NYERI
Nyeri Isu global
WHO 2004 :
“Bebas Nyeri sebagai Hak Asasi Manusia”
(Pain Relief Should Be A Human Right)
Nyeri Isu global
• Pulse (nadi)
• Blood pressure Pain:
(tekanan darah) The Fifth
Vital Sign™
• Temperature (suhu)
• Respiratory rate (nilai
pernapasan)
•American Pain Society (APS) has redefined PAIN as the 5th vital sign
•Health care professional has to assess patients for pain every time
NYERI MENJADI HAL YANG SANGAT PENTING
komponen sensorik
komponen emosional
SIFAT NYERI :
• Menurut Mahon (1994) :
– Nyeri bersifat individu
– Tidak menyenangkan
– Merupakan suatu kekuatan yg
mendominasi
– Bersifat tidak berkesudahan
FISIOLOGI NYERI :
pembebasan pembentukan
Stimulasi
nosiseptor
NYERI
STIMULUS NYERI
1. Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri mekano-
sensitif, misalnya distensi ductus, tumor
2. Thermal (panas/dingin) : diterima oleh reseptor
thermosensitif, misalnya terbakar (akibat
panas/dingin yg ekstrem)
3. Kimiawi : diterima oleh reseptor nyeri
chemosensitif, misalnya perforasi organ viseral
4. Listrik, misalnya lapisan kulit terbakar
Resepsi :TEORI GATE CONTROL
• Peneliti mengetahui bhw tidak ada pusat nyeri
tertentu di sistem saraf
• Teori gate control (Melzack & Wall; 1965) :
“impuls nyeri dpt diatur atau bahkan dihambat
o/mekanisme pertahanan di sepanjang SSP, impuls
nyeri dibuka saat sebuah pertahanan dibuka”.
contohnya : menggosok punggung dgn lambat,
teknik distraksi, konseling, & pemberian plasebo
1. Sensori-diskriminatif
2. Motivasi-afektif
3. Kognitif-evaluatif
1. SENSORI-DISKRIMINATIF
• Transmisi nyeri tjd antara talamus & korteks
sensori
• Seorang individu m`persepsikan lokasi,
keparahan, & karakter nyeri
• Faktor2 yg menurunkan tk.kesadaran
(ex : analgetik, anestetik, penyakit serebral)
menurunkan persepsi nyeri
• Faktor2 yg meningkatkan kesadaran thd stimulus
(ex : ansietas, ggn tidur) meningkatkan persepsi
nyeri
2. MOTIVASI-AFEKTIF
nyeri akut
nyeri kronis
NYERI AKUT
• Disebabkan stimulasi neuron nosiseptif
• Berbagai nosiseptor & jalur serabut saraf grup IV (serabut
C) & grup III aferen (serabut A) terlibat dalam proses
pembentukan, koding & transduksi.
• Mekanisme proteksi terhadap trauma
• Terlokalisasi
• Tajam : seperti ditusuk, disayat, di cubit, dll
• Respon saraf simpatis
• Penampilan gelisah, cemas
• Pola serangan jelas
NYERI KRONIS
Nyeri yang berkelanjutan setelah selesainya
waktu penyembuhan normal atau nyeri yang
ada terus lebih dari 6 bulan.
