Anda di halaman 1dari 33

ANATOMI ESOFAGUS

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot


yangmenghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari
perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan
dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu:

1. Leher (pars servikalis)

2. Dada (parsthorakalis)

3. Abdomen (parsabdominalis)
BAGIAN SERVIKAL (LEHER)

Bagian servikal:

• Panjang 5-6 cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebrathoracalis I

• Anterior melekat dengan trachea

• Anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid

• Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus

• Posterior berbatasan dengan hipofaring

• Pada bagian lateral ada carotid sheath beserta isinya (Chandramata,2000).


BAGIAN TORAKAL
Bagian torakal:

• Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra torakalis II-IX

• Berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebralis

• Dalam rongga toraks disilang oleh arcus aorta setinggi vertebratorakalis IVdan bronkus utama
sinistra setinggi vertebra torakalisV

• Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis

• Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpusvertebralis terdapat ductus
thoracicus, vena azygos, arteri dan venaintercostalis (Chandramata, 2000).
BAGIAN ABDOMINAL
Bagian abdominal:

• Terdapat pars diaphragmatica


sepanjang 1 - 1,5 cm,
setinggivertebratorakalis X sampai
vertebra lumbalis III

• Terdapat pars abdominalis sepanjang 2


- 3 cm, bergabung dengan
cardiagaster disebut gastroesophageal
junction (Chandramata, 2000).
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan benda asing
tersangkut di esofagus.

1. Daerah Penyempitan Pertama

Disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat ototstriata dan otot polos
menyebabkan daya propulsif melemah.

2. Daerah Penyempitan Kedua

Disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta.

3. Daerah Penyempitan Ketiga

Disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal (Chandramata, 2000).


MEKANISME MENELAN

Menelan merupakan proses fisiologis komplek ketika intake makanan


atau cairan berjalan dari mulut ke lambung. Secara fisiologi, proses menelan
yang normal terdiri atas tiga tahapan yaitu : fase oral, fase faringeal, dan fase
esophageal.
FASE ORAL

Fase oral merupakan fase pertama dari proses menelan. Pada fase ini
bolus atau makanan yang siap ditelan akan dibentuk dengan bantuan gigi,
lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva dengan konsistensi dan ukuran
yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari.
FASE ORAL
Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral Peranan saraf kranial fase oral
Organ Afferen Efferen (Motorik) Organ Afferen (sensorik) Efferen (motorik)
Mandibula n. V.2 N.V : m. Temporalis, m. Bibir n.V.2 (mandibularis), n.VII: m.orbikuslaris oris,
(maksilaris) maseter, m. pterygoid n.V.3 (lingualis) m.levator labius oris, m.
depressor labius, m.mentalis

Bibir n. V.2 n. VII : m. orbicularis oris,


(maksilaris) m.zigomatikum, m. levator
labius oris, m. depressor Mulut dan Pipi n. V.2 (mandibularis) n.VII: m.zigomatikus, levator
anguli oris anguli oris, m.risoriud,
m.businator

Mulut & n. V.2 n. VII : m. mentalis, m.


Lidah n.V.3 (lingualis) n.IX,X,XI: m.pelatoglosus
pipi (maksilaris) risorius, m. businator

Uvula n.V.2 (mandibularis) n.IX,X,XI: m.uvulae,


Lidah n. V.3 n. XII : m. hipoglosus, m.
m.pelatofaring
(ingualis) mioglosus

Pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf kranial n.V2 dan n.V3 sebagai serabut efferent (sensorik) dan n.V, n.VII,
n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferent (motorik).
FASE FARINGEAL

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi:

1.m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X,n.XI) berkontraksi → palatum
mole terangkat, uvula tertarik keatas dan ke posterior → menutup daerah nasofaring.

2.m. Genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,n.X) berkontraksi → aduksi pita suara
sehingga laring tertutup.

3.Laring dan tulang hioid terangkat ke atas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid,
(n.VII), m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.konstriktor faring

inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) → faring

tertekan kebawah → relaksasi m. Kriko faring (n.X).

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dan introtius esofagus

serta dorongan otot-otot faring ke inferior → bolus makanan turun ke bawah

dan masuk ke dalam servikal esofagus.


Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf kranial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan
n.V, n.VII, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
FASE ESOFAGEAL
Terjadi gelombang peristaltic pada esofagus, mendorong bolus menuju sfingter
esofagus bagian distal, kemudian menuju lambung. Pada fase esofageal proses
menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase
faringeal yaitu 3-4 cm/detik.Fase ini terdiri dari beberapa tahapan:

1.Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring.

