Anda di halaman 1dari 21

PANCASILA

03
Modul ke:

Implementasi Nilai Pancasila Sebagai


Dasar Negara dalam Pembukaan dan
Pasal-Pasal UUD NRI 1945

Fakultas
Komunikasi
Rahmah Ningsih, MA.Hk
Program Studi
Hubungan
Masyarakat
Pendahuluan

• Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945)
ketika ditetapkan pada 18 Agustus 1945 terdiri
atas Pembukaan dan Pasal-Pasal. Pembukaan
UUD NRI 1945 tersebut memuat nilai-nilai
dasar pandangan hidup (Philosofische
Grondslag) yang berfungsi sebagai dasar
negara, yang kemudian disepakati disebut
sebagai Pancasila.
• Hans Nawisky dalam bukunya Allgemeine Rechtslehre yang
memaparkan tentang Stuffenbau Theorie, menulis bahwa
Pembukaan yang memuat Pancasila tersebut disebut sebagai
staatsfundamentalnorm dan oleh karena itu, Pembukaan UUD NRI
1945 memuat cita negara yang dibentuk serta cita hukum dan cita
moral bangsa Indonesia dalam bernegara, sebagaimana termaktub
dalam Pokok-Pokok Pikiran dan Alenia-Alenia Pembukaan UUD NRI
1945.
• Sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea
keempat Pembukaan UUD NRI 1945 tersebut ditetapkan sebagai
dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat
dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia
yang merdeka.
• Pergumulan pemikiran dalam sejarah perumusan dasar
negara Indonesia bermula dari permintaan Dr. KRT.
Radjiman Wedyodiningrat, selaku Ketua BPUPKI pada 29
Mei 1945 kepada anggota sidang untuk mengemukakan
dasar (negara) Indonesia merdeka. Untuk merespon
permintaan Ketua BPUPKI, maka dalam masa sidang
pertama, yaitu 29 Mei sampai 1 Juni 1945, Muhammad
Yamin dan Soekarno mengajukan usul berhubungan
dengan dasar negara. Soepomo juga menyampaikan
pandangannya dalam masa sidang ini namun hal yang
dibicarakan terkait aliran atau paham kenegaraan, bukan
mengenai dasar negara. Dalam pidato 1 Juni 1945,
Soekarno menyebut dasar negara dengan menggunakan
bahasa Belanda, philosophische grondslag bagi Indonesia
merdeka.
• Philosophische grondslag itulah fundamen,
filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam dalamnya untuk di atasnya
didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno
juga menyebut dasar negara dengan istilah
‘weltanschauung’ atau pandangan hidup
(Saafroedin Bahar, Ananda B. Kusuma, dan
Nannie Hudawati (peny.), 1995: 63, 69, 81, dan
RM. A.B. Kusuma, 2004: 117, 121, 128-129).
• Susunan nilai atau prinsip yang menjadi
fundamen atau dasar negara pada masa sidang
pertama BPUPKI tersebut berbeda-beda. Usul
Soekarno mengenai dasar negara yang
disampaikan dalam pidato 1 Juni 1945 terdiri
atas lima dasar. Menurut Ismaun, sebagaimana
dikutip oleh Bakry (2010: 31), setelah
mendapatkan masukan dari seorang ahli bahasa,
yaitu Muhammad Yamin yang pada waktu
persidangan duduk di samping Soekarno, lima
dasar tersebut dinamakan oleh Soekarno sebagai
‘Pancasila’.
• Untuk menampung usulan-usulan yang
bersifat perorangan, dibentuklah panitia kecil
yang diketuai oleh Soekarno dan dikenal
sebagai ‘Panitia Sembilan’. Dari rumusan
usulan-usulan itu, Panitia Sembilan berhasil
merumuskan Rancangan Mukadimah
(Pembukaan) Hukum Dasar yang dinamakan
‘Piagam Jakarta’ atau Jakarta Charter oleh
Muhammad Yamin pada 22 Juni 1945.
• Rumusan dasar negara yang secara sistematik
tercantum dalam alinea keempat, bagian terakhir
pada rancangan Mukadimah tersebut adalah
sebagai berikut:
• 1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya
• 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
• 3) Persatuan Indonesia
• 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
• 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
• Dalam sidang pertama PPKI, yaitu pada 18 Agustus 1945,
berhasil disahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI) yang disertai dengan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sebelum
pengesahan, terlebih dahulu dilakukan perubahan atas
Piagam Jakarta atau Rancangan Mukadimah Hukum Dasar
(RMHD) dan Rancangan Hukum Dasar (RHD). Pengesahan
dan penetapan setelah dilakukan perubahan atas Piagam
Jakarta tersebut tetap mencantumkan lima dasar yang diberi
nama Pancasila. Atas prakarsa Moh, Hatta, sila ‘Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, dalam Piagam Jakarta sebagai Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tersebut
diubah menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
• Dengan demikian, Pancasila menurut Pembukaan
UUD NRI 1945 adalah sebagai berikut:
• 1) Ketuhanan Yang Maha Esa
• 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
• 3) Persatuan Indonesia
• 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
• 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pembukaan UUD NRI 1945
• Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia
pada saat ini diharapkan tetap berupa Pembukaan
UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD NRI tahun
1945 tidak dapat diubah karena menurut Bakry
(2010: 222), fakta sejarah yang terjadi hanya satu
kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 dapat juga tidak digunakan sebagai
Pokok Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh
kekuasaan yang ada, sebagaimana perubahan
ketatanegaraan yang pernah terjadi saat