• Menyebar
• Tumpul : ngilu, linu, kemeng, nyeri, dsb
• Respon saraf parasimpatis
• Penampilannya depresi, menarik diri
• Pola serangannya tidak jelas
MEKANISME: TRANSFORMASI
NYERI AKUT MENJADI KRONIK
Stimulus nyeri
kerusakan jaringan
NYERI AKUT(Nosiseptif)
← stimulus berulang
sensitisasi perifer
sensitisasi sentral
↓
NYERI KRONIK(Neuropatik)
FAKTOR2 YG MEMENGARUHI NYERI :
1. Usia : anak - lansia
2. Jenis kelamin : laki2 - perempuan
3. Kebudayaan : cara menebus dosa
4. Makna nyeri : ancaman, kehilangan,
hukuman, tantangan
5. Perhatian : relaksasi, masase, guided
imagery
6. Ansietas : cemas
7. Keletihan : penyakit terminal
8. Pengalaman sebelumnya
9. Gaya koping : terapi musik
10. Dukungan keluarga & sosial
Klasifikai nyeri
Skala nyeri yang paling sering di gunakan
- NSAID acetat; Diclofenac dosis 75-150 mg/hari tiap 8-12 jam p.o
-NSAID propionat; Ibuprofen dewasa 400 mg tiap 6-8 jam p.o anak10 mg/kgBB tiap
6-8 jam p.o
Ketoprofen dosis 100-300 mg/hari tiap 6-12 jam p.o
Ketorolac dosis 10-200 mg/hari tiap 12 jam, p.o
NSAID Fenamat; Asam Mefenamat Asam mefenamat, dosis 500 mg/hari tiap 8 jam
p.o
- Contoh obat Non – Opioid : ketorolak
trometamim, ketorofen, natrium
diklofenak, parekoksib.
- Contoh obat Non Steroid Anti-Inflamasi
(NSAID): Ibuprofen, Aspirin, Asam
Mefenamat, Diklofenak, Meloxicam dll.
Anti inflamasi Non – steroid (AINS)
KONTRA INDIKASI
1. Riwayat Tukak Peptik.
2. Insufisiensi Ginjal Atau Oliguria
3. Hiperkalemia
4. Transplatasi Ginjal
5. Antikoagulasi Atau Koagulasi Lain
6. Disfungsi Hati Berat
7. Dehidrasi Atau Hipovolemia
8. Terapi Dengan Furusemide
9. Riwayat Asma Dengan AINS
ANALGETIK OPIOID (NARKOTIK)
• mengaktifkan reseptor opioid yang banyak terdapat didaerah susunan saraf pusat,
terutama untuk menanggulangi nyeri akut dengan intensitas berat.
• dapat menimbulkan efek depresi pusat nafas bila dosis yang diberikan relatif tinggi.
• efek samping yang tidak tergantung dosis, yang juga dapat terjadi adalah mual
sampai muntah serta pruritus.
• pemakaian untuk waktu yang relatif lama dapat dapat menyebabkan efek toleransi
dan ketergantungan.
• tersedia dalam kemasan untuk pemberian secara suntik, baik intra muskuler
maupun intravena (bolus atau infus), epidural atau intra tekal, baik bolus maupun
infuse (epidural infus).
• tersedia dalam bentuk tablet (morfin tablet), juga tersedia dalam kemasan
supositoria
• preparat opioid fentanyl juga tersedia dalam kemasan yang dapat diberikan secara
intranasal atau dengan patch di kulit.
• penggunaan obat narkotik ini harus disertai dengan pencatatan yang detail dan
ketat, serta harus ada pelaporan yang rinci tentang penggunaan obat.
Nyeri sedang;
-Codein dosis 30-60 mg/hari dapat ditingkatkan sampai 60mg tiap 4 jam
-Tramadol dosis 50-100 mg tiap 4-6 jam
Nyeri Berat ;
-Morphine Oral immediate release (MOIR) . Dosis awal 5-10 mg tiap 4 jam
Dosis anak 6 bulan – 1 tahun 0,08 mg/kgBB/6 jam
1-2 tahun 0,2-0,4 mg/kgBB/4 jam
2-12 tahun 0,5 mg/kgBB/4 jam
MST dengan titrasi dosis dari Morphine . Ada 3 sediaan MST: 10 mg (kuning), 15
mg (hijau),30 mg (ungu)
Misal: MOIR 6x5 mg, maka MST 2x15 mg
Fentanyl transdermal
Ada 3 sediaan : 12,5µg/jam, 25 µg/jam, 50 µg/jam Digunakan selama 72 jam (3
hari)
EDUKASI PENGGUNAAN FENTANYL
TRANSDERMAL (DUROGESIC PATCH)
1. obat ini bekerja pada saraf tepi, dengan mencegah terjadinya fase depolarisasi
2. obat ini dapat disuntikkan pada daerah cedera, didaerah perjalanan saraf tepi yang
melayani dermatom sumber nyeri, di daerah perjalanan plexus saraf dan ke dalam
ruang epidural atau interatekal.