2.Gerakan peristaltik tegah esofagus


AKALASIA

Akalasia adalah suatu gangguan motilitas primer esophagus yang ditandai oleh
kegagalan sfingter esophagus bagian bawah yang hipertonik untuk berelaksasi pada
waktu menelan makanan dan hilangnya peristaltis esophagus.
ETIOLOGI AKALASIA
Gejala Akalasia Primer Akalasia
Menurut etiologinya, akalasia
Sekunder
dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu: Disfagia Ringan sampai Sedang sampai
berat lebih dari 1 berat, kurang
1. Akalasia primer (yang paling tahun dari 6 bulan
Nyeri dada Ringan sampai Jarang
sering ditemukan).
sedang

2. Akalasia sekunder (jarang Berat Ringan (5kg) Berat (15kg)


badan
ditemukan). menurun
Regurgitasi Sedang sampai Ringan
berat
Komplikasi Sedang Jarang
paru
Berdasarkan teori etiologi:

1. Teori Genetik

Temuan kasus akalasia pada beberapa orang dalam satu keluarga telah
mendukung bahwa akalasia kemungkinan dapat diturunkan secara genetik.

2. Teori Infeksi

Faktor-faktor yang terkait termasuk bakteri (diphtheria pertussis, clostridia, tuberculosis


dan syphilis), virus (herpes, varicella zooster, polio dan measles), Zat-zat toksik (gas
kombat), trauma esofagus dan iskemik esofagus uterine pada saat rotasi saluran
pencernaan intra uterine.
3. Teori Autoimun

Penemuan teori autoimun untuk akalasia diambil dari beberapa sumber. Pertama, respon
inflamasi dalam pleksus mienterikus esofagus didominasi oleh limfosit T yang diketahui berpefan
dalam penyakit autoimun. Kedua, prevalensi tertinggi dari antigen kelas II, yang diketahui
berhubungan dengan penyakit autoimun lainnya. Yang terakhir, beberapa kasus akalasia
ditemukan autoantibodi dari pleksus mienterikus (Sjamsuhidajat, 1997 dan Soepardi 2001)

4. Teori Degeneratif

Studi epidemiologi dari AS. menemukan bahwa akalasia berhubungan dengan proses
penuaan dengan status neurologi atau penyakit psikis, seperti penyakit Parkinson dan depresi
(Sjamsuhidajat, 1997 dan Soepardi 2001).
PATOFISIOLOGI

Menurut Castell ada dua defek penting pada pasien akalasia :

1. Obstruksi pada sambungan esofagus dan lambung akibat peningkatan


sfingter esofagus bawah (SEB) istirahat jauh di atas normal dan gagalnya
SEB untuk relaksasi sempurna.

2. Peristaltik esofagus yang tidak normal disebabkan karena aperistaltik dan


dilatasi ⅔ bagian bawah korpus esofagus.
MANIFESTASI KLINIS
1. Disfagia

Kondisi dimana penderita Akalasia mengalami kesulitan saat menelan makanan atau
minuman bahkan sampai kesakitan.

2. Nyeri dada yang biasanya bertambah parah setelah makan sehingga sering keliru dengan
angina pektoris (nyeri jantung) karena mirip.

3. Nyeri pada ulu hati

4. Muntah yang menetes dari mulut.

5. Berat badan menurun.

6. Mulas dan kesulitan sendawa

7. Gejala lain mungkin termasuk batuk malam hari atau pneumonia berulang yang disebabkan
oleh makanan yang masuk ke saluran nafas bagian bawah.
Komplikasi yang dialami oleh penderita Akalasia yaitu:

• Regurgitasi • Abses paru


• Pneumonia
• Divertikulum
• Kanker esofagus
• Perforasi esofagus
• Obstruksi saluran pernafasan
• Bronkhitis • Small cell carcinoma

• Sudden death
PENATALAKSANAAN

Sifat terapi pada akalasia hanyalah paliatif, karena fungsi


peristaltik esofagus tidak dapat dipulihkan kembali. Terapi dapat
dilakukan dengan memberI diet tinggi kalori, medikamentosa, tindakan
dilatasi, psikoterapi, dan operasi esofagokardiotomi (operasi Heller).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Radiologi

Pada akalasia esofagus, foto toraks


menunjukkan pelebaran mediastinum
yang berasal dari esofagus yang
berdilatasi dan tidak adanya gelembung
udara yang normal pada lambung,
karena kontraksi spinchter esofagus
bawah mencegah udara untuk masuk
kedalam lambung.

