Anda di halaman 1dari 41

COR PULMONAL ATAU

PULMONARY HEART DISEASE


Definisi
Menurut Irman Sumantri (2009), Kor
pulmonal adalah terjadinya pembesaran dari
jantung kanan (dengan atau tanpa gagal jantung
kiri) sebagai akibat dari penyakit yang
mempengaruhi struktur atau fungsi dari paru-paru
atau vaskularisasinya.
Cor Pulmonal (CP) adalah pembesaran
ventrikel kanan (hipertrofi dan/atau dilatasi) yang
terjadi akibat kelainan paru, kelainan dinding
dada, atau kelainan pada kontrol pernafasan
Etiologi
Penyebab penyakit pulmonary heart disease antara lain .
1. Penyakit paru menahun dengan hipoksia.
Penyakit paru obstrutif kronik,
Fibrosis paru,
Penyakit fibrokistik,
Cryptogenic fibrosing alveolitis,
Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia
2. Kelainan dinding dada :
Kifos koliosis, torakoplasti, fibrosis pleura,
Penyakit neuromuscular,
3. Gangguan mekanisme control pernafasan :
Obesitas, hipoventilasi idopatik,
Penyakit serebro vascular.
Obstruksi saluran nafas atas pada anak :
Hipertrofi tonsil dan adenoid.
4. Kelainan primer pembuluh darah :
Hipertensi pulmonale primer emboli paru berulang dan vaskulitis
pembuluh darah paru.
Gejala/ Tanda
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antarasatu
penderita yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit
dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.
• Kor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat
istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
• Kor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang
produktif (banyak sputum).
• Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas
dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
• Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan :
bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
• Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi
berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik,
dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan
kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung
kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri
kuadran kanan atas dapat juga muncul.

• Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing,


vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau
keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen, hati
membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.

• Gejala- gejala tambahan ialah:


1. Sianosis
2. Kurang tanggap/ bingung
3. Mata menonjol
Patofisiologi
• Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada
pulmonary heart disease berbanding lurus dengan
fungsi pembesaran dari peningkatan afterload.
• Jika resistensi vaskuler paru meningkat dan relatif
tetap, sehingga pada penyakit vaskuler atau
parenkim paru.
• Peningkatan curah jantung sebagaimana terjadi
pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara
bermakna.
• Afterload venrikel kanan secara kronik
meningkat jika volume paru membesar seperti
pada penyakit paru obstruksi kronik ( PPOK),
pemanjangan pembuluh paru dan kompresi
kapiler alveolar
• Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan
fisilogis dan pada suatu waktu akan
emmpengaruhi jantung serta menyebabkan
pembesaran ventrikel kanan.
• Kondisi tersebut sering kali menyebabkan terjadinya
gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkn
penurunan oksigenasi paru dapat mengakibatkan
hipoksemia ( penurunan PaCO2) dan hipercapnea
(peningkatan PaCO2), yang nantinya akan
mengakibtkan insuficience ventilasi. Hipoksia dan
hipercapnea menyebabkan vasokotriksi arteri pulmonal
dan memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi
paru seperti pada emfisema dan emboli paru akibatnya
akan terjadi peningktaan ketahanan pada sistem
sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikan hipertensi
pulmonal. Tekanan rat-rata pada arteri baru( arterial
mean preassure) adalah 45mmHg, jika tekanana ini
meningkatkan dapat menimbulkan pulmonary heart
disease. Ventrikel kanan akan hipertropi an mungkin
akan diikuti gagal jantung kanan.
Komplikasi
• Sinkope
• Gagal jantung kanan
• Edema perifer
• Kematian
Prognosis
• Prognosis PHD berkaitan dengan penyakt paru
yang mendasariya.
• Pasien yang mengalami PHD akibat Obeliterasi
pembuluh darah arteri kecil yang terjadi perlahan
lahan akibat penyakit intrinsiknya atau akibat
vibrosis interstisial harapan untuk perbaikannya
kecil karena kemungkinan perubahan anatomi
yang terjadi sudah menetap jadi prognosis
kesembuhannya kurang lebih 20%
Pemeriksaan Diagnostik

