Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KONSTRUKSI

BAJA I
Stress-Strain
Baja
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile
strength)
merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan
dalam uji tarik.

Pengerasan regang (strain hardening)


Sifat kebanyakan logam yang ditandai dengan naiknya nilai

KETERANGAN:
tegangan berbanding regangan setelah memasuki fase
plastis.

Deformasi plastis (plastic deformation)


Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan
semula.

Regangan luluh εy (yield strain)


Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase
deformasi plastis.
Regangan elastis εe (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada
saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi
semula.

KETERANGAN: Regangan plastis εp (plastic strain)


Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat
beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai
perubahan permanen bahan.

Regangan total (total strain)


Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan
elastis, εT = εe+εp.
Kelenturan (ductility)
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan
derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu
bahan putus atau gagal pada uji tarik. Bahan disebut
lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi
sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu
suatu bahan disebut getas (brittle).

KETERANGAN: Derajat kelentingan (resilience)


Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas
suatu bahan menyerap energi dalam fase perubahan
elastis. Sering disebut dengan Modulus Kelentingan
(Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy
per unit volume (Joule/m3 atau Pa).

Derajat ketangguhan (toughness)


Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam fase
plastis sampai bahan tersebut putus. Sering disebut
dengan Modulus Ketangguhan (modulus of
toughness).
LRFD vs ASD
Perencanaan struktur baja sudah menjadi akrab di Indonesia.
Penggunaan baja yang dalam pelaksanaan dapat dikatakan lebih
cepat daripada penggunaan beton bertulang secara konvensional
karena baja yang merupakan barang fabrikasi yang tinggal pasang.
Perencanaan baja yang harus direncanakan secara detail
sangatlah penting untuk menggunakan material baja sebagai
elemen struktur.

Perencanaan struktur baja sendiri sebenarnya mengenal dua


sistem. Perencanaan ASD dan LRFD. Saat ini, penggunaan metode
LRFD sering digunakan. Penggunaan tipe LRFD sendiri yang
mengkaji struktur baja dari berbagai aspek-aspek seperti : kontrol
gaya geser, lendutan, kestabilan profil baja terhadap momen dan
tak terlupakan torsi.

Perencanaan ASD sendiri saya masih belum mengenalnya,


hanya membaca dari beberapa artikel menyebutkan bahwa
penggunaan metode ASD ini hanya mengkaji struktur dalam
kondisi elastis (tidak merencanakan baja tersebut akan leleh pada
besaran gaya berapa Newton).
•Tahanan nominal (Rn) itu adalah tahanan yang sebenarnya dari suatu
penampang struktur.
•Beban kerja (di code disimbolkan Ra) adalah beban pada kondisi
layan/working/service. Ini adalah beban yang sebenarnya bekerja pada
struktur, dan bekerja hampir setiap saat. Kombinasi yang digunakan
adalah yang tidak terfaktor.
•Beban ultimate (Ru) adalah beban pada kondisi ultimate atau
maksimum. Beban ultimate selalu lebih besar dari beban kerja. Beban
Kesimpulan : ultimate adalah beban terbesar (maksimum), yang tidak mustahil bisa
terjadi pada suatu struktur, tapi tidak terjadi setiap saat, hanya mungkin
terjadi pada kondisi yang sangat ekstrim. Kombinasi bebannya adalah
yang terfaktor.
•Pada metode ASD, yang pertimbangkan adalah pada kondisi layan. Jadi,
beban yang digunakan adalah beban kerja. Dan tahanan yang digunakan
adalah tahanan yang diperkecil oleh suatu Angka Kemanan W.
•Pada metode LRFD, yang dipertimbangkan adalah kondisi di ambang
keruntuhan. Beban yang digunakan adalah beban ultimate, dan tahanan
yang digunakan mendekati tahanan nominal.
•ASD dan LRFD pada dasarnya digunakan pada struktur baja, dan juga
kayu. Tapi tidak jarang struktur beton juga meminjam istilah ASD dan
LRFD untuk merujuk kepada kondisi layan dan kondisi ultimate.
Daktilitas adalah sifat penting dari material khususnya untuk sifat mudah
bentuknya. Namun, daktilitas bukanlah sesuatu seperti konstanta absolut
untuk logam atau paduan di bawah semua kondisi. Daktilitas dimodifikasi oleh
parameter proses. Itu sebabnya bahan yang sama dapat menunjukkan sifat
mampu bentuk yang berbeda pada proses pembentukan yang berbeda.