Gambar: foto toraks pada akalasia esofagus. Tanda panah


menunjukkan esofagusyang berdilatasi hebat.
Pemeriksaan esofagografi dengan
menggunakan barium secara khas
menunjukkan bagian esofagus yang
berdilatasi dan terdapat juga bagian yang
menyempit yang menyerupai paruh
burung (bird-beak appereance)atau
menyerupai ekor tikus (mouse tail
appereance) akibat kontraksi
spinchteresofagus bawah secara persisten. Gambar: Pemeriksaan esofagografi pada penderita akalasia esofagus,
menunjukkan esofagus bagian distal yang menyerupai paruh burung
(bird-beak appereance) atau ekor tikus (mouse tail appereance)
B. Manometrik Esofagus

Manometrik esofagus adalah


pemeriksaan yang terbaik (gold standar)
untuk mendiagnosis akalasia esofagus.
Guna pemeriksaan manometrik adalah
untuk menilai fungsi motorik esofagus
dengan melakukan pemeriksaan
tekanan didalam lumen dan spinchter
esofagus.
C. Pemeriksaan Endoskopi

Gambar: Perbandingan akalasia esofagus jika dilihat


secara: A. Anatomis, B. Endoskopi,C. Esofagografi (dikutip dari
kepustakaan 16)
PROGNOSIS

Prognosis akalasia esofagus bergantung pada durasi penyakit dan


banyak sedikitnya gangguan motilitas. Semakin singkat durasi penyakit dan
semakin sedikit gangguan motilitasnya, maka prognosis untuk kembali ke ukuran
esofagus yang normal setelah pembedahan (miotomi Heller) memberikan hasil
yang sangat baik
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT AKALASIA

A.Pengkajian Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap


Pengkajian fokus pada klien akalasia pengkajian ini meliputi sebagai berikut :
akan didapatkan tanda dan gejala penting, 1. Anamnesa : Dilakukan untuk memperoleh
meliputi hal-hal berikut: identitas klien, riwayat penyakit klien
•Disfagia (hampir semua kasus, baik cairan terdahulu dan sekarang, riwayat pekerjaan,
maupun padat) serta menggali beberapa data subjektif dari
•Regugirtasi (sendawa/baliknya material ke klien.
orofaring) pada malam hari 2. Pemeriksaan Fisik : Dilakukan untuk
•Nyeri dada memperoleh data objektif dan mendukung

•Heartburn (pirosis dan odinofagia) keakuratan data subjektif untuk mendukung


analisa data, termasuk pemeriksaan
•Penurunan berat badan
penunjang guna menentukan diagnosa.
B. Diangosa Keperawatan

• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan

• Resiko bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan makanan masuk kesaluran nafas.

• Nyeri berhubungan dengan kesulitan menelan, mencerna agen abrasi, atau episode refleksus
lambung yang sering.

• Kurang pengetahuan tentang gangguan esophagus dignostik, penatalaksanaan medis,


intervensi bedah, dan rehabilitasi berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi
terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada
Intervensi Rasional

1. Berikan makanan sesuai 1. Pemberian yang sesuai


dengan kebutuhan indikasi dan tidak memberatkan
2. Berikan makanan dengan klien apabila berlebihan
porsi sedikit tapi sering Berikan 2. Mencegah terjadinya
C. Rencana Keperawatan
makanan jangan terlalu padat penumpukan makanan pada

Perubahan nutrisi kurang dari dan terlalu cair Esophageal


3. Beritahu pada klien untuk
kebutuhan berhubungan dengan kesulitan selalu menghabiskan
3. Makanan yang tidak terlalu
makanannya
menelan padat dan tidak terlalu cair
4. Berikan obat – obatan
dapat dengan mudah dicerna
• Tujuan : Setelah 1 minggu golongan nitrates dan calcium
oleh tubuh
channel blokers
4. Membantu melancarkan dan
perawatan,kebutuhan nutrisi klien
memudahkan pencapaian
seimbang /terpenuhi dengan tujuan Obat golongan nitrates
membantu mengendurkan
• Kriteria hasil : Berat badan naik ½ kg. spincter esophagus bagian
bawah sedangkan calcium
Mencapai Body Max Index yang normal.
channel bloker dapat
Nafsu makan menigkat membantu esophagus untuk
relaks dan tidak konstriksi.
Intervensi Rasional

