Anda di halaman 1dari 80

BELAJAR BERSAMA MANAGEMEN

NYERI
Nyeri Isu global

WHO 2004 :
“Bebas Nyeri sebagai Hak Asasi Manusia”
(Pain Relief Should Be A Human Right)
Nyeri Isu global

pain as “the 5th vital sign”


Pain: Tanda vital yang ke-5

• Pulse (nadi)
• Blood pressure Pain:
(tekanan darah) The Fifth
Vital Sign™
• Temperature (suhu)
• Respiratory rate (nilai
pernapasan)

•American Pain Society (APS) has redefined PAIN as the 5th vital sign
•Health care professional has to assess patients for pain every time
NYERI MENJADI HAL YANG SANGAT PENTING

1. Hak pasien untuk bebas nyeri


2. Petugas medis, Perawat & Nakes lain harus dapat menilai dan
menatalaksana masalah nyeri
3. Dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan kondisi
pasien
4. Melakukan edukasi, diskusi tentang penatalaksanan nyeri

SNARS Ed.1 MANAJEMEN NYERI : HPK; AP;PAP & MKE


• NYERI : alasan yg paling umum orang mencari
perawatan kesehatan
• NYERI : Gejala yg paling sering terjadi, tapi
paling sedikit dipahami
• NYERI : bersifat subjektif, sumber frustasi baik
bagi klien maupun tenaga kesehatan
• NYERI : dpt merupakan faktor utama yg
m`hambat kemampuan & keinginan individu
u/pulih dari suatu penyakit.
REVIEW KONSEP DASAR NYERI
DEFINISI NYERI
Adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan
jaringan, baik aktual maupun
potensial, atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tsb.

 komponen sensorik
 komponen emosional
SIFAT NYERI :
• Menurut Mahon (1994) :
– Nyeri bersifat individu
– Tidak menyenangkan
– Merupakan suatu kekuatan yg
mendominasi
– Bersifat tidak berkesudahan
FISIOLOGI NYERI :

Komponen fisiologis nyeri :


• Resepsi
• Persepsi
• Reaksi
A.RESEPSI
-Inflamasi
-Kerusakan jaringan

pembebasan pembentukan

Histamin serotonin leukotrien bradikinin prostagladin

Stimulasi
nosiseptor

Resepsi nyeri di otak


(thalamus)

NYERI
STIMULUS NYERI
1. Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri mekano-
sensitif, misalnya distensi ductus, tumor
2. Thermal (panas/dingin) : diterima oleh reseptor
thermosensitif, misalnya terbakar (akibat
panas/dingin yg ekstrem)
3. Kimiawi : diterima oleh reseptor nyeri
chemosensitif, misalnya perforasi organ viseral
4. Listrik, misalnya lapisan kulit terbakar
Resepsi :TEORI GATE CONTROL
• Peneliti mengetahui bhw tidak ada pusat nyeri
tertentu di sistem saraf
• Teori gate control (Melzack & Wall; 1965) :
“impuls nyeri dpt diatur atau bahkan dihambat
o/mekanisme pertahanan di sepanjang SSP, impuls
nyeri dibuka saat sebuah pertahanan dibuka”.
contohnya : menggosok punggung dgn lambat,
teknik distraksi, konseling, & pemberian plasebo

melepaskan endorfin & dinorfin


B. PERSEPSI
 Persepsi mrp titik kesadaran seseorang
terhadap nyeri.
 Stimulus nyeri ditransmisikan ke medulla
spinalis, talamus, & otak tengah. Dari
talamus naik ke bbg area otak, termasuk
korteks sensori & korteks asosiasi (di
kedua lobus parietalis), lobus frontalis,
dan sistem limbik (Paice, 1991).
 Saat individu sadar akan nyeri : terjadi
reaksi kompleks.
3 sistem interaksi persepsi nyeri (Meinhart &
McCaffery, 1983) :

1. Sensori-diskriminatif
2. Motivasi-afektif
3. Kognitif-evaluatif
1. SENSORI-DISKRIMINATIF
• Transmisi nyeri tjd antara talamus & korteks
sensori
• Seorang individu m`persepsikan lokasi,
keparahan, & karakter nyeri
• Faktor2 yg menurunkan tk.kesadaran
(ex : analgetik, anestetik, penyakit serebral)
menurunkan persepsi nyeri
• Faktor2 yg meningkatkan kesadaran thd stimulus
(ex : ansietas, ggn tidur) meningkatkan persepsi
nyeri
2. MOTIVASI-AFEKTIF

