranuclear inclusion pada kerokan jaringan atau biopsi), tetapi harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan FA secara
langsung atau dengan isolasi virus dari lesi mulut atau lesi alat kelamin atau dari biopsi otak pada kasus-kasus
encephalitis atau dengan ditemukannya DNA HSV pada lesi atau cairan LCS dengan PCR. Diagnosis pada infeksi primer
dipastikan dengan adanya kenaikan 4 kali pada titer paired sera dengan berbagai macam tes serologis; adanya
imunoglobulin spesifik IgM untuk herpes mengarah pada suspek tetapi antibodi konklusif terhadap infeksi primer
Terapi

Gejala akut dari herpetic keratitis dan stadium awal dendritic ulcers diobati dengan trifluridin atau adenine arabisonide
(vidarabine, via-A® atau Ara-A®) dalam bentuk ophthalmic ointment atau solution.

Acyclovir (zovirax®) digunakan secara oral, intravena atau topical untuk mengurangi menyebarnya virus,
mengurangi rasa sakit dan mempercepat waktu penyembuhan pada infeksi genital primer dan infeksi herpes berulang,
rectal herpes dan herpetic whitlow (lesi pada sudut mulut bernanah
Upaya Pencegahan

1. Berikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat dan tentang kebersihan perorangan yang bertujuan untuk
mengurangi perpindahan bahan-bahan infeksius.
2. Mencegah kontaminasi kulit dengan penderita eksim melalui bahan-bahan infeksius.
3. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan pada saat berhubungan langsung dengan lesi yang berpotensi
untuk menular.
4. Menggunakan kondom lateks saat melakukan hubungan seksual mengurangi risiko infeksi; belum ada anti virus
yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi primer meskipun acyclovir mungkin dapat digunakan
untuk pencegahan untuk menurunkan insidensi kekambuhan, dan untuk mencegah infeksi herpes pada pasien
dengan defisiensi imunitas
Veruka Vulgaris

Definisi

Veruka Vulgaris (VV) adalah papul verukosa yang disebabkkan oleh infeksi virus human papilloma virus (HPV). Sinonim :
Common Warts, kutil.

Epidemiologi

VV dapat timbul pada segala usia, tetapi jarang pada bayi dan anak kecil. Kelainan meningkat selama umur sekolah dan
menurun setelah umur 20 tahun.

Etiopatogenesis

Penyebab VV terutama HPV 2, tetapi dapat juga HPV 1 dan 4. VV dapat menyebar karena autoinokulasi dan dalam masa 2
tahun 65% VV dapat menghilang dengan spontan
Gambaran Klinis

Pemeriksaan klinis menunjukan papul padar verukosa, keratotik, dengan ukuran beberapa mm sampai dengan 1 cm, dan
bila berkonfluensi dapat menjadi lebih besar. Lokasi dapat dimana saja, tetapi sering di punggung, tangan, dan jari
tangan. Biasanya asimptomatik, tetapi dapat nyeri bila tumbuh di palmar atau plantar dan merusak kuku bila tumbuh
pada lipatan atau bawah kuku. Pada anak-anak, dapat di wajah dan leher
Pemeriksaan Penunjang

Biopsi kulit bila perlu untuk pemeriksaan histopatologis yang akan menunjukan adanya akantosis, hiperkeratosis,
papilomatosis, dan rete ridges memanjang mengarah ke medial

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis ditegakan dengan gambaran klinis dan bila perlu ditambah dengan pemeriksaan histopatologis.
Diagnosis banding ialah keratosis seboroik, tetapi keratosis seboroik lebih hiperpigmentasi. Diagnosis banding lain ialah
nervus verukosus, biasanya tersusun linier dan ada sejak bayi.
Tatalaksana

Nonmedikamentosa: menjaga higiene perorangan supaya tidak tertular, misalnya dengan menghindari kontak
langsung
Medikamentosa: destruksi dengan bedah listrik, bedah beku, bedah laser, destruksi dengan bedah keratolitik, kaustik,
atau lainnya secara topikal, misalny asidum salisikum 25-50%, triklorasetat 25%, fenoll liquefaktum. Bahan topikal
lain yang dapat digunakan adalah kantaridin, imiquimoid, 5 fluorourasil. Terapi intralesi dapat menggunakan
bleomisin dan interferon.
Prognosis

Bila destruksi baik, tidak terjadi rekurensi. Akan tetapi dapat juga terjadi infeksi berulang atau
regresi spontan.
Kondiloma Akuminatum

Definisi
Kondiloma akuminatum (bila banyak disebut sebagai kondiloma akuminata), atau kutil kelamin (venereal warts) ialah lesi
berbentuk papilomatosis, dengan permukaan verukuosa, disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu
(terutama tipe 6 dan 11), terdapat di daerah kelamin atau anus.

