Anda di halaman 1dari 70

Penyakit-penyakit pada

Hidung
Althof Sona S.ked 14-144
Lizahra Maulina S.ked 14-nnn
Anatomi Hidung
Hidung terdiri dari:
Hidung bagian luar
Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya
dari atas ke bawah :
1. pangkal hidung (bridge)
2. batang hidung (dorsumnasi)
3. puncak hidung (hip)
4. ala nasi
5. kolumela
6. lubang hidung (nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan


yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.
Kerangka tulang terdiri dari :
a. Rulang hidung (os nasal)
b. Prosesus frontalisos maksila dan
c. Prosesus nasalis os frontal

sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari


beberapa pasang tulang rawan yang terletak di ba
gian bawah hidung
• Hidung bagian dalam
 Rongga hidung atau kavum nasi berbentu
terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh
septum nasi di bagian tengah nya
 Pintu atau lobang masuk kavum nasi bagian depan
disebut nares anterior dan lubang belakang nares
posterior (Koana)
 Vestibulum terletak dibelakang nares anterior,
dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar
sebasea dan rambut panjang yang disebut vibrise
• Septum nasi dibentuk oleh tulang tulang rawan
– Lamina prependikularis os etmoid
– Vomer
– Krista nasalis os maksila
– Krista nasalis os palatina
• Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang
dan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka yaitu;


a. Konka inferior : Terbesar dan paling bawah letaknya
b. Konka media :Lebih kecil, letaknya ditengah
c. Konka superior :Kecil, dibagian atas
d. Konka suprema : Terkecil dan rudimenter
Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung
terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Ada 3
meatus, yaitu:
- Meatus inferior
-Meatus medius
-Meatus superior
• Pada dasar meatus nasi inferior terdapat (ostium)
duktus nasolakrimalis
• Pada meatus medius terdapat sinus frontal, sinus
maksila, dan sinus etmoid anterior
• Pada meatus superior terdapat muara sinus etmoid
posterior dan sinus sfenoid
Fisiologi Hidung
• Fungsi respirasi : penyaring udara, air
conditioning, penyeimbang dalam pertukaran
tekanan, mekanisme imunologik lokal.
• Fungsi penghidu : terdapat mukosa olfaktorius
• Fungsi fonetik : resonansi suara, membantu
proses bicara.
• Fungsi statik dan mekanis : untuk
meringankan beban kepala, proteksi terhadap
trauma dan perlindungan panas.
PENYAKIT – PENYAKIT PADA
HIDUNG
a. Kelainan congenital:
- Agenesis hidung
- Atresia nares anterior
- Kista dermoid
b. Radang:
- Selulitis
- Infeksi spesifik
c. Kelainan bentuk: Hidung pelana
d. Kelainan akibat trauma
e. Tumor: – Hemagioma
SKDI level 2
Polip Hidung
Polip hidung ialah massa yang lunak yang
mengandung banyak cairan di dalam rongga
hidung, berwarna putih atau keabu-abuan yang
terjadi akibat inflamasi mukosa.
Polip dapat berasal dari:
- Sinus ethmoid
- Sinus maksilla
Bisa unilateral ataupun bilateral
Gejala klinik:
• Keluhan utama penderita polip nasi ialah hidung
rasa tersumbat
• Rhinorrea (keluarnya cairan dari rongga hidung)
mulai jernih hingga purulen
• Hiposmia (kekurangan daya penciuman) atau
anosmia (tidak ada penciuman sama sekali)
• Gejela sekunder: bernafas melalui mulut suara
sengau halitois gangguan tidur
• Pemeriksaan fisik
– Pada rhinoskopi anterior terlihat massa bewarna
pucat yang berasal dari meatus medius dan
mudah digerakkan
Stadium Polip
• Stadium 1 : polip masih terbatas dimeatus
medius
• Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus
medius, tampak dirongga hidung tapi belum
memenuhi rongga hidung
• Stadium 3 : polip yang masif
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi
ini adalah untuk menghilangkan keluhan-keluhan,
mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi
polip.
Apabila polip tidak membaik dengan
medikamentosa atau polip masif dipertimbangkan
untuk terapi bedah (polipektomi).
SKDI level 2
Kelainan Septum
1. Septum Deviasi
Bentuk septum normal ialah lurus ditengah rongga
hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum
nasi tidak lurus sempurna di garis tengah. Deviasi
yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi
bila cukup berat menyebabkan penyempitan pada
satu sisi hidung.
Bentuk deformitas septum
1. Deviasi biasanya berbentuk huruf C atau S
2. Dislokasi, yaitu bagian bawah kartilago septum ke
luar dari krista maksila dan masuk ke dalam
rongga hidung
3. Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila
memanjang dari depan-belakang (krista) dan
sangat runcing dan pipih (spina)
4. Bila deviasi atau krista septum bertemu dan
melekat dengan konka dihadapannya (sinekia)
Gejala :
- Sumbatan hidung biasanya unilateral, dapat pula
bilateral, sebab pada sisi deviasi terdapat konka
hipotrofi sedangkan sisi lain hipertrofi.
- Rasa nyeri kepala dan sekitar mata
- Penciuman bisa terganggu, apabila deviasi bagian
atas septum
- Deviasi septum dapat menyumbat ostium sinus,
sehingga merupakan faktor presdisposisi terjadinya
sinusitis.
Terapi
1. Bila tidak ada keluhan atau sangat ringan, tidak
perlu dilakukan tindakan tindakan koreksi
septum.
2. Tindakan operatif :
a. Reseksi submukosa
pada operasi ini mukosa perikondrium dan
mukoperiostium kedua sisi dilepaskan dari tulang
rawan dan tulang septum.
Bagian tulang atau tulang rawan dari septum
kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium
dan mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan
langsung bertemu di garis tengah
b. Septoplasti atau reposisi septum.
Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok di
reposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang
dikeluarkan. Dengan cara operasi ini dapat dicegah
komplikasi yang mungkin timbul pada operasi
reseksi submukosa seperti perforasi septum dan
hidung pelana
2. Hematoma Septum
Hematoma septum adalah kumpulan darah diantara
perikondrium dan tulang rawan septum dan akibat
trauma.
Gejala :
- Sumbatan hidung
- Nyeri
- Pemeriksaan : ditemukan pembengkakan unilatera
atau bilateral pada septum bagian depan, bulat,
licin, dan hiperemis.
Terapi :
- Drenase yang segera dilakukan dapat mencegah
terjadinya nekrosis tulang rawan. Dilakukan pungsi,
dan kemudian dilanjutkan dengan insisi pada bagian
hematoma.
- Pemasangan tampon untuk menekan perikondrium
ke arah tulang rawan dibawahnya
- Antibiotik harus diberikan untuk mencegah terjadi
infeksi sekunder
HEMATOMA SEPTUM
Pemasangan tampon
Komplikasi :
- Abses septum
- Deformitas hidung luar seperti hidung pelana (saddle
nose)