• Interaksi antara p`bentukan sist retikular &


sist limbik m`hasilkan persepsi nyeri
• P`bentukan retikular m`hasilkan respons
pertahanan, menyebabkan individu
m`interupsi atau m`hindari stimulus nyeri
• Sistem limbik mengontrol respons emosi &
kemampuan yaitu koping nyeri
3. KOGNITIF-EVALUATIF

• Pusat kortikal yg lebih tinggi di otak


memengaruhi persepsi
• Kebudayaan, pengalaman dgn nyeri, &
emosi memengaruhi evaluasi thd
pengalaman nyeri
• Sistem ini membantu seseorang
u/m`interpretasi intensitas & kualitas nyeri,
shg dpt melakukan suatu tindakan
C. REAKSI
a. Respons Fisiologis
menstimulasi sistem saraf otonom
(simpatis & parasimpatis)
b. Respons Perilaku :
ada 3 fase pengalaman nyeri : antisipasi,
sensasi, & aftermath
1. RESPON SISTEM SARAF
SIMPATIS

• Dilatasi bronchiolus & Pe RR


• Peningkatan denyut Jantung (N)
• Vasokonstriksi perifer (pucat,
Pe TD)
• Peningkatan kadar glukosa darah
• Diaforesis
• Peningkatan ketegangan otot
• Dilatasi pupil
• Penurunan motilitas sal cerna
2. RESPON SISTEM SARAF
PARASIMPATIS
• Pucat
• Ketegangan otot
• Penurunan denyut jantung & TD
• Pernafasan cepat & tidak teratur
• Mual & muntah
• Kelemahan & kelelahan
3. RESPON PERILAKU
• Cemas, takut
• Ekspresi wajah : mengatupkan geraham,
menggigit bibir, meringis, menangis,dsb
• Fokus perhatian hanya kpd sensasi nyeri
• Apasia, bingung, atau disorientasi
• Depresi
JENIS NYERI
BERDASARKAN WAKTU

 nyeri akut
 nyeri kronis
NYERI AKUT
• Disebabkan stimulasi neuron nosiseptif
• Berbagai nosiseptor & jalur serabut saraf grup IV (serabut
C) & grup III aferen (serabut A) terlibat dalam proses
pembentukan, koding & transduksi.
• Mekanisme proteksi terhadap trauma
• Terlokalisasi
• Tajam : seperti ditusuk, disayat, di cubit, dll
• Respon saraf simpatis
• Penampilan gelisah, cemas
• Pola serangan jelas
NYERI KRONIS
Nyeri yang berkelanjutan setelah selesainya
waktu penyembuhan normal atau nyeri yang
ada terus lebih dari 6 bulan.
• Menyebar
• Tumpul : ngilu, linu, kemeng, nyeri, dsb
• Respon saraf parasimpatis
• Penampilannya depresi, menarik diri
• Pola serangannya tidak jelas
MEKANISME: TRANSFORMASI
NYERI AKUT MENJADI KRONIK
Stimulus nyeri

kerusakan jaringan

NYERI AKUT(Nosiseptif)
← stimulus berulang
sensitisasi perifer

sensitisasi sentral


NYERI KRONIK(Neuropatik)
FAKTOR2 YG MEMENGARUHI NYERI :
1. Usia : anak - lansia
2. Jenis kelamin : laki2 - perempuan
3. Kebudayaan : cara menebus dosa
4. Makna nyeri : ancaman, kehilangan,
hukuman, tantangan
5. Perhatian : relaksasi, masase, guided
imagery
6. Ansietas : cemas
7. Keletihan : penyakit terminal
8. Pengalaman sebelumnya
9. Gaya koping : terapi musik
10. Dukungan keluarga & sosial
Klasifikai nyeri
Skala nyeri yang paling sering di gunakan

POIN YANG DI ALAT UKUR SKALA KETERANGAN


NILAI
Intensitas nyeri Wong baker 0 – 10 Usia > 3 Tahun,Tidak
(subjektif) Bisa Dengan Angka

Intensitas nyeri FLACC 0 - 10 Untuk usia < 3 tahun.