Epidemiologi

Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual, karena 98% penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat
ditularkan melalui barang yang tercemar partikel HPV. Frekuensinya pada laki-laki dan perempuan sama. Tersebar
kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.
Etiologi

Penyebab kondiloma akuminatujm adalah HPV, yaitu virus DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai
saat ini telah dikenal sekitar 100 genotipe HPV. Namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminatum.
Gejala Klinis

Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya daerah genitalia eksterna. Pada laki-laki tempat
predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, di dalam meatus ureta, korpus, dan pangkal penis.
Pada perempuan didaerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada portio uteri. Dengan semakin
banyaknya kejadian hubungan seksual anogenital, semakin banyak pula ditemukan kondiloma akuminatum di sekitar anus.
Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang kol, berwarna seperti daging atau sama
dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kutil dapat bergabung
menjadi massa yang besar

Bentuk lain berupa lesi keratotik, dengan permukaan


kasar dan tebal, biasanya ditemukan di atas permukaan
yang kering, misalnya batang penis. Lesi timbul sebagai
papul atau plak verukosa atau keratotik, soliter, atau
multipel
Diagnosis

Kondiloma akuminatum terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya yang khas. Pada keadaan yang meragukan
dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan kulit atau mukosa sekitarnya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh area yang dibungkus tadi diperiksa
dengan kaca pembesar (pembesaran 4-8 kali). Hasil tes yang positif disebut sebagai positif acetowhite, terjadi warna putih
akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi HPV

Diagnosis Banding

1. Veruka vulgaris yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu – abu atau sama dengan warna kulit.
2. Kondiloma latum atau sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosi,
3. Karsinoma sel skuamosa vegetasi yang seperti kembang kol mudah berdarah dan berbau.
Pengobatan
Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi, yaitu jumlah, ukuran dan bentuk serta lokasi. Cara pengobatan dapat dibagi atas
pengobatan yang dilakukan oleh pasien (home-patient-applied treatment) dan pengobatan oleh dokter (physician-applied
treatment).
Kemoterapi :
A. Podophylin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan beberapa senyawa sitotoksik yang rasionya tidak
dapat dirubah. Podophylino yang paling aktif adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai konsentrasi 10
– 25 % dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan parafin cair.yang digunakan adalah tingtur podofilin 25 %, kulit di
sekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi setelah 4 – 6 jam dicuci

B. Podofilytocin
Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia sebanyak 0,5 % dalam larutan eatnol. Ini merupakan agen
anti mitotis dan tidak disarankan untuk penggunaan pada masa kehamiolan atau menysui, jenis ini lebih aman
dibandingkan podophylin apilkasi mandiri dapat diperbolehkan pada kasus – kasus keluhan yang sesuai
Terapi pembedahan

A. Kuret atau Kauter (Elektrokauterisasi)


Kuret atau Kauter (Elektrokauterisasi) dengan kondisi anastesi lokal dapat digunakan untuk pengobatan kutil yang resister
terhadap perlakuan topikal munculnya bekas luka parut adalah salah satu kekurangan metode ini.

B. Bedah Beku ( N2, N2O cair )

C. Laser
Laser karbodioksida efektif digunakan untuk memusnahkan beberapa kutil – kutil yang sulit. Tidak terdapat kekawatiran
mengenai ketidakefektifan karbondioksida yang dibangkitkan selama prosedur selesai, sedikit meninggalkan jaringan
parut.
Prognosis

Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Perbaiki faktor predisposisi misalnya higiene, fluor
albus, atau kelembaban pada laki-laki akibat tidak di sirkumsisi, atau keadaan imunosupresi

Anda mungkin juga menyukai