berlakunya Mukadimah Konstitusi RIS 1949 dan
Mukadimah UUD NRIS 1950.
• UUD NRI 1945 yang diberlakukan kembali
berdasarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959
sebagai UUD NRI Tahun 1945, oleh karena itu
Piagam Jakarta 22 Juni 1945 merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.
Oleh karena itu pemahaman Pembukaan yang
bersumber dari Piagam Jakarta 22 Juni 1945
tersebut merupakan pegangan MPR dalam
perubahan UUD NRI Tahun 1945 yang
dilakukannya dalam empat tahapan sejak tahun
1999 sampai dengan tahun 2002.
• Dengan pemahaman seperti itu telah diterapkan
dalam mengubah setiap pasal (batang tubuh) UUD
NRI 1945 sebagai pengejewantahan pemahaman
bersama tersebut dengan tetap berpijak pada
bumi Indonesia dalam konteks kekiniannya. Untuk
itu diperlukan pula adanya pedoman yang
disepakati bersama untuk memahami dan
memasyarakatkan Pancasila yang dijiwai oleh
Piagam Jakarta 22 Juni 1945 tersebut, karena itu
tidak ada yang dapat mengklaim bahwa tafsirnya
adalah yang paling benar.
• Pedoman pemahaman bersama dimaksud
tidak dapat lepas dari pengejewantahan
Pembukaan UUD NRI 1945 dalam pasal-pasal
(batang tubuh) UUD NRI Tahun 1945 tersebut
sebagaimana telah diubah MPR dalam empat
tahapan tersebut.
• Sekaligus melalui pemahaman bersama atas pasal-pasal
UUD NRI 1945 tersebut, kita memahami bentuk negara
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan
Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana yang seharusnya
diterapkan dalam pelaksanaannya. Semua produk
hukum di bawah UUD NRI Tahun 1945 harus sesuai
dengan bentuk dan ketentuan dalam pasal-pasal UUD
NRI Tahun 1945 tersebut. Untuk itu diperlukan
peninjauan kembali secara menyeluruh berbagai produk
hukum dimaksud dalam pelaksanaannya, oleh berbagai
lembaga negara, terutama yang melaksanakan
kedaulatan rakyat
Hubungan Pancasila Dengan Pembukaan
UUD NRI 1945
• Keberadaan Pancasila, yaitu pada pembukaan UUD NRI 1945, maka
fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya
adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPRS
No. XX/MPRS/1966 (Jo.ketetapan MPR No.IX/MPR 1978). Hal ini
mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan
Perundang-undangan RI (Ketetapan MPR, UU, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan
pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah
RI) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, Isi
dan tujuan peraturan perundang-undangan RI tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila.
• Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan
yang bersifat formal dan material.
• Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan sumber
bagi batang tubuh UUDNRI tahun 1945. Hal ini disebabkan
karena kedudukan hukum Pembukaan berbeda dengan
pasal-pasal atau batang tubuh UUD NRI tahun 1945, yaitu
bahwa selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 mempunyai kedudukan atau eksistensi sendiri.
Akibat hukum dari kedudukan Pembukaan ini adalah
memperkuat kedudukan Pancasila sebagai norma dasar
hukum tertinggi yang tidak dapat diubah dengan jalan
hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara
Republik Indonesia.
Kaitan Ideologi Negara Dalam Pembukaan UUD
NRI 1945 Dengan Pasal-Pasal UUD NRI 1945
dan Pelaksanaannya
• Pancasila sebagai dasar negara ditegaskan empat misi
pemerintahan negara Indonesia, yaitu : (1) melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;
(2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan (4) ikut serta menciptakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
keadilan sosial, dan perdamaian abadi. Karena itu
Pembukaan UUD NRI 1945 memuat Pancasila sebagai
ideologi Negara merupakan bagian dari UUD NRI 1945
yang disepakati tidak dapat diamandemenkan.
Penjabaran Pancasila Dalam Pasal-Pasal
UUD NRI 1945
• Pembukaan UUD NRI 1945 mengandung pokok-pokok
pikiran yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita
hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-
pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena
bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara,
yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber
dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam melalui
pasal-pasal UUD NRI 1945. Pembukaan mengandung
empat pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan
dalam pasal-pasal.
• Lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPRI) RI
telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945
sebanyak empat kali yang secara berturut-turut terjadi
pada 19 oktober 1999, 18 agustus 2000, 9 november
2001, dan 10 agustus 2002. Keseluruhan pasal-pasal
UUD NRI 1945 yang telah mengalami amandemen dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: pasal-pasal
yang terkait aturan pemerintahan negara dan
kelembagaan negara; pasal-pasal yang mengatur
hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi
warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan,
dan kesejahteraan sosial; pasal-pasal yang berisi materi
lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa
negara, lambang negara, lagu kebangsaan, perubahan
UUD NRI, aturan peralihan, dan aturan tambahan.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai