• Gambaran radiologis
Pada tingkat hipertensi pulmonal jantung
hilus dan arteri pulmonalis utama menonjol
dan pembulhdarah periver menjadi kecil dan
tidak nyata
Pada PHD jantung terlihat karena adanya
dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan
Gambaran elektro kardio gram
• Pada hipertensi pulmonal
Gelombang P mukai tinggi pada lead 2
Depresi sekmen S-T di II, III, AVF
Gelombang T terbalik atau mendatar di V I-III
• Pada PHD dengan hipertrofi ventrikel kanan
Aksis bergeser ke kanan lebih dari + 90
Gelombang P yang tinggi di II,III, AVF
Rotasi kearah jarum jam
Rasio R / S di V 1 lebih dari 1
Rasio R / S di V 6 lebih dari 1
• Laboratorium
Menunjukkan adanya polisitemia ( Ht > 50 % )
Tekanan oksigen PaO2 darah arteri < 60 mmHg
Tekanan CO2 > 50 mmHg
Terapi Medis
1. Pengobatan kuratif dan preventif
Pasien dianjurkan untuk tirah baring, diet rendah garam dan
medikamentosa berupa obat diuretik untuk meningkatkan buang
air kecil, digitalis, tepai oksigen dan pemberian antikoagulan untuk
mencegah pembekuan darah.
2. Pengobatan Diuretik
Diberikan jika ditemukan gagal jantung kanan.
3. Obat Digitalis
Diberikan jika ditemukan gagal jantung kanan.
Digoksin bisa diberikan dengan dosis 0,125 - 0,375 mg secara oral
1 kali sehari.
4. Terapi oksigen
Askep Pasien Cor Pulmonal
• Pengkajian
Anamnesa meliputi:
1. Identitas Pasien
Terjadi pada pasien dewasa dan anak-anak.
Pada lansia sering ditemukan pada pasien yang sering merokok
Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat
obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal
adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan
kebiasaan merokok yang tinggi.
Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya
kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian,
dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang
sehat.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit saat ini
Diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk
yang tidak produktif.
Kapan keluhan itu muncul.
Tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system
otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa
lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat
ataupun saat beraktifitas
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit
seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru,
fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan
riwayat hipertensi pulmonal.
3. Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)
B1 (BREATH)
Pola napas : irama tidak teratur Gangguan kesadaran
Jenis: Dispnoe B4 (BLADDER)
Suara napas: wheezing Urin:
Sesak napas (+) – Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg
B2 (BLOOD) BB/jam
Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (- – Warna : kuning pekat
) – Bau : khas
Nyeri dada (+) Oliguria
Bunyi jantung: murmur B5 (BOWEL)
CRT : tidak terkaji Nafsu makan : menurun
Akral : dingin basah Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
B3 (BRAIN) Abdomen : asites
Penglihatan(mata) Peristaltic : tidak terkaji
– Pupil : tidak terkaji B6 (BONE)
– Selera/konjungtiva : tidak terkaji Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
Gangguan pendengaran/telinga: tidak Kekuatan otot : lemah
terkaji Turgor : jelek
Penciuman (hidung) : tidak terkaji Oedema
Pusing
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan
kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera
kapiler paru.
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan (energi
lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga
metabolism berlangsung lebih cepat).
• Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan
fisik dan keletihan.
• Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan
oliguria.
Perencanaan Keperawatan
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
pasien untuk memilih posisi yang posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
mudah untuk bernapas. Dorong nafas menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan
perlahan atau nafas bibir sesuai kerja nafas.
kebutuhan atau toleransi individu.
Awasi secara rutin kulit dan warna Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku)
membrane mukosa. atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun
telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
Dorong mengeluarkan sputum; Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah
penghisapan bila diindikasikan. sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
Auskultasi bunyi nafas, catat area Bunyi nafas mugkin redup karena aliran udara
penurunan aliran udara dan/atau bunyi atau area konsolidasi. Adanya mengi
tambahan. mengindikasikan secret. Krekel basah menyebar
menunjukkan cairan pada
intertisial/dekompensasi jantung.
Palpasi fremitus. Penurunan getaran fibrasi diduga ada
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/ status mental.Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum
Selidiki adanya perubahan. pada hypoxia, GDA memburuk disertai bingung/
somnolen menunjukkan disfungsi sersbral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
Evaluasi tingkat toleransi aktifitas. Selama distress pernapasan
Berikan lingkungan yang tenang dan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
kalem. Batasi aktifitas pasien atau mampu melakukan aktifitas sehari-hari karena
dorong untuk tidur/ istirahat dikursi hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi
selama fase akut. Mungkinkan pasien aktifitas perawatan masih penting dari
melakukan aktifitas secara bertahap program pengobatan. Namun, program latihan
dan tingkatkan sesuai toleransi ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan
individu. kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat,
dan dapat meningkatkan rasa sehat.
Awasi tanda vital dan irama jantung Tachycardia, disritmia, dan perubahan tekanan
darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
1. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi Paco2 biasanya meningkat (bronchitis, enfisema) dan pao2
oksimetri. secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan
derajat lebih kecil atau lebih besar. Catatan: paco2 “normal”
atau meningkat menandakan kegagalan pernapasan yang
akan datang selama asmatik.
b. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hypoxia.
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. Catatan: emfisema kronis, mengatur pernapasan pasien
ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin dieluarkan dengan
peningkatan pao2 berlebihan.
1. Berikan penekanan SSP (misal: ansietas, Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang
sedative, atau narkotik) dengan hati-hati. meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan, eksaserbasi
dispnea. Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.
d. Bantu instubasi, berikan/pertahankan ventilasi Terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang memerlukan
mekanik,dan pindahkan UPI sesuai instruksi penyelamatan hidup.
pasien.
• 2. Ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan Hipoksia.
• Tujuan :
– Memperbaiki atau mempertahankan pola
pernapasan normal
– Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
– Kriteria hasil :
• Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang
efektif.
• Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda
lain distress pernapasan
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Berikan posisi fowler atau semi fowler Memaksimalkan ekspansi paru,
menurunkan kerja pernapasan, dan
menurunkan resiko aspirasi
Ajarkan teknik napas dalam dan atau Membantu meningkatkan difusi gas dan
pernapasan bibir atau pernapasan ekspansi jalan napas kecil, memberika
diafragmatik abdomen bila pasien beberapa kontrol terhadap
diindikasikan pernapasan, membantu menurunkan
ansietas.
Beri motivasi pada klien untuk Agar pasien mau memenuhi diet yang
mengubah kebiasaan makan. disarankan untuk kebutuhan nutrisi
dalam metabolisme.
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal
posisi semifowler selama fase akut. dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan dieresis.
Pantau TD dan CVP (bila ada) Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya
peningkatan kongesti paru, gagal
jantung.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan Kongesti visceral (terjadi pada GJK
anoreksia, mual, distensi abdomen dan lanjut) dapat mengganggu fungsi
konstipasi. gaster/intestinal.
Konsul dengan ahli diet. Perlu memberikan diet yang dapat
diterima klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan
natrium.
EVALUASI KEPERAWATAN