Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GANGUAN KEBUTUHAN DASAR PADA

EFUSI PLURA

Disusun oleh kelompok 5 :


Ageneta Minori 181114401869
Dita Prasentia 181114401887
Irene 181114401903
Latar Belakang

• Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan


suatau tanda adanya penyakit.secara normal ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan (520 ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukan pleura bergerak tanpa
adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit
yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis (TBC),
sirosis hati, gagal jantung kongestif. Secara geografis penyakit ini
terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problem utama negara-
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut Arif
Mutaqim (2012)
Lanjutan...
• Sementara di negara berkembang seperti Indonesi kasus efusi pleura
mencapai 2,7% dari penyakit infeksi saluran napas lainya , dangan
hasil penelitian tertarik untuk melihat penyebab efusi pleura di kota
metro studi ini merupakan studi deskrpitif mengunakan data
sekunder berupa rekam medis data diambil dari RS Ahmad yani dan
RS Mardiwaluyo metro dengan pada periode 1 januari 2015- 31
desember 2015 dikota metro terdapat 537 insidensi efusi pleura
dengan diagnosis berupa pemeriksan patohistologi sebanyak 39,1 %
adalah jenis kelamin laki-laki dan 60,9% perempuan ,sebanyak 10,4%
berusia kurang dari 35 tahun, 39,3% berusia 35-55 tahun, 34,6%
berusia 56-70 tahun.(menurut riskesdas 2018.)
Anatomi Fisiologi

Menurut Arif Mutaqim (2012) pleura adalah :

1. Pleura terdiri dari 2 lapisan viselaris yang


melekat pada paru dan lapisan parientalis yang
membatasi aspek terdalam dinding dada, diafragma,
serta sisi perikardium dan mediastinum.

2. Pada hilus paru kedua lapisan pleura ini


berhubungan. Hubungan ini bergantung longgar di
atas hilus dan di sebut ligamentum pulmonale.adanya
ligamentum ini memungkinkan peregangan dan
pergerakan struktur hilus selama respirasi
Lanjutan...
3.Kedua rongga pleura tidak berhubungan.
4. Rongga pleura mengandung sedikit cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas untuk mengurangi friksi antara kedua pleura.
5. Selama inspirasi maksimal paru hampir mengisi seluruh rongga pleura.
Pada inspirasi tenang paru-paru tidak mengembang sepenuh nya,
melainkan menyisakan ruang sisa kostodiafragmatikus dan
kostomediastinal dari rongga pleura.
6. Pleura parientalis sensitif terhadap nyeri dan raba ( melalui n.
Interkostalis dan n. Frenikus ). Pleura viseralis hanya sensitif terhadap
regangan ( melalui serabut eferen otonom dari pleksus pulmonalis ) .
Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapat
penumpukan cairan dalam rongga pleura berupa
transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketikseimbangan antara produksi dan absorpsi di
kapiler dan pleural viseralis. Efusi pleura bukanlah
diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya
merupakan gejala atau komplikasi dari suatu
penyakit Efusi pleura merupakan salah satu kelainan
yang mengganggu sistem pernapasan. Efusi pleura
adalah suatu keadaan di mana terdapat cairan
berlebihan di rongga pleura jika kondisi ini dibiarkan
maka akan membahayakan jiwa penderitanya. (Arif
Muttaqin, 2012)
Etiologi/ Predisposisi
menurut Arif Mutaqim (2012) dalam buku Asuhan Keperawatan Klien
dengan Ganguan Sistem Pernapsan, berdasarkan jenis cairan yang
terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat, eksudat, dan
hemoragi.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis),
sindrom vena cava superior, tumor, dan sindrom Meigs.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi, dan penyakit kolagen
3. Efusi Hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru, dan tuberculosis.
Patofisiologi efusi
• Infeksi pada Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang masuk melalui saluran pernapasan menuju alveoli, sehingga
terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini,akan timbul peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti dengan pembesaran
kelenjar getah bening hilus (limfangitis regional).
• Peradangan pada saluran getah bening akan memengaruhi permeabilitas
membran. Permeabilitas membran akan meningkat dan akhirnya menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat
dari tuberculosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran
getah bening. Sebab lain dapat juga diakibatkan dari robeknya perkijuan ke arah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau columna vertebralis.
• Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberculosis paru adalah eksudat yang berisi
protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah
bening. Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemoragi.
TB Paru
Pnemonia

Atelektasis
Hipoalbuminemia
Inflamasi

Tekanan osmotik koloid menurun


Tekanan negatif intra pleura
Peningkatan permeabilitas kapiler

Ketidak seimbangan jumlah produksi cairan dengan absorbsi yang bisa dilakukan pleura
viseralis

Akumulasi / penimbunan cairan di kavum pleura

Gangguan ventilasi (pengembangan paru tidak


optimal). Gangguan difusi, distribusi, dan
transportasi oksigen
sistem pernapasan