DAKTILAS Daktilitas diukur dengan regangan yang dialami oleh material sebelum patah.
Dalam uji tarik, daktilitas dapat diukur dengan persentase perpanjangan, atau
dengan regangan logaritmik pada titik patahan. Dalam uji tekan, pengukuran
BAJA serupa dapat digunakan. Dalam uji puntir, daktilitas diukur dengan regangan
yang dialami oleh lapisan luar material dari batang yang diuji sebelum patah.

Uji tarik menunjukkan daktilitas rendah karena pembentukan leher dan


akibatnya tekanan hidrostatik negatif di daerah leher meningkatkan inisiasi
retakan dan propagasi. Masalah ini tidak dijumpai pada uji tekan dan torsi yang
menunjukkan keuletan yang lebih tinggi untuk material yang sama. Banyak
peneliti lebih menyukai uji puntir untuk pengukuran keuletan sementara sifat
kekuatan terkait dengan yang diukur dalam uji tarik.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daktilitas Logam:
Daktilitas dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti komposisi, ukuran butir, struktur sel dll, serta oleh faktor eksternal
seperti tekanan hidrostatik, suhu, deformasi plastik yang dialaminya dll.
(i) Baja dengan kandungan oksigen yang lebih tinggi menunjukkan keuletan yang rendah.

(ii) Dalam beberapa pengotor paduan bahkan dalam persentase yang sangat kecil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keuletan. Daktilitas baja karbon yang mengandung pengotor belerang sekecil 0,018%, secara drastis mengurangi keuletan pada
temperatur 1040 ° C. Namun ini dapat diperbaiki jika kandungan Mn cukup tinggi. Faktanya, rasio Mn / S adalah faktor yang
dapat mengubah daktilitas baja karbon pada 1040 ° C. Dengan nilai rasio ini pada elongasi (perpanjangan) 2 persen hanya 12-
15% pada 1040 ° C sementara dengan rasio 14 itu adalah 110 persen.
(iii) Suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi keuletan dan karenanya dapat dibentuk. Secara umum, suhu dapat
meningkatkan keuletan, namun, keuletan dapat menurun pada suhu tertentu karena transformasi fasa dan perubahan
struktur mikro yang disebabkan oleh peningkatan suhu.
(iv) Tekanan hidrostatik meningkatkan keuletan. Pengamatan ini pertama kali dibuat oleh Bridgeman. Pada uji puntir, panjang
spesimen menurun dengan peningkatan torsi. Jika spesimen dikenai tegangan tekan aksial dalam uji puntir, akan menunjukkan
daktilitas yang lebih tinggi daripada ketika tidak ada tegangan aksial. Jika tegangan tarik aksial diterapkan, daktilitas menurun
lebih jauh lagi

DAKTILAS BAJA
Kriteria yang umum
untuk perencanaan a. Biaya minimum.
struktur bisa berupa :
PRINSIP-PRINSIP
DESIGN

Perencanaan adalah suatu


c. Waktu konstruksi
proses untuk b. Berat minimum.
yang minimum.
menghasilkan
penyelesaian optimum.
Dalam suatu
perencanaan, harus e. Biaya produksi
ditetapkan kriteria untuk d. Tenaga kerja
minimum bagi si
minimum.
menilai tercapai atau pemilik gedung.

tidaknya penyelesaian
optimum.
f. Effisiensi operasi
g. Memenuhi
maksimum bagi si
DEMAND ≤ CAPACITY
pemilik.
1.1. Perancangan. Penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur.
Tetapkankriteria yang dijadikan sasaran untuk menentukan optimum atau
tidaknya perencanaan yang dihasilkan.

1.2. Konfigurasi struktur prarencana. Penataan letak elemen agar sesuai


dengan fungsi dalam langkah 1.

Perencanaan kerangka
struktur adalah pemilihan 3. Penentuan beban yang harus dipikul.

tata letak dan ukuran


4. Pemilihan batang prarencana. Berdasarkan keputusan dalam langkah 1, 2,
elemen struktur sehingga dan 3, pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi kriteria obyektif
beban kerja (service load) seperti beratatau biaya terkecil.
dapat dipikul dengan 5. Analisa struktur untuk menentukan aman atau tidaknya batang yang dipilih.
aman. Garis besar Termasuk dalam hal ini ialah pemeriksaan semua faktor kekuatan dan stabilitas
untuk batang serta sambungannya.
prosedur perencanaan
adalah sebagai berikut : 6. Melakukan evaluasi hasil rancangan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan diatas.

7. Apabila hasil evaluasi menunjukkan belum tercapainya kriteria yang telah


ditetapkan, maka harus dilakukan perancangan ulang (langkah 1 s/d 6).

8. Keputusan akhir. Penentuan optimum atau tidaknya perencanaan yang telah


dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai