Anda di halaman 1dari 38

Konsep Terapi

Komplementer Pada
Perawatan Paliatif
Kelompok 5
1. Adinda Rosa Amalia
2. Lami Simon
3. Lilik Suparwati
4. Merry Kumala Sitompul
5. Muthia Fitri Desiranti
6. Nur Amalia
7. Nur Musdalifah
8. Willy Budiman Marbun
Terapi Komplementer
Terapi komplementer dikenal
dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan
modern.

Terminologi ini dikenal sebagai


terapi mordalitas atau aktivitas
yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan
kesehatan ( Crips & Taylor, 2001)
Terapi komplementer adalah
pengobatan non medis yang
ditunjukkan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
meliputi upaya promotif, kuratif,
preventif dan rehabilitatif yang
diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektivitas yang
tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik. (Erry,
2014)
Klasifikasi Terapi Komplementer
1. Sistem medis alternatif
a. Akupuntur : Akupunktur telah terbukti efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait
mual dan muntah.
b. Akupresur : Akupresur mirip dengan akupuntur, hanya saja pada akupuntur
digunakan jarum, sedangkan pada akupresur menggunakan jari-jari tangan
untuk menekan titik-titiknya. Selama perawatan oleh seorang terapis, atau yang
dilakukan sendiri, seseorang akan merasakan sedikit sakit ketika titik-titik
akupresurnya ditekan. Ada tiga titik akpresur yang perawat dapat gunakan atau
ajarkan pada pasien kanker untuk menstimulasi diri.
2. Mind-body medicine

a. Meditasi : Meditasi telah membantu untuk


pasien kanker yang sakit parah untuk
menghilangkan rasa sakit fisik dan b. Hipnosis : Ada bukti dari tinjauan
emosional. Banyak pasien kanker sistematis bahwa hipnosis dapat
menemukan bahwa ketenangan dan tenang membantu mengurangi kecemasan
pada meditasi menimbulkan perasaan yang dan nyeri pada pasien kanker yang
mendalam dari penerimaan, kesejahteraan, terminal.
dan kedamaian batin. Sebuah studi yang
dilakukan pada 51 pasien rawat jalan
dengan nyeri kronis dengan program 10-
minggu menunjukkan penurunan 50% rasa
sakit. Meditasi mengurangi tingkat stres yang
berpotensi dapat mengurangi pengalaman
rasa sakit.
c. Guided imagery : adalah e. Pelatihan relaksasi melibatkan
d. Terapi musik digunakan
intervensi yang perawat dapat napas dalam, relaksasi otot
untuk mengurangi rasa sakit
lakukan dengan pengaturan yang progresif, dan pencitraan.
dan penderitaan.
berbeda (rumah sakit, rumah, Modalitas ini telah menghasilkan
hospice), dapat digunakan penurunan yang signifikan dalam
dengan pasien dan keluarga nyeri secara subjektif pada pasien
untuk mengurangi rasa sakit dan dengan kanker stadium lanjut.
kecemasan.

f. Terapi distraksi adalah teknik di g. Terapi seni, untuk pasien kanker,


mana rangsangan sensorik seringkali sulit untuk mengungkapkan
diberikan kepada pasien dalam secara verbal apa yang dirasakan
rangka untuk mengalihkan seseorang tentang diagnosis, rawat
perhatian mereka dari inap, pengobatan, penyakit berulang,
pengalaman yang tidak keluarga, dan kematian. Dalam sebuah
menyenangkan. Misalnya penelitian pasien kanker, sebagian
dengan melihat pemandangan besar dengan leukemia dan limfoma,
alam, video game, dll. terapi seni menyediakan penurunan
signifikan secara statistik pada rasa
sakit dan gejala umum lainnya
3. Manipulative and body-based practices

a. Pijat atau massase : Pada pasien kanker, sentuhan


membuat koneksi, kenyamanan, dan peningkatan
kualitas hidup. Terapi pijat digunakan untuk meringankan
gejala pada pasien kanker. Ini menggunakan teknik
manual menggosok, membelai, menekan, atau memijat
jaringan lunak tubuh untuk mempengaruhi seluruh tubuh.
Pada suatu waktu, pijat itu diduga menyebabkan
penyebaran kanker dengan meningkatkan sirkulasi
sistemik.