Pa02 menurun

PCO2 meningkat

Sesak Nafas

Penigkatan
Penigkatanproduksi
produksisekret
sekret
gambar 2.2 Bagan Patofisiologi Efusi
Penurunan
PenurunanImunita
Imunita Pleura
gambar 2.2 Bagan Patofisiologi Efusi
Pleura
Pola napas tidak efekti
Sumber: Arif Mutaqin (2012)ura
Gangguan Pertukaran Gas
Sumbe
Manifestasi klinis
menurut koes irianto ( 2015 ) buku memahami beberapa penyakit.
Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jeni cairan yang timbul
ataupun penyebabanya) adalah sesak napas dan nyeri dada (biasanya bersifat
tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernapas dalam, kadang
beberapa penderita tidak menunjukan gejala sama sekali.
Gejala lainya yang memungkinkan ditemukan menurut mary Digiulio,
donna Jackson, (2014) keperawatan medikal bedah :
1. Dada sakit
2. Kesulitan bernafas ( dyspnea )
3. Turun nya suara pernafasan pada auskultasi di area karnah ada nya cairan.
Lanjutan....
4. Tumpul saat di ketuk di area yang terkena
karena adanya cairan.
5. Demam karena infeksi pada empyema.
6. Denyut jantung dan respirasi bertambah;
tekanan darah turun karnah kehilangan darah
pada hemothorax.
7. Saturasi oksigen rendah pada eksometri
denyut.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
menurut Arif Mutaqim (2012) dalam buku Asuhan
Keperawatan Klien dengan Ganguan Sistem
Pernapsan :
1.Pemeriksaan Radiologi
2. Biopsi Pleura
3. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
4. Pemeriksaan Laboratorium
Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan
pengosongan (thoraksentesis). Indikasi untuk melakukan thoraksentesis adalah :
A.Menghilangkan sesak nafas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga pleura.
B.Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
C.Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000 cc, karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak
menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Perawat menyiapkan serta memposisikan pasien untuk tindakan


thorasentesis dan memberikan dukungan sepanjang prosedur
dilakukan. Karena pleura yang terkena, maka akan terjadi nyeri yang
hebat, oleh karenanya, pasien dibantu untuk mengambil posisi yang
paling sedikit menimbulkan nyeri, dan medikasi nyeri diberikan
sesuai yang diresepkan dan sesuai yang dibutuhkan.
perawat bertanggung jawab untuk pemantauan fungsi sistem
dan mencatat jumlah drainase pada interval yang diharuskan.
Asuhan keperawatan yang berhubungan dengan penyebab dasar
efusi pleura akan spesifik tergantung pada kondisi tersebut.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari efusi pleura yaitu
1. Pneumotoraks tension : robekan pada pleura viseral dapat berfungsi
sebagai katup bola yang memungkinkan udara masuk ke dalam
rongga pleura saat inspirasi, dan tidak sedikit pun yang keluar saat
ekspirasi. Terjadi tekanan positif, yang menyebabkan pergeseran yang
nyata dari mediastinum menjauhi sisi yang mengalami pneumotoraks.
Ini merupakan kedaruratan medis, karena dapat menimbulkan
kematian dengan cepat akibat distres pernapasan dan menghilangnya
curah jantung.
2. Hidropneumotoraks cairan pada pneumotoraks
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a.Biodata
Sesuai dengan etiologi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul pada
seluruh usia. Status ekonomi (tempat tinggal) sangat berperan
terhadap timbulnya penyakit ini terutama yang didahului oleh
tuberkulosis paru. Klien dengan tuberkulosis paru sering ditemukan di
daerah padat penduduk dengan kondisi sanitasi kurang.
b.Riwayat Kesehatan
• I. Keluhan utama
• Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, gejala yang timbul
sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan
menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik, ketika
efusi sudah membesar dan menyebar kemungkinan timbul dispnea
dan batuk. Efusi pleura yang besar akan mengakibatkan napas
pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena,
dullnes pada perkusi, dan penurunan bunyi napas pada sisi yang
terkena.
Lanjutan....
II. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien dengaj efusi pleura terutama akibat adanya infeksi non
pleura biasanya mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru.
III. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunkan
dari anggota keluarganya yang lain, terkecuali penularan infeksi t
uberkulpsis yang menjadi faktor penyebab timbulnya efusi
pleura.
2.Diagnosis Keperawatan

berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI


(2016)
1.Ganguan pertukaran gas. b.d ketidak seimbangan ventilasi-perkusi
ditandai denga PO2 menurun, PCO2 Menurun, takirkardia, PH artei
menurun.
2.Risiko infeksi. b.d ketidakadekuatan pertahan tubuh primer : statis
cairan tubuh
3.Nyeri akut b.d pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisa sulit tidur

Anda mungkin juga menyukai