• Gambaran radiologis
Pada tingkat hipertensi pulmonal jantung
hilus dan arteri pulmonalis utama menonjol
dan pembulhdarah periver menjadi kecil dan
tidak nyata
Pada PHD jantung terlihat karena adanya
dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan
Gambaran elektro kardio gram
• Pada hipertensi pulmonal
Gelombang P mukai tinggi pada lead 2
Depresi sekmen S-T di II, III, AVF
Gelombang T terbalik atau mendatar di V I-III
• Pada PHD dengan hipertrofi ventrikel kanan
Aksis bergeser ke kanan lebih dari + 90
Gelombang P yang tinggi di II,III, AVF
Rotasi kearah jarum jam
Rasio R / S di V 1 lebih dari 1
Rasio R / S di V 6 lebih dari 1
• Laboratorium
Menunjukkan adanya polisitemia ( Ht > 50 % )
Tekanan oksigen PaO2 darah arteri < 60 mmHg
Tekanan CO2 > 50 mmHg
Terapi Medis
1. Pengobatan kuratif dan preventif
Pasien dianjurkan untuk tirah baring, diet rendah garam dan
medikamentosa berupa obat diuretik untuk meningkatkan buang
air kecil, digitalis, tepai oksigen dan pemberian antikoagulan untuk
mencegah pembekuan darah.
2. Pengobatan Diuretik
Diberikan jika ditemukan gagal jantung kanan.
3. Obat Digitalis
Diberikan jika ditemukan gagal jantung kanan.
Digoksin bisa diberikan dengan dosis 0,125 - 0,375 mg secara oral
1 kali sehari.
4. Terapi oksigen
Askep Pasien Cor Pulmonal
• Pengkajian
Anamnesa meliputi:
1. Identitas Pasien
 Terjadi pada pasien dewasa dan anak-anak.
 Pada lansia sering ditemukan pada pasien yang sering merokok
 Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat
obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
 Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal
adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan
kebiasaan merokok yang tinggi.
 Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya
kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian,
dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang
sehat.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit saat ini
 Diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk
yang tidak produktif.
 Kapan keluhan itu muncul.
 Tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
 Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan system
otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
 Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
 Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa
lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat
ataupun saat beraktifitas
c. Riwayat penyakit dahulu
 Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit
seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru,
fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan
riwayat hipertensi pulmonal.
3. Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)
 B1 (BREATH)
Pola napas : irama tidak teratur Gangguan kesadaran
Jenis: Dispnoe  B4 (BLADDER)
Suara napas: wheezing Urin:
Sesak napas (+) – Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg
 B2 (BLOOD) BB/jam
Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (- – Warna : kuning pekat
) – Bau : khas
Nyeri dada (+) Oliguria
Bunyi jantung: murmur  B5 (BOWEL)
CRT : tidak terkaji Nafsu makan : menurun
Akral : dingin basah Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
 B3 (BRAIN) Abdomen : asites
Penglihatan(mata) Peristaltic : tidak terkaji
– Pupil : tidak terkaji  B6 (BONE)
– Selera/konjungtiva : tidak terkaji Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
Gangguan pendengaran/telinga: tidak Kekuatan otot : lemah
terkaji Turgor : jelek
Penciuman (hidung) : tidak terkaji Oedema
Pusing
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan
kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera
kapiler paru.
• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan (energi
lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga
metabolism berlangsung lebih cepat).
• Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan
fisik dan keletihan.
• Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan
oliguria.
Perencanaan Keperawatan

• Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara


reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial
pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
• Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang
adekuat untuk keperluan tubuh.
• Kriteria hasil :
– Klien tidak mengalami sesak napas.
– Tanda-tanda vital dalam batas normal
– Tidak ada tanda-tanda sianosis.
– Pao2 dan paco2 dalam batas normal
– Saturasi O2 dalam rentang normal
– Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat distress
pernapasan.Catat penggunaan otot pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
aksesori, nafas bibir, tidakmampuan
bicara/ berbincang.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
pasien untuk memilih posisi yang posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
mudah untuk bernapas. Dorong nafas menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan
perlahan atau nafas bibir sesuai kerja nafas.
kebutuhan atau toleransi individu.