3. obat anestesia lokal yang diberikan secara epidural atau intratekal dapat
dikombinasikan dengan opioid.
• cara ini dapat menghasilkan efek sinergistik.
• analgesia yang dihasilkan lebih adekuat dan durasi lebih panjang.
• obat yang diberikan intratekal hanyalah obat yang direkomendasikan dapat
diberikan secara intratekal.
• obat anesthesia lokal tidak boleh langsung disuntikkan kedalam pembuluh darah.
• memberikan analgesia tambahan untuk semua jenis operasi bisa menghasilkan
analgesia tanpa pengaruh terhadap kesadaran. teknik sederhana seperti infiltrasi
lokal ke pinggir luka pada akhir prosedur akan menghasilkan analgesia singkat.
ANASTESI LOKAL
• komplikasi tersering berkaitan dengan teknik spesifik, misal hipotensi
pada anestesi epidural karena blok simpatis, dan kelemahan otot yang
menyertai blok saraf besar.
• toksisitas sistemik bisa terjadi akibat dosis berlebihan atau pemberian
aksidental dari anestesi lokal secara sistemik. ini bermanifestasi mulai
dari kebingungan ringan, sampai hilang kesadaran, kejang, aritmia
jantung dan henti jantung.
• pemberian obat yang salah merupakan malapetaka pribadi dan
mediko-legal. ekstra hati-hati diperlukan ketika memberikan obat.
Dosis maksimum aman dari anastesi lokal
OBAT MAKSIMUM UNTUK MAKSIMUM
INFILTRASI LOKAL UNTUK
ANASTESI
PLEKSUS
Lidocaine (lignocaine) 3 mg/kg 4 mg/kg
NYERI BERAT
FARMAKOLOGI TINKAT 4
Nama Obat Indikasi Mekanisme
Morfin Bila terapi Non
narkotik tidak efektif
Campuran agonis – Blok aktifasi kompone
antagonis kompleks reseptor
pentazocin,nalbhupin
dll.
Agonis Persial seperti: Blok aktifasi kompone
Buprenorfin kompleks reseptor
ANALGETIK NON OPIOID
Nama obat dosis
Analgetik non opoid Parasetamol dewasa 500-1000 mg tiap 4-6 jam secara p.o anak
10-15 mg/kgBB tiap 4-6 jam
NSAID acetat Diclofenac dosis 75-150 mg/hari tiap 8-12 jam p.o
NSAID propionat Ibuprofen dewasa 400 mg tiap 6-8 jam p.o anak10
mg/kgBB tiap 6-8 jam p.o
Ketoprofen dosis 100-300 mg/hari tiap 6-12 jam p.o
Ketorolac dosis 10-200 mg/hari tiap 12 jam, p.o
NSAID Oxicam Piroxicam dosis 20 mg/hari, p.o
Meloxicam dosis 7,5-15 mg/ hari tiap 12 jam p.o
NSAID Fenamat Asam Mefenamat Asam mefenamat, dosis 500 mg/hari
tiap 8 jam p.o
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN MASALAH NYERI
PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian
II. Diagnosa Keperawatan
III. Perencanaan
IV. Implementasi
V. Evaluasi
PROSES KEPERAWATAN DAN STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
SLKI
Implementasi Perencanaan
SIKI
I. PENGKAJIAN
Pengkajian diperlukan untuk :
a. Menetapkan data dasar
b. Menegakkan diagnosa keperawatan
c. Menyeleksi terapi yg cocok
d. Mengevaluasi respon klien terhadap
terapi
Pendekatan Klinis Rutin thd Pengkajian &
Penatalaksanaan “ABCDE” Nyeri
A : Ask/ Tanyakan nyeri scr teratur
Assess/ Kaji nyeri scr sistematis
B : Believe/ Percaya apa yg dilaporkan px & klg serta apa
yg mereka lakukan u/menghilangkan nyeri
C : Choose/ Pilih cara pengontrolan nyeri yg cocok u/ px,
klg, dan kondisi