SADDLE NOSE
3. Abses Septum
Adalah penumpukan pus diantara tulang rawan
septum nasi dan perikondrium.
o Disebabkan oleh trauma yang kadang tidak disadari
oleh penderita.
o Seringkali didahului oleh hematoma, kemudian
trinfeksi kuman dan menjadi abses.
Gejala abses septum :
- Hidung tersumbat progresif disertai nyeri, terutama
dipuncak hidung
- Demam
- Sakit kepala .

Pemeriksaan : lebih baik tanpa menggunakan


spekulum hidung. Tampak pembengkakan septum
yang berbentuk bulat dengan permukaan licin
Abses septum harus segera diobati sebagai kasus
darurat karena komplikasinya dapar berat, yaitu
dalam waktu yang tidak lama dapat menyebabkan
nekrosis tulang rawan septum.

Terapinya, dilakukan insisi dan drainase nanah


serta diberikan antibiotik dan analgetik untuk
nyerinya.
SKDI 4A
Rhinitis Alergi
Merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.

Berdasarkan sifat berlangsungnya :


1. Rhinitis alergi musiman (tidak terdapat di Indonesia).
2. Rhinitis alergi sepanjang tahun.
Gejala klinis:
- Gejala yang khas ialah: Terdapatnya serangan bersin berulang.
- Rhinorre (ingus) yang encer dan banyak
- Hidung tersumbat
- Hidung dan mata gatal
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan adanya :
• Rinoskopi Anterior : Mukosa edema, basah, pucat dan
banyak sekret encer.

• Gejala spesifik lainnya:


- Allergic sallute : menggosok hidung dengan punggung
tangan
- Allergic crease : timbul garis melintang didorsum nasi
sepertiga bagian bawah akibat penggosokaan hidung
yang berlangsung lama
- Allergic shiner : terdapatnya bayangan gelap di daerah
bawah mata akibat statis vena yang terjadi akibat
obstruksi hidung
Tatalaksana
 non medikamentosa
- hindari kontak dengan alergen
- tidak menggunakan bantal dan kasur kapuk
- tidak memelihara kucing
- menggunakan masker ketika membersihkan
rumah
 medikamentosa
- anti histamin dengan atau tanpa dekongestan
- kortikosteroid topikal
- antikolinergik topikal
• Operatif
Konkotomi : jika konka inferior hipertrofi berat dan
tidak berhasilmdikecilkan dengan cara kauterisasi
AgNO3 25% atau trikloroasetat

• Imunoterapi
Tujuannya adalah membentuk IgG blocking antibody
dan penurunan IgE.
Rinitis Vasomotor
suatu gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung
yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas
parasimpatis.