Awasi secara rutin kulit dan warna Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku)
membrane mukosa. atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun
telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
Dorong mengeluarkan sputum; Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah
penghisapan bila diindikasikan. sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
Auskultasi bunyi nafas, catat area Bunyi nafas mugkin redup karena aliran udara
penurunan aliran udara dan/atau bunyi atau area konsolidasi. Adanya mengi
tambahan. mengindikasikan secret. Krekel basah menyebar
menunjukkan cairan pada
intertisial/dekompensasi jantung.
Palpasi fremitus. Penurunan getaran fibrasi diduga ada
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/ status mental.Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum
Selidiki adanya perubahan. pada hypoxia, GDA memburuk disertai bingung/
somnolen menunjukkan disfungsi sersbral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
Evaluasi tingkat toleransi aktifitas. Selama distress pernapasan
Berikan lingkungan yang tenang dan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
kalem. Batasi aktifitas pasien atau mampu melakukan aktifitas sehari-hari karena
dorong untuk tidur/ istirahat dikursi hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi
selama fase akut. Mungkinkan pasien aktifitas perawatan masih penting dari
melakukan aktifitas secara bertahap program pengobatan. Namun, program latihan
dan tingkatkan sesuai toleransi ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan
individu. kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat,
dan dapat meningkatkan rasa sehat.

Awasi tanda vital dan irama jantung Tachycardia, disritmia, dan perubahan tekanan
darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
1. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi Paco2 biasanya meningkat (bronchitis, enfisema) dan pao2
oksimetri. secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan
derajat lebih kecil atau lebih besar. Catatan: paco2 “normal”
atau meningkat menandakan kegagalan pernapasan yang
akan datang selama asmatik.

b. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hypoxia.
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. Catatan: emfisema kronis, mengatur pernapasan pasien
ditentukan oleh kadar CO2 dan mungkin dieluarkan dengan
peningkatan pao2 berlebihan.

1. Berikan penekanan SSP (misal: ansietas, Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang
sedative, atau narkotik) dengan hati-hati. meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan, eksaserbasi
dispnea. Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.

d. Bantu instubasi, berikan/pertahankan ventilasi Terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang memerlukan
mekanik,dan pindahkan UPI sesuai instruksi penyelamatan hidup.
pasien.
• 2. Ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan Hipoksia.
• Tujuan :
– Memperbaiki atau mempertahankan pola
pernapasan normal
– Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
– Kriteria hasil :
• Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang
efektif.
• Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda
lain distress pernapasan
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Berikan posisi fowler atau semi fowler Memaksimalkan ekspansi paru,
menurunkan kerja pernapasan, dan
menurunkan resiko aspirasi

Ajarkan teknik napas dalam dan atau Membantu meningkatkan difusi gas dan
pernapasan bibir atau pernapasan ekspansi jalan napas kecil, memberika
diafragmatik abdomen bila pasien beberapa kontrol terhadap
diindikasikan pernapasan, membantu menurunkan
ansietas.

Obserfasi TTV (RR atau frekuensi Mengetahui keadekuatan frekuensi


permenit) pernapasan dan keefektifan jalan napas
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak
digunakan untuk usaha bernapas, sehingga
metabolism berlangsung lebih cepat).
• Tujuan : Nafsu makan membaik.
• Kriteria hasil :
– Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi
– Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam
batas normal.
– Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional

Beri motivasi pada klien untuk Agar pasien mau memenuhi diet yang
mengubah kebiasaan makan. disarankan untuk kebutuhan nutrisi
dalam metabolisme.

Sajikan makanan untuk klien semenarik Mengurangi anorexia pada pasien.


mungkin.

Pantau nilai laboratorium, khususnya Untuk mengetahui perkembangan


transferin, albumin, dan elektrolit. asupan gizi klien melalui sampel darah.

Timbang berat badan pasien pada Untuk mengetahui perkembangan klien


interval yang tepat. dalam mempertahankan berat badan
normal.
Diskusikan dengan ahli gizi Untuk bisa lebih tepat
dalam menentukan kebutuhan memberikan diet kepada pasien
protein untuk klien. sesuai zat gizi dan kalori yang
dibutuhkan.

Pertahankan kebersihan mulut Menambah nafsu makan dan


yang baik. membersihkan kuman-kuman
yang ada dalam mulut, sehingga
makanan yang klien makan akan
terasa lebih nikmat.
• Intoleransi aktivitas berhubungan
ketidakseimbbangan antara suplai dan
demand oksigen
• Tujuan : keseimbanagn antara
suplai dan demand oksigen.
• Kriteria hasil : mentoleransi aktivitas
yang biasa dilakukan dan di tunjukkan dengan
daya tahan, menunjukkan penghematan
energi.
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/ Intervensi Rasional
Beri bantuan untuk melaksanakan Ajarkan klien bagaimana meningkatkan
aktifitas sehari-hari rasa control dan mandiri dengan kondisi
yang ada