(objektif)

NIPS 0–7 Untuk Neonatus

BPS 1 – 12 Pasien kritis


terintubasi
CPOT 0–6
Pasien kritis
PAINAD 0 - 10
Pasien dimensia
TINDAKAN NON-FAMAKOLOGI
PADA NYERI
Penatalaksanaan Rehabilitasi Nyeri
Secara Non-farmakologi

Manajemen nyeri akut Manajemen nyeri kronik


paska cidera jaringan perlu pendekatan
lunak (< 3x24 jam): multidimensional yang
melibatkan banyak faktor
Prinsip R-I-C-E (bio-psiko-sosial)
Penatalaksanaan Rehabilitasi Nyeri
Secara Non-farmakologi
Penanganan nyeri di bidang KFR secara non-farmakologis meliputi:
 Terapi latihan
Latihan LGS, latihan peregangan sendi, latihan penguatan otot,
latihan relaksasi, latihan khusus (misalnya William Flexion Exercise)
 Modalitas
Termo terapi, elektro terapi, low level laser terapi, shock wave terapi,
alat lain (misal cervical – lumbal traksi)
 Ortosis dan alat bantu
 Edukasi pasien
 Tindakan lain (seperti misalnya kinesiotaping dan dry needling)
Penatalaksanaan Rehabilitasi Nyeri
Secara Non-farmakologi
EDUKASI
Edukasi yang tepat & benar agar pasien dapat:
• Menghindari hal – hal yang dapat memperberat rasa
nyeri
• Melakukan aktivitas dengan cara yang tepat
• Melakukan terapi latihan dengan tepat, sehingga
tidak terjadi latihan yang salah yang akan semakin
memperberat nyeri.
TINDAKAN
FARMAKOLOGI
PADA NYERI
Farmakoterapi nyeri
• Semua obat yang mempunyai efek analgetika biasanya efektif untuk
mengatasi nyeri akut. Nyeri akut akan mereda atau hilang sejalan dengan laju
proses penyembuhan jaringan yang sakit.
• Prinsip umum dalam pengobatan nyeri perlu diketahui sejumlah terbatas
obat dan pertimbangkan berikut:
• 1. Bisakah pasien minum analgesik oral ?
• 2. Apakah pasien perlu pemberian iv untuk mendapat efek analgesik
cepat ?
• 3. Bisakah anestesi lokal mengatasi nyeri lebih baik, atau digunakan dalam
kombinasi dengan analgesik sistemik ?
• 4. Bisakah digunakan metode lain untuk membantu meredakan nyeri,
misal pemasangan bidai untuk fraktur, pembalut luka bakar, dan lain lain?
3 kelompok obat yang mempunyai
efek analgetik
1.Analgetik Non-opioid, Non Steroid Anti
Inflamasi (NSAID).
2.Analgetik Opioid.
3.Anastesi Lokal.
Analgetik Non-opioid, Non
Steroid Anti Inflamasi (NSAID).
- AINS mempunyai titik tangkap kerja dengan
mencegah kerja enzim siklooksigenase untuk
mensintesa prostaglandin
-AINS efektif untuk mengatasi nyeri akut dengan
intensitas ringan sampai sedang dan anti-inflamasi
- dapat diberikan secara oral (tablet, kapsul,
sirup), sipositoria dan suntik (im, iv bolus, iv drip).
-Analgesik non opioid;Parasetamol dewasa 500-1000 mg tiap 4-6 jam secara p.o
anak 10-15 mg/kgBB tiap 4-6 jam.

