Anda di halaman 1dari 43

KUSTA

Penyakit KUSTA / LEPRA / LEPROSY / MORBUS


HANSEN

Definisi :
- merupakan penyakit menular kronik
- disebabkan mycobacterium leprae (M.Leprae)
- menyerang pertama pada saraf tepi
- selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut),
saluran pernapasan bagian atas, sistem
retikulo endotelial, mata, otot, tulang
dan testis
Epidemiologi
• tersebar diseluruh dunia
• berasal dari Asia Tengah kemudian
menyebar ke Mesir,Eropa, Afrika dan
Amerika
• Indonesia merupakan negara ketiga
terbanyak setelah India dan Brasil
• Prevalensi 1,7 per 10.000 penduduk
• Data insidens sangat sulit diperoleh
• Dapat menyerang semua orang, semua
umur
• Laki-laki lebih banyak dibanding wanita
dengan perbandingan 2:1
• Frekuensi terbanyak pada umur 15-29
tahun
• Pernah ditemukan di P. Nauru pada
keadaan epidemi penyebaran hampir
pada semua umur
• Di Brasilia terdapat peninggian prevalensi
pada usia muda, sedangkan pada
penduduk emigran prevalensi meningkat
pada usia lanjut
• Terdapat perbedaan , baik perbedaan ras
maupun geografik
• Ras Cina, Eropa, Myanmar lebih rentan
terhadap bentuk lepromatosa
dibandingkan ras Afrika, India dan
Melanesia
• Iklim (cuaca panas dan lembab), diet,
status gizi, status sosial ekonomi, genetik,
berperan dalam kejadian dan penyebaran
penyakit
Etiologi
• Penyebab penyakit adalah mikobakterium leprae
• Morfologik : berbentuk pleomorf lurus, batang
panjang, sisi paralel, dengan kedua ujung bulat
• Ukuran 0.3-0,5 x 1-8 mikron
• Bentuk batang gram positip
• Tidak bergerak dan tidak berspora
• Dapat tersebar atau berkelompok dalam berbagai
ukuran, disebut globi
• Dinding terdiri dari 2 lapisan, peptidoglikan dan
lapisan transparan lipopolisakarida
Mikobakterium leprae
Mikobakterium leprae
• Basil obligat intraseluler
• Dapat berkembang biak di dalam sel Schwann saraf
dan makrofag kulit
• Basil dapat ditemukan di mana2, di dalam tanah , air dan
udara.
• Pada manusia terdapat pada permukaan kulit, rongga
hidung dan tenggorokan
• Basil dapat berkembang biak di dalam otot polos atau
otot bergaris
• Basil dapat ditemukan pada folikel rambut, kelenjar
keringat, sekret hidung, mukosa hidung dan daerah erosi
atau ulkus pada tipe borderline atau lepromatous.
• Berkembang biak secara perlahan (11-13 hari)
Pertumbuhan yang sangat lambat
menimbulkan masa inkubasi yang
sangat lama (5-7 tahun)

Basil belum dapat dibiakkan in vitro, dapat


di inokulasi pd bbrp binatang
Bersifat tahan asam
Bagian tubuh yang dingin merupakan
tempat predileksi misalnya saluran
pernapasan, testis, ruang anterior mata,
kulit terutama cuping telinga, jari
Terdapat 5 sifat khas M. leprae

• Merupakan parasit intraseluler, tidak dpt dibiakkan


pada media buatan
• Dapat diekstrasi oleh piridin, sifat tahan asam
• Satu2nya spesies mikobakterium yang
menginvasi dan bertumbuh dalam saraf
perifer
• Ekstrak terlarut dalam preparat M. leprae mengandung
komponen antigenik yg stabil dgn aktifitas imunologis
yang khas yaitu uji kulit positif pada penderita
tuberkuloid dan negatif pada penderita lepromatous
Manifestasi klinik

• Menunjukkan gambaran yang jelas pada stadium


lanjut
• Diagnosis pada saat ini cukup ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik
• Gejala tergantung pada:
• - multiplikasi dan diseminasi kuman lepra
• - respon imun penderita terhadap
kuman lepra
• - komplikasi yang diakibatkan
oleh kerusakan saraf perifer
Morbus Hansen

KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


Diagnosis
Berdasarkan penemuan tanda Kardinal yaitu

1. Bercak kulit yang mati rasa (total/sebagian) berupa


makula atau plak hipopigmentasi/eritematosa

2. Penebalan saraf tepi, rasa nyeri +/- dan gangguan fungsi


saraf +/-

3. Ditemukan basil tahan asam


– cuping telinga
– lesi kulit aktif
– biopsi
Tanda kardinal, apabila salah satunya
ada, tanda tsb sudah cukup untuk
menetapkan diagnosis penyakit kusta,
yakni:

• Lesi kulit anestesi


• Penebalan saraf perifer
• Ditemukannya M . Leprae ( bakteriologis
positif) BTA+
Tes motorik (Paresis / Paralisis)
Diagnosis
D/ kusta paling sedikit 1 tanda Kardinal

• Tanda Kardinal (-):


– Tersangka kusta
– Observasi dan periksa ulang setelah 3 – 6 bln 
kusta +/-
Diagnosis Banding
Penyakit kusta ~ The Greatest Immitator

– Dermatofitosis
– Tinea versikolor
– Pitiriasis rosea
– Pitiriasis alba
– Psoriasis
– Neurofibromatosis
– dll
Gambaran klinis
Pendayagunaan penderita
Perawatan kaki untuk mencegah deformitas
Gambaran muka penderita kusta
Gambaran kaki penderita kusta
Pengobatan

• Sulfon
• Rifampisin
• Klofazimin (B663, Lampren)
• Protionamide dan Etionamide
• MDT (Multi Drug Therapy)
• Sesuai rekomendasi WHO
• Rifampisin, DDS , lama pengobatan 6 bulan
• Rifampisisn, DDS, Lampren, lama pengobatan maks
36 bulan
• Obat2-an baru; fluorokinolon, gol antibiotik makrolid,
minosiklin
• Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
PROGRAM PEMBERANTASAN

Tujuan: prevalensi < dari 1 per 10.000 pddk


Sasaran: semua penderita orang yang kontak dengan
penderita

Strategi:
• pengobatan dgn MDT
• kerjasama linsek dan linprog
• meningktkan ketrampilan petugas
• Penemuan, pengobatan dan pencegahan kecacatan
Pelaporan dan pencacatan

1.Setiap penderita harus memiliki kartu


penderita
2.Pencatatan dalam buku monitoring
3.Menyediakan formulir kasus baru
4.Pencatatan di dalam buku kunjungan
penderita
Upaya Pencegahan Penularan Kusta

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang dapat


segera ditangani dan di cegah.
mencegah penularan kusta:
• Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin
terhadap penderita kusta, agar bakteri yang dibawa tidak
dapat lagi menularkan pada orang lain.
• Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka
waktu yang lama
• Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan
• Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan
cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
•Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil
bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
•Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita
kusta

•Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah


sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup
beberapa hari dalam droplet

•Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan


pengobatan. Untuk penderita yang sudah mendapatkan
pengobatan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.

•Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan


penderita kusta.

•Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai


mekanisme penularan kusta
AKIBAT:
MASALAH KESEHATAN/ MEDIS,
SOSIAL , EKONOMI, BUDAYA, SERTA
KEAMANAN DAN KETAHANAN
NASIONAL

Anda mungkin juga menyukai