Anda di halaman 1dari 43

By

Ns. Nurwahidah, S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


HIV/AIDS
Tinjauan tentang HIV/AIDS

AIDS merupakan sindrom imunodefisiensi yang didapat


diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi HIV (human
imunodefisiensi virus)

Berdasarkan data depkes pada periode 1 januari s/d 30


september 2014 jumlah penderita HIV sebanyak 22. 869
sedangkan penderita AIDS sebanyak 1.876 dan secara
kumulatif dari 1 April 1987 s/d 30 September 2014 didapatkan
jumlah penderita HIV sebanyak 150.296 orang dan penderita
AIDS sebanyak 55.799 dan kematian sebanyak 9.786 orang.
HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
dan belum ditemukan obat yang dapat memulihkannya hingga
saat ini.
Tinjauan tentang HIV/AIDS

Menderita HIV/AIDS
diIndonesia AIB

Secara fisiologis
HIV menyerang
AIDS sistem kekebalan Meningkatkan tekanan
bahkan tubuh penderitanya. psikologis terutama
kematian pada penderitanya
maupun pada keluarga
Menurut Ross 1997 jika dan lingkungan
stress mencapai tingkat disekeliling penderita
kelelahan maka dapat
menimbulkan kegagalan
fungsi sistem imun
Pengertian

HIV (human immunodefisiensi virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh pada manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan
AIDS . Sedangkan AIDS sendiri adalah satu sindroma penyakit yang muncul secara
kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV

AIDS (acquired Immunodefisiensi Syndrome) adalah sindroma yang


menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tampa
adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
terjadinya defisiensi tersebut (Rampengan & Laurents, 1997)
Pengertian

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus


yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia
(H.wartono, 1999)

AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat


menurunnya sistem kekebalan tubuh (dr. Syahlan,
1997)
Etiologi

Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency


Virus (HIV), tergolong dalam kelompok retrovirus
yaitu kelompok virus yang mempunyai kemampuan
untuk “mengkopi-cetak” materi genetik diri di dalam
materi genetik sel-sel yang ditumpanginya

Dasar utama penyakit infeksi HIV adalah


berkurangnya jenis sel darah putih (Limfosit
T helper) yang mengandung marker CD4 (sel
T4)

Limfosit T4 merupakan sel utama yang terlibat secara langsung maupun


tidak langsung dalam menginduksi kebanyakan fungsi2 kekebalan,
sehingga kelainan2 fungsional pada sel T4 akan menimbulkan tanda2
gangguan respon kekebalan tubuh
Penularan HIV/AIDS
Virus HIV menempel pada permukaan
VIRUS
Patofisiologi sel T4 (CD4)
Enzime reverse
transkriptase

Virus HIV masuk kedlam sel T4  DNA provirus

sel T4 helper tidak dapat Masuk kedalam inti sel


mengenali virus sebagai antigen

virus HIV didalam tubuh tidak Virus baru & protein pindah kepermukaan sel
dihancurkan oleh sel T4 helper yang baru dan masih imatur
Enzim protease HIV

Kebalikannya virus HIV yang Virus matang  virus hiv baru


menghancurkan sel T4 helper
Infeksi
Patofisiologi /penyakit

Masa inkubasi AIDS diperkirakan


antara 10 minggu sampai 10 Fungsi sel T4 helper
tahun. Diperkirakan sekitar 50% (mengenali antigen yang
orang yang terinfeksi HIV akan asing, mengaktifkan
menunjukan gejala AIDS dalam 5 limfosit B yang
tahun pertama, dan mencapai memproduksi antibody ,
70% dalam sepuluh tahun akan menstimulasi limfosit T
mendapat AIDS sitotoksik memproduksi
limfokin, dan
mempertahankan tubuh
Setelah virus HIV masuk ke terhadap infeksi parasit.)
dalam tubuh  HIV
menginfeksi sel dengan
mengikat permukaan sel
sasaran yang memiliki
reseptor membran CD4, Jumlah limfosit T helper
yaitu sel T-helper (CD4)
Patofisiologi

Sesorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak


memperlihatkan gejala (asimtomatik) selama
bertahun2 . Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 800-1300 sel per/ml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml
darah 2-3 tahun setelah infeksi

Gejala2 infeksi oportunistik muncul  Infeksi yang parah


jumlah T4 tambah menurun akibat
munculnya penyakit baru  virus
berproliferasi
Klasifikasi

Stadium I
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati generalisata persistent (LGP)
Stadium 2
a. BB menurun <10 % dari BB semula
b. Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti : dermatitis seboroik, infeksi
jamur kuku, ulkus oral
c. Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang seperti sinusitis bakterial
KLASIFIKASI

• BB terus menurun > 10 % dari BB semula


Stadium III • Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya
berlangsung > dari 1 tahun
• Demam tampa sebab yang jelas
• Kandidisis oral
• TB paru dalam 1 tahun terakhir
• Infeksi bakteri berat
• Herpes Zooster yang berkomplikasi
KLASIFIKASI

• Badan menjadi kurus


• Pneumocystis carinii
pneumonia (PCP)
• Toksoplasmosis pada otak
Stadium • Infeksi virus herpes simpleks
IV • Mikosis (infeksi jamur)
• Kandidiasis eosofagus, trakhea,
bronkus atau paru
• Sarcoma kaposi
• limfoma
Dermatitis
seboroik

Herper
zooster

Herpes
simpleks

Penurunan
BB

Sarkoma
kaposi

Kandidiasis
oral
Kelompok beresiko tinggi

a. Lelaki homoseksual atau


biseks
b.Orang yang ketagihan obat
intravena
c.Partner seks dari penderita Beresiko
AIDS
d. Penerima darah atau
produk darah
e. Bayi dari Ibu/Bapak yang
terinfeksi
Diagnosa

Seseorang dinyatakan HIV apabila dengan pemeriksaan


laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode
pemeriksaan antibodi ataupun pemeriksaan untuk
mendeteksi adanya virus dalam tubuh.
1 PCR (polimerase
Tes diagnostik
chain reaction)
2
Kultur/biakan virus
Tes untuk 3
mencari virus Deteksi antigen p24
Tes dalam darah
laboratorium penderita
1
untuk Tes ELISA (Enzyme
menetapkan LinkedIimmunosorbent Assay)
diagnosa Untuk mencari adanya
infeksi HIV antibody terhadap 2
dibagi dalam berbagai Tes komfirmasi seperti WB
2 kelompok komponenvirus HIV (Western Blot),
dalam serum
3
penderita (tes Indirect Immunofluorescence
serologik) Assay(IFA),
4
Radio-Immuno Precipitation
Assay (RIPA)
Komplikasi

Lesi oral
Karena kandida, herpes simpleks, sarkoma kaposi, gingivitis, lekoplakia oral,
nutris, dehidrasi, penurunan BB, keletihan

N perubahan kepribadian,
Kompleks dimensia AiDS
E kerusakan kemampuan
karena serangan langusng
U motorik, kelemahan,
HIV pada sel saraf
R disfasia dan isolasi sosial
O
L Encepalophaty akut karena sakit kepala,
O reaksi terapiutik, hipoksia, malaise, demam,
G hipoglikemia, paralise
I ketidakseimbangan total/parsial
elektrolit,meningitis/ensefalitis
Komplikasi

R
Infeksi karena
E
pneumocystic carinii,
S nafas pendek,
cytomegalovirus,
P batuk, nyeri,
virus influenza,
I hipoksia, keletihan
pneumococcus, dan
R dan gagal nafas
micobacterium
A
tuberculosis
S
I
KOMPLIKASI Efek langsung HIV
pada sel2 yang
melapisi
G intestinum
A
S Penurunan BB
T yang nyata,
R gangguan
O Anoreksia, mual, keseimbangan
I muntah, cairan dan
Manifestasi
N kandidiasis oral elektrolit,
klinik
T serta esofagus, eskoriasi kulit
E dan diare kronis perianal,
S kelemahan dan
T ketidakmampuan
I melakukan
N aktivitas sehari2
A
L
KOMPLIKASI