- NSAID acetat; Diclofenac dosis 75-150 mg/hari tiap 8-12 jam p.o

-NSAID propionat; Ibuprofen dewasa 400 mg tiap 6-8 jam p.o anak10 mg/kgBB tiap
6-8 jam p.o
Ketoprofen dosis 100-300 mg/hari tiap 6-12 jam p.o
Ketorolac dosis 10-200 mg/hari tiap 12 jam, p.o

NSAID Oxicam; Piroxicam dosis 20 mg/hari, p.o


Meloxicam dosis 7,5-15 mg/ hari tiap 12 jam p.o

NSAID Fenamat; Asam Mefenamat Asam mefenamat, dosis 500 mg/hari tiap 8 jam
p.o
- Contoh obat Non – Opioid : ketorolak
trometamim, ketorofen, natrium
diklofenak, parekoksib.
- Contoh obat Non Steroid Anti-Inflamasi
(NSAID): Ibuprofen, Aspirin, Asam
Mefenamat, Diklofenak, Meloxicam dll.
Anti inflamasi Non – steroid (AINS)
KONTRA INDIKASI
1. Riwayat Tukak Peptik.
2. Insufisiensi Ginjal Atau Oliguria
3. Hiperkalemia
4. Transplatasi Ginjal
5. Antikoagulasi Atau Koagulasi Lain
6. Disfungsi Hati Berat
7. Dehidrasi Atau Hipovolemia
8. Terapi Dengan Furusemide
9. Riwayat Asma Dengan AINS
ANALGETIK OPIOID (NARKOTIK)

• mengaktifkan reseptor opioid yang banyak terdapat didaerah susunan saraf pusat,
terutama untuk menanggulangi nyeri akut dengan intensitas berat.
• dapat menimbulkan efek depresi pusat nafas bila dosis yang diberikan relatif tinggi.
• efek samping yang tidak tergantung dosis, yang juga dapat terjadi adalah mual
sampai muntah serta pruritus.
• pemakaian untuk waktu yang relatif lama dapat dapat menyebabkan efek toleransi
dan ketergantungan.
• tersedia dalam kemasan untuk pemberian secara suntik, baik intra muskuler
maupun intravena (bolus atau infus), epidural atau intra tekal, baik bolus maupun
infuse (epidural infus).
• tersedia dalam bentuk tablet (morfin tablet), juga tersedia dalam kemasan
supositoria
• preparat opioid fentanyl juga tersedia dalam kemasan yang dapat diberikan secara
intranasal atau dengan patch di kulit.
• penggunaan obat narkotik ini harus disertai dengan pencatatan yang detail dan
ketat, serta harus ada pelaporan yang rinci tentang penggunaan obat.
Nyeri sedang;
-Codein dosis 30-60 mg/hari dapat ditingkatkan sampai 60mg tiap 4 jam
-Tramadol dosis 50-100 mg tiap 4-6 jam
Nyeri Berat ;
-Morphine Oral immediate release (MOIR) . Dosis awal 5-10 mg tiap 4 jam
Dosis anak 6 bulan – 1 tahun 0,08 mg/kgBB/6 jam
1-2 tahun 0,2-0,4 mg/kgBB/4 jam
2-12 tahun 0,5 mg/kgBB/4 jam

MST dengan titrasi dosis dari Morphine . Ada 3 sediaan MST: 10 mg (kuning), 15
mg (hijau),30 mg (ungu)
Misal: MOIR 6x5 mg, maka MST 2x15 mg

Fentanyl transdermal
Ada 3 sediaan : 12,5µg/jam, 25 µg/jam, 50 µg/jam Digunakan selama 72 jam (3
hari)
EDUKASI PENGGUNAAN FENTANYL
TRANSDERMAL (DUROGESIC PATCH)

•durogesic ditempelkan pada bagian kulit yang tidak mengalami


iritasi/radiasi
•permukaan rata seperti dada atau lengan atas
•rambut dipotong bukan dicukur
•sabun, minyak, lotion dapat mengiritasi kulit oleh karena itu jangan
digunakan
•kulit harus benar-benar kering sebelum penggunaan
•tempelkan langsung setelah penutup patch dibuka
•tekan selama 30 detik
•pakai selama 3 hari
ANASTESI LOKAL

