Anda di halaman 1dari 29

VENTILASI MEKANIK

1
INDIKASI VENTILASI MEKANIK

• Gejala klinis :
- apnoe
- gagal nafas berat
- gagal ditangani dengan VTP
- butuh VTP jangka lama (>1 jam)
• FiO2 > 60%
• Bayi dengan usia kehamilan <25 minggu.
• AGD : Hipoksia, asidosis berat : PaO2 <50 mmHg,
PaCO2 >60 mmHg, pH < 7,25 dan secara klinis
perburukan.

2
TUJUAN VENTILASI MEKANIK

• Mencapai oksigen arteri dan CO2 yang normal


• Meminimalkan usaha nafas yang berat
• Mengoptimalkan rasa nyaman pada pasien

3
VENTILATOR DAPAT MENGINDUKSI
KERUSAKAN PARU DENGAN :

1. Barotrauma (Tekanan yang tinggi)


2. Volutrauma (Volume yang besar)
3. Atelektrauma dan biotrauma (meningkatnya inflamasi)

4
PEDOMAN DALAM
PENGATURAN PARAMETER
VENTILATOR

5
PEDOMAN DALAM PENGATURAN
PARAMETER VENTILATOR

• PEEP (Positive End Expiratory Pressure)


• PIP (Peak Inspiratory Pressure)
• Ventilator Rate
• Inspiratory to Expiratory ratio (I:E)
• FiO2 (konsentrasi O2 inspirasi)
• Flow Rate

6
PEEP
(POSITIVE END EXPIRATORY PRESSURE)

• Tekanan yg mendukung paru pada akhir ekspirasi.


• Sangat penting pada bayi yang mengalami atelectasis.
• PEEP optimal mencegah kolaps alveolar dan tidak
menyebabkan overdistensi.
• PEEP meningkatkan Functional Residual Capacity (FRC)
 memperbaiki ratio ventilasi perfusi.
• Peningkatan PEEP Meningkatkan Mean Airway Pressure
(MAP)  Meningkatkan PaO2.
• PEEP yang biasa dipakai: 5-7 cmH2O.
• PEEP <3 cmH2O : atelektasis.

7
PIP
(PEAK INSPIRATORY PRESSURE)
• Peningkatan PIP : Menurunkan PaCO2 dan meningkatkan
MAP  Meningkatkan PaO2.
• PIP yang terlalu tinggi : Barotrauma dan Penurunan curah
Jantung.
• Bila memakai PIP >30 cmH2O  pertimbangkan HFO.
• PIP ditingkatkan bila paru tidak mengembang.
• PIP diturunkan bila paru overventilasi (bila PaCO2 rendah
: <45 mmHg dan atau volume tidal tinggi:> 5 ml/KgBB.

8
VOLUME TIDAL

• PaCO2 berhubungan dengan volume tidal dan ventilator rate.


• Tidal Volume normal 3-6 ml/KgBB

9
TIME INSPIRATION (TI) DAN TIME
EXPIRATION (TE)

• Ti Normal : 0,3-0,5 detik

10
FRACTION INSPIRED OXYGEN (FIO2)

• Kebutuhan O2 bayi tergantung PaO2 atau SpO2


• PaO2 yang ingin dicapai : 50-80 mmHg.
• Kadar SpO2 : 92-95%
• O2 sangat toksik pada paru, terutama FiO2 > 70%

11
FLOW RATE
• Flow yang cukup dibutuhkan untuk menghasilkan PIP &
gelombang ventilator normal
• Flow : 6-10 L/menit cukup untuk neonatus
• Flow yang tinggi akan memperbaiki oksigenasi

12
Modus Ventilasi

13
MODUS VENTILASI

CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)


Nasal IMV (Intermittent Mandatory Ventilation) dan nasal SIMV
(Synchronised Intermittent Mandatory Ventilation).
IMV (Intermittent Mandatory Ventilation)
SIMV (Synchronised Intermittent Mandatory Ventilation).
A/C atau SIPPV (Assist Control atau Synchronised Intermittent Possitive
Pressure Ventilation)
Volume Guarantee
PSV (Pressure Support Ventilation or Inspiratory Termination)
HFO (High Frequency Oscillation)
HFO +IMV (High Frequency Oscillation + Intermittent Mandatory
Ventilation)

14
MODUS VENTILASI

1. Nasal CPAP
Indikasi : bayi dengan RDS, setelah ekstubasi,
apnue, dan bradikardia berulang
2. Nasal IMV (Inflasi melalui CPAP nasal)
• Bila CPAP gagal dan intubasi tidak diinginkan.
• Setting : RR 20x/m, PIP 20, PEEP tergantung bayi
3. Intermittent Mandatory ventilation (IMV)

15
TRIGGER VENTILASI
Ada 2 Modus yang menggunakan trigger ventilasi :
• SIMV
• Assist Control (AC)

16
SIMV

• Ventilator memberikan inflasi sesuai dengan inspirasi bayi pada


rate yang diset.
• Inspirasi spontan pertama dapat mentrigger ventilator untuk
memberikan inflasi selama TI.
• Bila bayi tidak bernafas atau mentrigger ventilator, maka
ventilator melakukan inflasi sama dengan rate yang diset.
• Bila bayi bernafas spontan ekstra (Bayi bernafas melebihi dari rate
ventilator), maka bayi bernafas dengan CPAP ET.
• Misalnya rate ventilator 40x/menit, bayi 60x/menit, maka rate
bayi yang tidak dissuport ventilator (bernafas dengan ET CPAP)
sebanyak 20x/menit.