Ajarkan klien bagaimana menghadapi Istirahat memungkinkan tubuh


aktifitas menghindari kelelahan dan memperbaiki energy yang digunakan
berikan periode istirahat tanpa selama aktifitas
gangguan di antara aktifitaa

Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Dengan ahli gizi,perawat dapat


menu makanan pasien menentukan jenis-jenis makanan yang
harus dikonsumsi untuk
memaksimalkan pembentukan energy
dalam tubuh pasien.
• Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan
• curah jantung.
• Tujuan : mengembalikan pola
eliminasi urin normal.
• Kriteria hasil : klien menunjukkan pola
pengeluaran urin yang normal, klien
menunjukkan pengetahuan yang adekuat
tentang eliminasi urin.
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan Pengeluaran urine mungkin sedikit dan
warna saat dimana diuresis terjadi. pekat karena penurunan perfusi ginjal.
Posisi terlentang membantu diuresis
sehingga pengeluaran urine dapat
ditingkatkan selama tirah baring.

Pantau/hitung keseimbangan intake dan Terapi diuretic dapat disebabkan oleh


output selama 24 jam kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan
(hipovolemia) meskipun edema/asites
masih ada.

Pertahakan duduk atau tirah baring dengan Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal
posisi semifowler selama fase akut. dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan dieresis.
Pantau TD dan CVP (bila ada) Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya
peningkatan kongesti paru, gagal
jantung.

Kaji bisisng usus. Catat keluhan Kongesti visceral (terjadi pada GJK
anoreksia, mual, distensi abdomen dan lanjut) dapat mengganggu fungsi
konstipasi. gaster/intestinal.
Konsul dengan ahli diet. Perlu memberikan diet yang dapat
diterima klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan
natrium.
EVALUASI KEPERAWATAN

• Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum


dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam:
1. Mempertahankan jalan nafas secara evektif yang ditunjukan
dengan cara adanya kemampuan untuk bernapas,jalan nafas
bersih,tidak adanya sumbatan,frekuensi,irama,kedalaman
nafas norma,seta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
2. Mempertahankan pola nafas secara efektif yang ditunjukan
engan adanya kemampuan untuk bernafas,frekuensi,irama,
dan kedalaman nafas normal, tidak ditemukan adanya tanda
hipoksia,serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
…LANJUTAN
3. Mempertahan kan pertukaran gas secara efektif
yang ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk
bernapas secara efektif,tidak ditemukan dispenea
pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi dalam
batas normal,serta siturasi oksigen dan PaCO2
dalam keadaan normal.
4. Meningkatkan perfusi jaringan dengan adanya
kemampuan pengisian
kapiler,frekuensi,irama,kekuatan nadi dalambatas
normal,dari status hidrasi normal.
EVALUASI KEPERAWATAN

• Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum


dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam:
1. Mempertahankan jalan nafas secara evektif yang ditunjukan
dengan cara adanya kemampuan untuk bernapas,jalan nafas
bersih,tidak adanya sumbatan,frekuensi,irama,kedalaman
nafas norma,seta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
2. Mempertahankan pola nafas secara efektif yang ditunjukan
engan adanya kemampuan untuk bernafas,frekuensi,irama,
dan kedalaman nafas normal, tidak ditemukan adanya tanda
hipoksia,serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
…LANJUTAN
3. Mempertahan kan pertukaran gas secara efektif
yang ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk
bernapas secara efektif,tidak ditemukan dispenea
pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi dalam
batas normal,serta siturasi oksigen dan PaCO2
dalam keadaan normal.
4. Meningkatkan perfusi jaringan dengan adanya
kemampuan pengisian
kapiler,frekuensi,irama,kekuatan nadi dalambatas
normal,dari status hidrasi normal.
kesimpulan
• Kor-pulmonal adalah pembesaran ventrikel kanan
(hipertrofi dan/atau dilatasi) yang terjadi akibat
kelainan paru, kelainan dinding dada, atau kelainan
pada kontrol pernafasan.
• Kor-pulmonal dapat terjadi akut maupun kronik.
Penyebab Cor Pulmonale akut tersering adalah emboli
paru masif, sedangkan Cor Pulmonale kronik sering
disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Pada Cor Pulmonale kronik umumnya terjadi
hipertrofi ventrikel kanan, sedangkan pada Cor
Pulmonal akut terjadi dilatasi ventrikel kanan.

Anda mungkin juga menyukai