1. obat ini bekerja pada saraf tepi, dengan mencegah terjadinya fase depolarisasi
2. obat ini dapat disuntikkan pada daerah cedera, didaerah perjalanan saraf tepi yang
melayani dermatom sumber nyeri, di daerah perjalanan plexus saraf dan ke dalam
ruang epidural atau interatekal.
3. obat anestesia lokal yang diberikan secara epidural atau intratekal dapat
dikombinasikan dengan opioid.
• cara ini dapat menghasilkan efek sinergistik.
• analgesia yang dihasilkan lebih adekuat dan durasi lebih panjang.
• obat yang diberikan intratekal hanyalah obat yang direkomendasikan dapat
diberikan secara intratekal.
• obat anesthesia lokal tidak boleh langsung disuntikkan kedalam pembuluh darah.
• memberikan analgesia tambahan untuk semua jenis operasi bisa menghasilkan
analgesia tanpa pengaruh terhadap kesadaran. teknik sederhana seperti infiltrasi
lokal ke pinggir luka pada akhir prosedur akan menghasilkan analgesia singkat.
ANASTESI LOKAL
• komplikasi tersering berkaitan dengan teknik spesifik, misal hipotensi
pada anestesi epidural karena blok simpatis, dan kelemahan otot yang
menyertai blok saraf besar.
• toksisitas sistemik bisa terjadi akibat dosis berlebihan atau pemberian
aksidental dari anestesi lokal secara sistemik. ini bermanifestasi mulai
dari kebingungan ringan, sampai hilang kesadaran, kejang, aritmia
jantung dan henti jantung.
• pemberian obat yang salah merupakan malapetaka pribadi dan
mediko-legal. ekstra hati-hati diperlukan ketika memberikan obat.
Dosis maksimum aman dari anastesi lokal
OBAT MAKSIMUM UNTUK MAKSIMUM
INFILTRASI LOKAL UNTUK
ANASTESI
PLEKSUS
Lidocaine (lignocaine) 3 mg/kg 4 mg/kg

Lidocaine (lignocaine) dengan


adrenalin(epinefrin) 5 mg/kg
7 mg/kg

Bupivacaine 1,5 mg/kg 2 mg/kg


Bupivacaine dengan
adrenalin(epinefrin) 2 mg/kg 3,5 mg/kg

prilocaine 5 mg/kg 7 mg/kg


Prilocaine dengan adrenalin(epinefrin)
5 mg/kg 8 mg/kg
NYERI RINGAN
FARMAKOTERAPI TINGKAT 1
NAMA OBAT OBAT JADWAL
ASPIRIN 325 – 450 mg, maks 4 jam sekali FARMAKOTERAPI
4 gr/hari BERDASARKAN TINGKATAN
ASETAMINOFEN 325 – 650 mg 4 – 6 jam sekali
Farmakoterapi tingkat 2 NYERI
ibuprofen 200 mg 4 – 6 jam sekali
Sodium naproksan Awalan 440 mg 8 – 12 jam sekali
selanjutnya 220 mg
ketoprofen 12,4 mg 4 – 6 jam sekali
NYERI SEDANG
FARMAKOTERAPI TINGKAT 3
Nama obat Dosis Jadwal
ASETAMINOFEN Penyesuaian dosis 4 – 6 jam sekali
ibuprofen Misal: Aspirin 1000 mg 4 – 6 jam sekali
Sodium Naproksen 8 – 12 jam sekali
ketoprofen 4 – 6 jam sekali
Tramadol 50 – 100 mg 4 – 6 jam sekali

NYERI BERAT
FARMAKOLOGI TINKAT 4
Nama Obat Indikasi Mekanisme
Morfin Bila terapi Non
narkotik tidak efektif
Campuran agonis – Blok aktifasi kompone
antagonis kompleks reseptor
pentazocin,nalbhupin
dll.
Agonis Persial seperti: Blok aktifasi kompone
Buprenorfin kompleks reseptor
ANALGETIK NON OPIOID
Nama obat dosis
Analgetik non opoid Parasetamol dewasa 500-1000 mg tiap 4-6 jam secara p.o anak
10-15 mg/kgBB tiap 4-6 jam
NSAID acetat Diclofenac dosis 75-150 mg/hari tiap 8-12 jam p.o