1. Batuk efektif dapat dilakukan


1. Anjarkan klien untuk batuk
pada posisi duduk tegak,

efektif. dan meningkatkan


kenyamanan sewaktu
2. Berikan posisi kepala inspirasi posisi semi fowler
Resiko bersihan jalan nafas tak akan mempermudah pasien
tempat tidur lebih tinggi untuk bernafas, dan
efektif berhubungan dengan makanan meningkatkan ekspansi dada
Berikan perawatan mulut yang
masuk kesaluran nafas sehingga udara mudah

baik setelah batuk masuk

• Tujuan :Klien mengerti dan 2. Meningkatkan kenyamanan


3. Dorong/ bantu latihan klien selama mengalami
mampu menerapkan batuk efektif. perawatan
nafas abdomen atau bibir.
3. Memberikan pasien
• Kriteria hasil : Bersihan jalan nafas 4. Kaji kondisi pernafasan
beberapa cara untuk mengatasi
dan mengontrol dipsnea dan
efektif menurunkan jebakan udara
(frekuensi,kedalaman,
4. Berguna dalam evaluasi
gerakan dada, penggunaan derajat distress pernafasan dan

kronisnya proses penyakit


otot bantu nafas)
Intervensi Rasional

1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan 1. Memberikan informasi yang diperlukan

intensitas untuk merencanakan asuhan.

2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, 2. Untuk mengetahui terapi yang


Nyeri berhubungan dengan
khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan dilakukan sesuai atau tidak, atau malah
kesulitan menelan, mencerna agen
keluarga tentang cara menghadapinya menyebabkan komplikasi.
abrasi, atau episode refleksus
3. Berikan pengalihan seperti reposisi dan 3. Untuk meningkatkan kenyamanan
lambung yang sering aktivitas menyenangkan seperti dengan mengalihkan perhatian klien dari

•Tujuan :Klien mampu mendengarkan musik atau nonton TV rasa nyeri.

4. Meningkatkan kontrol diri atas efek


mengontrol rasa nyeri melalui 4. Menganjurkan tehnik penanganan
samping dengan menurunkan stress
stress (tehnik relaksasi, visualisasi,
aktivitas. Melaporkan nyeri yang bimbingan), gembira, dan berikan
dan ansietas.
5. Untuk mengetahui efektifitas
dialaminya. Mengikuti program sentuhan therapeutik.
penanganan nyeri, tingkat nyeri dan
5. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan
pengobatan. Mendemontrasikan sampai sejauhmana klien mampu
bila perlu. menahannya serta untuk mengetahui
tehnik relaksasi dan pengalihan Kolaboratif: kebutuhan klien akan obat-obatan

rasa nyeri melalui aktivitas yang 6. Diskusikan penanganan nyeri dengan anti nyeri.
6. Agar terapi yang diberikan tepat
dokter dan juga dengan klien.
mungkin sasaran.
7. Berikan analgetik sesuai indikasi
7. Untuk mengatasi nyeri.
seperti morfin, methadone, narkotik dll
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Berikan informasi tentang gangguan 1. Memberikan dasar pengatahuan

Kurang pengetahuan tentang proses menelan dan anemia sehingga pasien dapat membuat
sepesifik. Diskusikan kenyataan terapi pilihan yang tepat. Menurunkan
gangguan esophagus dignostik,
tergantung pada beratnya kesukaran ansietas dan menigkatkan kerja sama
penatalaksanaan medis, intervensi bedah, dan menelan serta tipe anemia dalam program perapi.

rehabilitasi berhubungan dengan kurang 2. Berikan HE tentang pentingnya 2. Mencegah kelelahan berlebihan;
aktivitas/ mobilisasi disertai dengan mengubah energi untuk
terpajan atau salah interpretasi terhadap
periode istirahat yang sering dan penyembuhan
informasi, keterbatasan kognitif, kurang meningkatkan aktivitas sesuai 3. Memfasilitasi

akurat/lengkapnya informasi yang ada kemampuan penyembuhan/regenerasi jaringan


3. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi dan membantu memperbaiki anemia
• Tujuan :Klien dapat mengatakan makanan tinggi protein dan bila ada.

secara akurat tentang diagnosis dan tambahan besi.


4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi 4. Mengurangi gejala-gejala klinis
pengobatan pada ting-katan siap.
obat yang diresepkan secara rutin dan yang ada dan mencegah terjadinya
Mengikuti prosedur dengan baik dan berikan obat yang diresepkan sesuai efek samping tindakan yang
menjelaskan tentang alasan mengikuti jadwal. diberikan.

prosedur tersebut. Mempunyai inisiatif dalam 5. Catat/identifikasi adanya 5. Pengenalan dini dan pengobatan
tanda/gejala yang memerlukan terjadinya komplikasi seperti infeksi/
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi
evaluasi medik seperti demam/ perdarahan dapat mencegah situasi
dalam pengobatan. Bekerjasama dengan
menggigil dan perdarah yang mengancam hidup.
pemberi informasi.

Anda mungkin juga menyukai