• Faktor predisposisi
- Obat yang menghambat saraf simpatis : simpatolitik,
ergotamin, metil dopa
- Faktor fisik : iritasi asap rokok, udara dingin,
kelembapan yang tinggi, bau yang merangsang
- Faktor psikis : cemas, stres, emosi
- Endokrin : keadaan hamil, hipotiroid dan pubertas
• Klasisikasi berdasarkan gejala yang menonjol:
- Gol bersin (sneezer), respon yang baik
dengan antihistamin dan kortikosteroid
topikal
- Gol rinore (runners), gejala dapat diatasi
dengan pemberian antikolinergik topikal
- Gol tersumbat (blockers), respon yang baik
dengan terapi kortikosteroid topikaldan
vasokonstriktor oral.
• Gejala
- Obstruksi nasi bergantian kiri dan kanan
- Rinore (mukus ataau serous)
- Bersin ( jarang) dan tidak gatal pada mata
- Gejala memburuk pada pagi hari karena perubahan suhu yang
ekstrim

• Tatalaksana
1. Menghindari faktor predisposisi
2. Medikamentosa:
- dekongestan oral
- Antihistamin
- Kortikosteroid topikal (flutikason propionat)
- Antikolinergij topikal (ipratropium bromide)
3. Operatif : bedah beku, konkotomi
Rinitis simpleks
Infeksi virus pada hidung. Disebut juga selesma,
commoncold, flu.
Penyebab utama : rhinovirus
Penyebab lainnya: myxovirus, virus ECHO
Faktor predisposisi : penurunan daya tahan tubuh

Gejala:
- Stadium prodromal: rasa panas, kering dan gatal pada
hidung, berlangsung beberapa jam
- Bersin berulang, hidung tersumbat
- Sekret hidung mula mula encer dan banyak, kemudianm
menjadi mukoid lebih kental dan lengket.
- Demam dan nyeri kepala
• Pemeriksaan fisik
Mukosa hidung tampak merah dan membengkak

• Tatalaksana
- Istirahat
- Obat simptomatis : analgetik, antipiretik dan
dekongestan
- Antibiotik : diberikan bila ada infeksi sakunder dari
bakteri
Rinitis hipertrofi
Perubahan mukosa hidung pada konka inferior yang
mengalamj hipertrofi karna proses inflamasi kronis
yang disebabkan oleh infeksi bakteri primer atau
sakunder.

• Gejala
- utama: sumbatan hidung
- Lainnya : mulut kering, nyeri kepala, gangguan
tidur, sekret biasanya banyak dan mukopurulen.
• Pemeriksaan fisik
- Konka hipertrofi, terutama konka inferior
- Permukaan konka berbenjol- benjol
- Terdapat sekret mukopurulendi antara konka
inferior dan septum dan juga didasar rongga hidung

• Tatalaksana
Terapi simptomatik untuk mengurangi sumbatan
hidung dengan kaustik konka dengan zat kimia nitras
agenti atau dengan trikloroasetat
Rinitis Atrofi
infeksi hidung kronik yang ditandai dengan
atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka.

Etiologi :
-infeksi oleh kuman spesifik : klabsiella ozaena
-defisiensi Fe
-defisiensi vit.A
-sinusitis kronik
-kelainan hormonal
-penyakit kolagen
Anamnesa:
- Nafas berbau
- Sekret kental berwarna hijau disertai krusta
berwarna hijau
- Gangguan penghidu
- Sakit kepala
- Hidung tersumbat

Pemeriksaan fisik:
Rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan
media menjadi hipotrofi atau atrofi, ada sekret purulen
dan krusta berwarna hijau.
Pemeriksaan penunjang:
- Biopsi konka media
- Mikrobiologi
- Uji resistensi kuman
- Ct scan sinus paranasal

Tatalaksana:
- Antibiotik spektrum atau sesuai uji resistensi kuman
- Obat cuci hidung utk menghilangkan bau, sekret, krusta.
- Vit.A 3x50.000 unit
- Preparat Fe (selama 2 minggu)

Operatif:
- Bedah sinus endoskopik fungsional
- Penutupan lubang hidung atau penyempitan rongga hidungdengan
SKDI 3A
Sinusitis
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal.
Sesuai anatomi sinus yang terkena dapat dibagi
menjadi sinusitis maksila, sinusitis ethmoidalis,
sinusitis frontalis dan inusitis sphenoid.
Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis sedangkan bila mengenai semua sinus
paranasal disebut pensinusitis. Yang paling sering
ditemukan ialah sinusitis maksila kemudian sinusitis
ethmoidalis, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid.
1. Sinusitis akut:
Terjadi oleh penyumbatan di daerah meatus medius
oleh infeksi, obstruksi mekanik, alergi dan
penyebaran infeksi gigi.
2. Sinusitis sub akut
Yaitu gejala klinis sama dengan sinusitis akut, tetapi
tanda-tanda radang akut sudah reda.
3. Sinusitis kronis
Sulit disembuhkan dengan pengobatan
medikamentosa. Harus disesuaikan factor penyebab
dan factor predisposisi.
Gejala:
- Gejala-gejala hidung dan nasofaring: berupa secret
dihidung dan nasofaring.