NSAID propionat Ibuprofen dewasa 400 mg tiap 6-8 jam p.o anak10
mg/kgBB tiap 6-8 jam p.o
Ketoprofen dosis 100-300 mg/hari tiap 6-12 jam p.o
Ketorolac dosis 10-200 mg/hari tiap 12 jam, p.o
NSAID Oxicam Piroxicam dosis 20 mg/hari, p.o
Meloxicam dosis 7,5-15 mg/ hari tiap 12 jam p.o
NSAID Fenamat Asam Mefenamat Asam mefenamat, dosis 500 mg/hari
tiap 8 jam p.o
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN MASALAH NYERI
PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian
II. Diagnosa Keperawatan
III. Perencanaan
IV. Implementasi
V. Evaluasi
PROSES KEPERAWATAN DAN STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Evaluasi Diagnosis SDKI

SLKI
Implementasi Perencanaan
SIKI
I. PENGKAJIAN
Pengkajian diperlukan untuk :
a. Menetapkan data dasar
b. Menegakkan diagnosa keperawatan
c. Menyeleksi terapi yg cocok
d. Mengevaluasi respon klien terhadap
terapi
Pendekatan Klinis Rutin thd Pengkajian &
Penatalaksanaan “ABCDE” Nyeri
A : Ask/ Tanyakan nyeri scr teratur
Assess/ Kaji nyeri scr sistematis
B : Believe/ Percaya apa yg dilaporkan px & klg serta apa
yg mereka lakukan u/menghilangkan nyeri
C : Choose/ Pilih cara pengontrolan nyeri yg cocok u/ px,
klg, dan kondisi
D : Deliver/ Berikan intervensi scr terjadwal, logis, &
terkoordinasi
E : Empower/ Daya gunakan px & klg mereka
Enable/ Mampukan mereka mengontrol pengobatan
sejauh yg dpt dilakukan
I. PENGKAJIAN
A. Nursing History
1. Awitan & durasi
2. Lokasi nyeri : perlu diagram tubuh manusia
3. Intensitas/ tk keparahan : menggunakan skala
Skala yg digunakan :
- Visual Analog Scale (VAS) : tdk nyeri- nyeri tdk
tertahankan ( K menetapkan suatu titik)
- Verbal Pain Scale/Numerical Rating Scales :
tidak nyeri – sangat nyeri
- Verbal Descriptor Scale (VDS) : tdk nyeri –
nyeri ringan-sedang-berat-tdk tertahankan
- Face Rating Scale : 0 - 5
- Behavioral Scale : OUCHER (0-100)
4. Kualitas nyeri ( menggunakan kata2 pasien, ex : seperti
ditusuk, rasa terbakar, sensasi remuk/crushing,
berdenyut/throbbing, tajam atau tumpul, dll). Bedah :
tajam, infarkmiokard : crushing
5. Pola nyeri : apa saja yg dpt mempresipitasi/ memperburuk
nyeri. Ex : faringitis smakin nyeri jika menelan/berbicara.
Ruptur diskus intravertebral smakin nyeri jika
membungkuk atau mengangkat benda.
6. Tindakan u/menghilangkan nyeri : mengubah posisi,
berayun-ayun, menggosok, makan, meditasi, mengompres
7. Gejala Penyerta : gejala yg menyertai nyeri (mual, nyeri
kepala, pusing, keinginan u/miksi, konstipasi, gelisah)
8. Efek nyeri pada klien
 Tanda & gejala fisik : TTV, diaforesis
 Efek perilaku
a. Vokalisasi : mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur
b. Ekspresi wajah : meringis, menggertakan gigi,
mengernyitkan dahi, menutup mata& mulut dgn rapat,
menggigit bibir
c. Gerakan tubuh : gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari & tangan, gerakan menggosok,
melindungi bag tubuh
d. Interaksi sosial : m`hindari percakapan, fokus hanya pd
aktivitas u/menghilangkan nyeri, menghindari kontak sosial,
penurunan rentang perhatian.
 Pengaruh pada aktivitas sehari-hari : aktivitas sosial,
pola tidur, aktivitas seksual
9. Status neurologis
Pasien DM : neuropati perifer
kurang merasakan nyeri
Pengkajian Kualitatif : menggunakan metode
‘PQRST’ approach
P: Provokatif and Palliatif • Apakah menyebar? Jika menyebar ke arah
• Apa yang menyebabkan nyeri? mana?

• Apa yang membuat nyeri timbul? • Arah penyebarannya terakhir dimana?

• Apa yang membuat nyeri hilang? S: Severity


• Bagaiimana terasa berat nyerinya?

Q: Quality T: Time
• Apa yang dirasakan saat nyeri? • Kapan nyeri timbul?

• Tajam? Tumpul? menusuk? Terbakar? • Apakah terus menerus?


• Apakah timbul hanya siang atau malam?

R: Region and Radiation • Apakah nyeri timbul saat bergerak?

• Di daerah mana lokasi nyerinya? • Berapa lama nyeri timbul?

• Apakah bisa ditunjukkan lokasinya?


7/5/12
Penilaian FLACC Score
0 -- Tenang
1–3 -- Tidak tenang
4–6 -- Nyeri sedang
7–10 -- Nyeri berat
7/5/12
7/5/12
7/5/12
7/5/12
7/5/12
7/5/12
PROSES PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(SDKI, PPNI,2016)

ANALISIS • Bandingkan dengan Nilai


Normal
DATA • Kelompokkan Data

IDENTIFIKASI • Masalah Aktual, Resiko dan/atau


MASALAH Promosi Kesehatan.

PERUMUSAN • Aktual : Masalah b.d.Penyebab d.d.


DIAGNOSIS Tanda /gejala
• Resiko : Masalah d.d.faktor resiko
• Promkes : Masalah d.d. tanda/Gejala.
PERUMUSAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Penulisan Three Part
• Diagnosis Aktual
Masalah berhubungan dengan Penyebab
dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Penulisan Two Part


• Diagnosis Risiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko

• Diagnosis Promosi Kesehatan


Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
GEJALA DAN TANDA MAYOR
SUBYEKTIF OBYEKTIF
• 1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak Meringis
2. Bersikap Protektif ( Misal Waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi Nadi meningkat
5. Sulit tidur
GEJALA DAN TANDA MINOR
SUBYEKTIF OBYEKTIF
( TIDAK TERSEDIA) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
KONDISI KLINIS TERKAIT
1. KONDISI PEMBEDAHAN.
2. CEDERA TRAUMATIS
3. INFEKSI
4. SINDROM KORONER AKUT
5. GLAUCOMA
DX.
KEPERAWATAN

NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIC MIOCARD ACUT YANG


DITANDAI PASIEN MENGELUH NYERI DADA SEBELAH KIRI, NAMPAK
MERINGIS MENAHAN SAKIT, GELISAH, FREKUENSI NADI MENINGKAT
DLL.
PENYEBAB
1. Kondisi muskuloskeletal kronis
2. Kerusakan sistem syaraf
3. Penekanan syaraf
4. Infiltrasi tumor
5. Ketidakseimbangan Neurotransmiter, Neuromodulator dan
reseptor
6. Gangguan imunitas
7. Gangguan fungsi metabolis
8. Riwayat posisi kerjas tatis
9. Peningkatan indeks masa tubuh
10.Kondisi pasca trauma
11.Tekanan emosional
12.Riwayat penganiayaan
13.Riwayat penyalah gunaan obat/zat
GEJALA DAN TANDA MAYOR
SUBYEKTIF OBYEKTIF
• 1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak Meringis
2. Gelisah
• 2. Merasa Depresi
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas

GEJALA DAN TANDA MINOR

OBYEKTIF
SUBYEKTIF
1. Merasa takut mengalami 1. Bersikap Protektif ( Posisi menghindari
cedera berulang Nyeri)
2. Waspada
3. Polo tidur berubah
4. Anureksia
5. Fokus menjepit
6. Berfokus pada diri sendiri
4.
KESIMPULAN
“Bebas Nyeri sebagai Hak Asasi Manusia”
NYERI : alasan yg paling umum orang mencari perawatan
kesehatan
Perawat diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dgn masalah nyeri secara
komprehensive
 PENERAPAN SDKI/SIKI DLM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN AKAN
MENINGKATKAN PROFESIONALISME PERAWAT
 PROFESIONALISME PERAWAT SANGAT DIBUTUHKAN DALAM ASUHAN PASIEN
KESIMPULAN
TERINTEGRASI DI RUMAH SAKIT ( PELAYANAN BERFAKUS PADA PASIEN)
 PROFESIONALISME PERAWAT AKAN MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN
KEPERAWATAN KEPADA KLIEN/PASIEN

Anda mungkin juga menyukai