Dermatologik
Lesi kulit : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi obat dan
dekubitus

nyeri,gatal, rasa
terbakar, infeksi
sekunder dan
sepsis
KOMPLIKASI

Sensorik
Pandangan : sarkoma Kebutaan
kaposi pada
konjungtiva

Sensorik
Pendengaran : otitis
eksternal akut dan otitis
media
Penatalaksanaan

Sampai saat ini belum Pengobatan hanya ditujukan untuk gejala


ditemukan obat untuk infeksi yang ada
HIV/AIDS

Lakukan pencegahan HIV/AIDS

Abstinence  hindari seks bebas


Be faithful  setia pada pasangan
Condom  cara efektif mencegah
penularan HIV/Aids
Don”t share needls  jangan berganti2
jarum suntik
Education  pendidikan seks pada remaja
Konseling
Penatalaksanaan

Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan
pemulihan infeksi opurtunistik,nosokomial, atau
sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
Jika sudah
terpajan dengan
virus HIV Terapi antiretroviral mis : AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat
antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase.
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
Penatalaksanaan

Penggunaan preparat imunomodulator yang


bertujuan untuk menguatkan atau
memulihkan sistem imun

Jika sdh
terpajan
dgn
virus Perawatan suportif merupakan tindakan
HIV yang penting karena efek infeksi HIV dan
penyakit AIDS yang sangat menurunkan
keadaan umum pasien, efek tersebut
mencakup malnutrisi, kerusakan kulit,
kelemahan, imobilitas dan perubahan status
mental
Proses keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien AIDS


merupakan tantangan yang besar bagi
perawat karena setiap sistem organ berpotensi
untuk menjadi sasaran infeksi ataupun kanker.
Disamping itu penyakit ini dipersulit oleh
komplikasi masalah emosional, sosial dan etika
Pengkajian

Kaji riwayat diet dan kenali


faktor2 yang dapat mengganggu
Status asupan oral seperti anoreksia,
nutrisi mual muntah, nyeri oral atau
kesulitan menelan
PENGKAJIAN


diinspeksi setiap hari
Kulit dan
untuk menemukan
membran
tanda2 lesi, ulserasi
mukosa
atau infeksi.

gejala kemerahan,
ulserasi dan adanya
bercak2 putih seperti
Rongga krim yang menunjukkan
mulut kandidiasis, daerah
perianal harus diperiksa
untuk menemukan
adanya eskorias
PENGKAJIAN

Kaji gejala batuk, produksi sputum, nafas


Sistem yang pendek, ortopnea, takipnea dan
respirasi nyeri dada, suara nafas juga harus
diperiksa. Foto thoraks, analisa gas darah
arteri dan tes fungsi paru.
PENGKAJIAN

Kaji tingkat kesadaran pasien, orientasi


terhadap orang, tempat dan waktu serta
ingatan yang hilang, dinilai adanya
Status gangguan sensorik mis perubahan
neurologi visual, sakit kepala dan parastesia pada
ekstremitas serta gangguan motorik mis
perubahan gaya jalan, paresis paralisis
dan serangan kejang
PENGKAJIAN

Kaji kulit serta membran mukosa untuk


menentukan turgor dan kekeringannya. Peningkatan
rasa haus, penurunan output urine, TD yang rendah
disertai kenaikan frekuensi denyut nadi
Status cairan menandakan adanya dehidrasi. Gangguan
dan elektrolit keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar
natrium, kalium, kalsium, magnesium dan klorida
dalam serum secara khas akan terjadi karena diare
hebat. Tanda2 dan gejala deplesi elektrolit
mencakup penurunan status mental, kedutan otot,
kram otot, denyut nadi yang tidak teratur, mual serta
vomitus dan pernafasan yang dangkal
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN

Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan


cara2 penularan penyakit harus dievaluasi. Reaksi
psikologis pasien terhadap diagnosis penyakit AIDS
merupakan informasi penting yang harus digali. Reaksi
dapat bervariasi antara pasien yang satu dengan
lainnya dan dapat mencakup penolakan, amarah, rasa
takut, menarik diri dan depresi
Diagnosa keperawatan

•Kerusakan integritas kulit B/D manifestasi HIV, eksoriasi dan diare


•Diare B/D kuman patogen usus
•Resiko infeksi B/D imunodefisiensi
•Intoleran aktifitan B/D keadaan mudah lelah, kelemahan, malnutrisi
•Bersihan jalan nafas tidak efektifB/D pneumoniapneumocystis
carinii, peningkatan sekresi bronkhus dan penurunan kemampuan
untuk batuk
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan

Meningkatkan integritas kulit. Pasien dianjurkan agar sedapat mungkin


mempertahankan keseimbangan antara istirahat dan mobilitas, pasien
yang immobiel harus dibantu untuk mengubah posisi tubuhnya setiap 2
jam sekali. Menggunakan kasur dekubitus. Pasien diminta untuk tidak
menggaruk, memakia pelembab kulit tampa parfum untuk mencegah
kekerinagn kulit, perawatan oral yang rutin. Daerah perianal harus sering
diperiksa. Penggunaan plester harus dihindari, permukaan kulit harus
dihindari dari gesekan
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN

• Mencegah infeksi. Kepada pasien


dan orang yang merawatnya diminta
untuk memantau tanda2 infeksi mis
panas, menggigi, keringat malam,
batuk dengan atau tampa produksi
sputum, rasa sakit pada mulut atau
kesulitan menelan, bercak2 putih
pada mulut
INTERVENSI KEPERAWATAN

Memperbaiki toleransi terhadap aktifitas. Toleransi terhadap aktifitas


dinilai dengan kemampuan pasien untuk bergerak (ambulasi) dan
melaksanakan kegiatan sehari2
Memperbaiki bersihan jalan nafas. Spesimen sputum diperiksa untuk
menemukan mikroorganisme yang menular, terapi pulmoner mis batu
efektif, nafas dalam, drainase postural, vibrasi dan perkusi dilakukan
sedikitnya setiap 2 jam sekali untuk mencegah statis sekresi dan
meningkatkan bersihan jalan nafas, pengaturan posisi, istirahat yang
cukup dan O2 jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN

• Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan.


Pasien dinilai untuk menentukan kualitas dan
kuantitas rasa nyeri yang berkaitan dengan
integritas kulit perianal, lesi sarkoma kaposi
dan neuropati perifer. Membersihkan daerah
perianal secara teratur dapat meningkatkan
rasa nyaman. Pemberian analgetik topikal.
Penggunaan bantal lunak/bantal busa pada
saat duduk dapat meningkatkan rasa nyaman.
Dapat diberikan anlgetik yang bersifat opoid
disamping pendekatan nonfarmakologis
seperti tehnik relaksasi, distraksi dan imajinasi
terbimbing
Intervensi keperawatan

Memperbaiki status nutrisi. Status nutrisis dinilai dengan pemantauan BB, asupan
makanan, anoreksia, mual muntah, infeksi kandida pada mulut. Pengendalian
mual muntah dengan obat2 antiemetik yang diberikan secara teratur dapat
meningkatkan asupan diet pasien. Pasien dianjurkan memakan makanan yang
mudah ditelan dan menghindari makanan yang kasar, pedas ataupun lengket.
Menjaga hygiene oral sebelum dan sesudah makan harus dianjurkan
Intervensi keperawatan

Mengurangi isolasi sosial. Pasien2 AIDS menghadapi resiko untuk


mengalami stigmatisasi ganda, mereka akan dipandang oleh
masyarakat sebagai penderita penyakit yang mengerikan dan
mereka biasanya akan dikucilkan oleh masyarakat, perawat berada
dalam posisi kunci untuk menciptakan suasana penerimaan
danpemahaman terhadap penderita AIDS dan keluarga,
pasangannya dan lingkungannya

Anda mungkin juga menyukai