D : Deliver/ Berikan intervensi scr terjadwal, logis, &
terkoordinasi
E : Empower/ Daya gunakan px & klg mereka
Enable/ Mampukan mereka mengontrol pengobatan
sejauh yg dpt dilakukan
I. PENGKAJIAN
A. Nursing History
1. Awitan & durasi
2. Lokasi nyeri : perlu diagram tubuh manusia
3. Intensitas/ tk keparahan : menggunakan skala
Skala yg digunakan :
- Visual Analog Scale (VAS) : tdk nyeri- nyeri tdk
tertahankan ( K menetapkan suatu titik)
- Verbal Pain Scale/Numerical Rating Scales :
tidak nyeri – sangat nyeri
- Verbal Descriptor Scale (VDS) : tdk nyeri –
nyeri ringan-sedang-berat-tdk tertahankan
- Face Rating Scale : 0 - 5
- Behavioral Scale : OUCHER (0-100)
4. Kualitas nyeri ( menggunakan kata2 pasien, ex : seperti
ditusuk, rasa terbakar, sensasi remuk/crushing,
berdenyut/throbbing, tajam atau tumpul, dll). Bedah :
tajam, infarkmiokard : crushing
5. Pola nyeri : apa saja yg dpt mempresipitasi/ memperburuk
nyeri. Ex : faringitis smakin nyeri jika menelan/berbicara.
Ruptur diskus intravertebral smakin nyeri jika
membungkuk atau mengangkat benda.
6. Tindakan u/menghilangkan nyeri : mengubah posisi,
berayun-ayun, menggosok, makan, meditasi, mengompres
7. Gejala Penyerta : gejala yg menyertai nyeri (mual, nyeri
kepala, pusing, keinginan u/miksi, konstipasi, gelisah)
8. Efek nyeri pada klien
Tanda & gejala fisik : TTV, diaforesis
Efek perilaku
a. Vokalisasi : mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur
b. Ekspresi wajah : meringis, menggertakan gigi,
mengernyitkan dahi, menutup mata& mulut dgn rapat,
menggigit bibir
c. Gerakan tubuh : gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari & tangan, gerakan menggosok,
melindungi bag tubuh
d. Interaksi sosial : m`hindari percakapan, fokus hanya pd
aktivitas u/menghilangkan nyeri, menghindari kontak sosial,
penurunan rentang perhatian.
Pengaruh pada aktivitas sehari-hari : aktivitas sosial,
pola tidur, aktivitas seksual
9. Status neurologis
Pasien DM : neuropati perifer
kurang merasakan nyeri
Pengkajian Kualitatif : menggunakan metode
‘PQRST’ approach
P: Provokatif and Palliatif • Apakah menyebar? Jika menyebar ke arah
• Apa yang menyebabkan nyeri? mana?
Q: Quality T: Time
• Apa yang dirasakan saat nyeri? • Kapan nyeri timbul?
OBYEKTIF
SUBYEKTIF
1. Merasa takut mengalami 1. Bersikap Protektif ( Posisi menghindari
cedera berulang Nyeri)
2. Waspada
3. Polo tidur berubah
4. Anureksia
5. Fokus menjepit
6. Berfokus pada diri sendiri
4.
KESIMPULAN
“Bebas Nyeri sebagai Hak Asasi Manusia”
NYERI : alasan yg paling umum orang mencari perawatan
kesehatan
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dgn masalah nyeri secara
komprehensive
PENERAPAN SDKI/SIKI DLM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN AKAN
MENINGKATKAN PROFESIONALISME PERAWAT
PROFESIONALISME PERAWAT SANGAT DIBUTUHKAN DALAM ASUHAN PASIEN
KESIMPULAN
TERINTEGRASI DI RUMAH SAKIT ( PELAYANAN BERFAKUS PADA PASIEN)
PROFESIONALISME PERAWAT AKAN MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN
KEPERAWATAN KEPADA KLIEN/PASIEN