17
SIMV

• Sebaiknya tidak digunakan pada bayi yang memerlukan


ventilasi maksimal.
• Dapat diweaning dengan mengurangi rate
ventilator.
• Modus SIMV :
- SIMV dengan pressure control
- SIMV dengan Volume control
- SIMV dengan volume guarantee.

18
ASSIST CONTROL (AC)

• AC= SIPPV (Synchronised Intermittent Posittive Pressure


Ventilation).
• Modus ini adalah cara utama yang dipakai sampai bayi diweaning.
• Seluruh pernapasan bayi dapat mentriger ventilator untuk
memberikan inflasi bila di atas trigger threshold (0,2 ml).
• Bila bayi tidak bernafas, ventilator memberikan inflasi sesuai
dengan rate yang diset.
• Bayi dapat mentrigger inflasi melebihi dari rate yang diset.
• Misal bayi bernafas 100x/m. RR yang diset 60x/m. Maka ventilator
akan memberikan inflasi ke bayi sebanyak 100x/menit.
• Weaning dilakukan dengan : Menurunkan Pressure (Tekanan).
• Modus AC terdiri dari : AC dengan pressure control, AC dengan 19
Pedoman Umum
Pengaturan Awal
Ventilasi BBL

20
PENGATURAN AWAL VENTILASI BBL

Mulai dengan modus AC Pantau :


- FiO2 ≥ 50% - Sianosis
- RR 40-60 x/m - Pengembangan dada
- PIP 12-16 cmH2O
- Perfusi
- PEEP 4-5 cm H2O
- TI 0,3 detik (0,3-0,5 detik) - Suara nafas
- I:E = 1:1 sampai 1:2

21
• Bila Ventilasi tidak adekuat, naikkan PIP 1 cm H2O sampai suara
nafas di kedua lapangan paru terdengar adekuat.
• Bila oksigenasi buruk, naikkan FiO2 5%, evaluasi tiap 1 menit
sampai sianosis hilang
• Lakukan AGD
• Lakukan penyesuaian ventilator selanjutnya.

22
SETTING UNTUK VENTILATOR
VOLUME

• Atur volume tidal 4-6 ml/kgBB


• Atur Flow agar TI 0,25-0,4 detik
• Target AGD ph 7,25-7,4, PaCO2 45-60 mmHg, PaO2 50-80
mmHg.

23
WEANING VENTILATOR (CARA 1)

Dari AC ke SIMV lalu ke CPAP


• Modus AC diubah ke SIMV bila PIP≤ 16, FiO2,
35%, CO2 baik
• Set modus SIMV dengan RR 50 x.
• Turunkan rate SIMV sebesar 10x/menit sampai
mencapai RR 30x/menit.

24
WEANING VENTILATOR (CARA 1)

Ekstubasi dilakukan bila :


- PIP≤ 16, FiO2 <40%, RR ≤ 30x/m
- Morfin distop, bayi bernafas dengan baik dan spontan.
- Switch ke ET CPAP selama beberapa menit. Bila bayi
bernafas baik dengan ET CPAP (RR>30, tidal volume >
3,5 mL/kgBB, saturasi dan denyut jantung bagus),
lakukan ekstubasi dengan nasal CPAP. Gunakan PEEP
terakhir 7 cm H2O
- Weaning dapat dilakukan tiap 4-6 jam.
25
WEANING VENTILATOR (CARA 2)
Dari AC langsung ke CPAP (Tanpa melalui SIMV)
- AC diweaning ke ET CPAP bila PIP ≤ 16, FiO2 < 35%, rate
AC 50 x/menit, dan morfin distop. Waktu weaning dengan
ET CPAP sebaiknya beberapa menit.
- Bila dengan ET CPAP bayi bernafas dengan baik, bayi dapat
diekstubasi ke nasal CPAP.
- Cara ini lebih memperpendek waktu weaning.

26
WEANING VENTILATOR (CARA 3)

Dari IMV ke CPAP atau langsung dengan


memberikan headbox
- Weaning ke CPAP atau head box dilakukan bila PIP ≤ 15, FiO2 <
40%, RR<20x/menit, AGD dan klinis stabil.
- Weaning dari IMV ke CPAP sudah jarang dilakukan.

27
EKSTUBASI

• Setelah ekstubasi sebaiknya menggunakan NCPAP.


• BBLR > 1,5 kg : weaning ke NCPAP 12-24 jam.
• BBLR <1 kg : weaning ke NCPAP dapat berlangsung beberapa
minggu.
• Pada BBLR <1,5 kgb dan usia gestasi <32 minggu : teofilin oral 5
mg/kgbb/hari atau kafein sitrat oral (5 mg/kgBB/hari) diberikan 12
jam sebelum ekstubasi : dapat meningkatkan usaha nafas sentral,
kontraktilitas otot, dan daya tahan otot pernafasan.
• Teofilin dan kafein belum rutin: masih harus penelitian lanjut.
• Bayi puasa 6 jam sebelum dan sesudah ekstubasi.
• Ekstubasi dilakukan bila setting ventilator minimal, elektrolit
normal, AGD normal, Hb>13.
28
Terima Kasih 

29

Anda mungkin juga menyukai