Anda di halaman 1dari 7

PEREKONOMIAN SEBELUM

RASULULLAH HADIR
Kondisi sosial masyarakat Makkah dan Bangsa Arab
pada umumnya sangat amburadul. Peperangan dan
sukuisme menjadi trand masyarakat kala itu. Tidak
ada undang-undang tertulis atau norma yang berlaku
di antara suku-suku selain pembalasan dendam
sebagai perlindungan. Nyawa harus dibalas dengan
nyawa dan peperangan tidak bisa terelakkan.
Mereka yang kuat akan berkuasa, sedangkan
mereka yang lemah termarginalkan dari kancah
sosial. Perdagangan manusia atau perbudakan
menjadi hal yang biasa khususnya bagi mereka para
tawanan perang.
Pada waktu itu, perempuan tidak mendapat tempat dalam
kancah sosial kemasyarakatan. Bahkan bayi-bayi
perempuan yang mencerminkan kelemahan (menurut
mereka) akan dikubur hidup-hidup sebagai aib keluarga.
Mereka sangat takut akan kemiskinan, membiarkan
perempuan hidup berarti akan membiayai ekonomi
mereka setelahnya sehingga harus dibinuh.
Secara geografis, Makkah terletak di garis lalu lintas
perdagangan antara Yaman dan Syam dekat Lautan
Tengah. Para pedagang dari kawasan Laut Tengah, Teluk
Persia, Laut Merah dan Jeddah bahkan dari Afrika
bertemu di sana. Di sanalah pusat uang dan barang
dagangan pada waktu itu. Pertukaran barang dagangan
bahkan perdagangan uang terjadi di sana. Prinsip-prinsip
komersialisme berkembang di sana. Pengembangan
kepemilikan dan usaha pribadi menjadi kebudayaan baru
dengan usaha memperbanyak keuntungan walau dengan
kecurangan.
Dalam praktik ekonomi pada waktu itu, riba menjadi hal
yang biasa. Mereka menjadi rentenir dengan
menggandakan nilai atau nominal uang dalam pinjaman.
Para rentenir meminjamkan uangnya dengan tingkat
bunga yang tinggi, dan ketika si peminjam tidak mampu
mengembalikan pada hari yang ditentukan, maka uang
tersebut akan dilipat gandakan dan begitu seterusnya. Jika
tidak membayar uang pinjaman dan bunganya, pemberi
pinjaman terkadang mengambil hak atas istri dan
anaknya. Akibatnya golongan lemah semakin tertindas dan
tidak dapat berkembang, sementara mereka tertawa ria di
atas kemiskinan orang lain.
PENDIDIKAN EKONOMI RASULULLAH
Dalam sejarah kepengasuhan Rasulullah, pada
waktu kecil beliau disusui Halimah. Beliau terhindar
dari infeksi kota Makkah dan mengawali hidup
bersih, sehat dan bebas di desa. Keramaian kota dan
carut marutnya tidak dapat mengusiknya.
Lingkungan membentuk kepribadian dan fisik kuat
beliau dan memberi pengetahuan tentang
penggembalaan dan lainnya.
Pada waktu Nabi diasuh pamannya Abu Thalib, beliau
sudah menginjak dewasa di dunia dagang Makkah. Hal-hal
yang terkait dengan unta mulai dari makanan yang cocok,
cara menaikkan beban dengan baik, memintal tali dan
semua yang terkait dengan perdagangan yang
membutuhkan unta memang harus dikuasai dalam
menentukan langkah selanjutnya di perdagangan.
Pengetahuan tentang unta menjadi hal yang paling dasar
baik dalam peperangan, perdagangan dan lainnya sebagai
satu-satunya transportasi padang pasir yang dapat
diandalkan.
Dalam perjalanan menyertai Abu Thalib, secara tidak
langsung sebenarnya Nabi telah mengikat relasi dagang
dengan mereka yang melakukan transaksi. Beliau telah
memiliki modal jaringan dagang dan pengalaman. Hal ini
sangat berguna dalam membentuk jiwa selektifitas barang
dagangan, memilah milih atau menidentifikasi yang baik.
Beliau juga mengenal harga, baik harga pasaran dan harga
kulak (grosir). Bagaimana melakukan tawar menawar dan
menjual barang dengan harga yang tidak mengecewakan.
Bagaimana mendapatkan barang dengan harga yang
diharapkan. Dan banyak hal lain yang dapat beliau petik
dalam perjalanan bersama pamannya.

Anda mungkin juga menyukai