- Gejala faring: Rasa tidak nyaman ditenggorokan.

-Gejala Telinga: Pendengaran terganggu oleh


tersumbatnya tuba eustachius.
- Nyeri kepala.

- Gejala muka: penjalaran infeksi melalui duktus


nasolakrimalis.
- Gejala saluran napas: batuk dan kadang-kadang
terdapat komplikasi diparu berupa bronchitis,
bronchiectasi atau asma bronchial.

- Gejala saluran cerna: gastroenteritis oleh mucopus


yang tertelan.
Pemeriksaan Fisik

• Rinoskopi anterior : mukosa konka hiperemis dan


edema
• Rinoskopi posterior : tampak pus pada nasofaring
(post nasal drip )
Tatalaksana
a. Sinusistis akut bakterial:
• antibiotik : amoxicillin atau cephalosporin
( diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala
klinik sudah hilang
• Terapi simtomatik : dekongestan oral / topikal,
analgetik
• Steroid oral / topikal
• Pencucian rongga hidung dengan NaCl
b. Sinusitis kronik baktrial

• Antibiotik yang sesuai dengan gram negatif dan


anaerob
• Tindakan operatif meliputi :
- pembedahan radikal
- pemebedahan tidak radikal
EPISTAKSIS 4A
Defenisi : perdarahan yang berasal dari hidung

 Etiologi
- Trauma : ringan (mengorek hidung, mengeluarkan
ingus terlalu kuat ), berat (terpukul, jatuh, kecelakaan lalu
lintas )
- Infeksi : rinitis, sinusitis
- Neoplasma : karsinoma
- Benda asing dalam hidung
Klasifikasi :
 epistaksis anterior : sumber perdarahan berasal
dari pleksus kieselbach (little area) ,pleksus
kiesselabach merupakan anastomosis dari arteri
etmoidalis anterior, a.sfenopalatina, a.labialis
superior, a.palatina mayor

Biasanya ringan, sering berulang, dan dapat sembuh


sendiri
 Epistaksis posterior
Sumber perdarahan biasanya berasal dari
a.sfenopalatina atau a.etmoidalis posterior

Perdarahan lebih hebat dan jarang berhenti sendiri

Epistaksis poterior dicurigai bila :


- Sebagian besar perdarahan terjadi kedalam faring
- Suatu tampon anterior gagal mengontrol perdarahan
- Pada pemeriksaan hidung tampak letak perdarahan
terletak posterior
Tatalaksana
Perbaiki keadaan umum : pasang infus bersihkan
jalan napas
Cari sumber perdarahan :
- Pasang tampon sementara seperti : kapas yang telah
ditetesi dengan adrenalin dan lidokain 2 %
- Masukkan tampon kedalam rongga hidung untuk
menghentikan perdarahan dan untuk mengurangi
rasa nyeri pada saat dilakukan tindakan selanjutnya.
Tampon dibiarkan selama 10-15 menit
- Setelah terjadi vasokontriksi dapat dinilai apakah
perdarahan berasal dari anterior atau posterior
 Menghentikan perdarahan
Perdarahan anterior :
- Pada perdarahan ringan dapat dilakukan kompresi
hidung dengan cara menekan hidung dengan
menggunakan jempol dan jari telunjuk ± 10-15
menit. Hal ini untuk membantu menekan pembuluh
darah pada little area
- Bila dengan cara tersebut perdarahan terus
berlangsung maka perlu dilakukan pemasangan
tampon anterior yang terbuat dari kapas atau kasa
yang diberi pelumas vaselin atau salep antibiotik
Perdarahan posterior
• Pemasangan tampon bellocq :
Prinsip : tampon menutup koana dan terfiksasi di
nasofaring untuk menghindari mengalirnya darah
ke nasofaring
• Pemasangan tampon dengan kateter folley
• Digunakan katetert folley 12F-14F. Setelah
dimasukkan, balon dikembangkan dengan
menggunakan 5-10 ml larutan saline lalu didorong
kebelakang sehingga koana tertutup

Anda mungkin juga menyukai