b. Gentle massase : Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak


tangan seluas mungkin dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian
tubuh pasien seperti lengan atau punggung. Jangan menggunakan ujung jari
atau jempol karena dapat memberikan banyak tekanan terlalu spesifik.
Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola pijat bias seperti
lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting untuk
memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang konsisten.
c. Refleksi memfasilitasi pasien dalam keadaan
yang lebih santai di mana mereka dapat fokus pada
kesehatan daripada penyakit. Hal ini digunakan
untuk menstimulasi relaksasi dan tidur, untuk
mengurangi kecemasan
4. Energy medicine (Reiki) 5. Biological Based Practice

Hal ini dapat diberikan kepada setiap Karena terapi komplementer adalah
pasien karena sentuhan yang sangat pengobatan untuk mendukung
ringan. Sebagian besar pasien kanker pengobatan medis atau konvensional.
dapat menerima Reiki. Karena itu adalah Jadi herbal, vitamin dan suplemen yang
sentuhan ringan, tidak menimbulkan rasa diberikan akan berinteraksi dengan obat-
tidak nyaman. Selama pasien terbuka obatan yang di berikan oleh dokter atau
untuk menerima sentuhan yang sangat tenaga medis lainnya. Namun, adanya
ringan, dapat dilakukan. interaksi antara obat herbal, vitamin, atau
suplemen dengan obat-obatan harus
diwaspadai.
Menurut kementerian kesehatan, ruang lingkup pengobatan
komplementer dan alternatif berdasarkan pengetahuan
biomedik, yaitu:
1. Intervensi tubuh-pikiran
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif
3. Metode penyembuhan manual
4. Pengobatan farmakologi dan biologi
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan
6. Cara lain dalam mendiagnosa dan pengobatan
Hubungan terapi komplementer pada keperawatan paliatif
Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak terapi yang
menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai jenis penyakit namun belum banyak
penelitian yang membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi
komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi
menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
(preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang
akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran konvensional
(Hasanah & Widowati, 2016). Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani
(2017) menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual muntah terutama
pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal) mengatakan penggunaan
herbal mengurangi mual muntah dan mempercepat penyembuhan pasca terapi modern
dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan
penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi modern.
Salah satu dari terapi komplementer yang dapat Penyelenggaran pengobatan komplementer
digunakan pada keperawatan paliatif adalah alternatif diatur dalam standar pelayanan medik
akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
kanker bukan ditujukan untuk mengobati penyakit No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi
kankernya karena penusukan pada lesi merupakan melakukan anamnesis; melakukan pemeriksaan
kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk pengobatan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,
paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi perkusi dan auskultasi) maupun Jamu pada
efek samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi,
nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis obat EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu
anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada
ditingkatkan. pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan
Pelayanan kesehatan komplementer alternatif hasil diagnosis yang telah ditegakkan;
merupakan pelayanan yang menggabungkan penggunaan obat herbal dilakukan dengan
pelayanan konvensional dengan kesehatan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai
tradisional dan atau hanya sebagai alternatif contoh yang selama ini telah digunakan di
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat
terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. setiap intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara
Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi
sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada
dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari pasien termasuk efek samping (Kepmenkes,
para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat 2008).
tradisional (Hasanah & Widowati, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H.I. ( 2008). Panduan Pelayanan Medik: Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan
Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Care, T. N. (2013). Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care.
Hartati Nurwijaya, A. H. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Hasanah, S. N. & Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai terapi komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan penggunaan terapi modern dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker
payudara. JKP.
Kemenkes, RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kubler-Ross, E. (1003). Kematian Sebagai Kehidupan: On Death and Dying. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. (2008). Keputusan menteri kesehatan RI tentang standar pelayanan medik herbal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Snyder. M., Lindquist. R,. (2002). Complementary Alternative Therapies In
Nursing. 4th Ed. New York : Springer Publishing Company, Inc.
Thomas L. Friedman (2000) Globalisasi “The World Is Flat”. Cet. 2, Dian Rakyat
Erry, dkk. Kajian Implementasi Kebijakan Pengobatan Komplementer Alternatif danDampaknya Terhadap Perijinan Tenaga Kesehatan Praktek
Pengobatan
Komplementer Alternatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No.
3 Juli 2014.
Thank You
PERTANYAAN
1. (Leny) kapan situasi yang tepat untuk diterapkannya terapi distraksi?
2. (Tedy) apakah akupresur hanya untuk pasien kanker? Bisakah
penyakit lain?
3. (Tia) apakah pelayanan dari rumah sakit sudah memberlakukan
terapi-terapi pada pasien yang membutuhkan? Apakah ada terapi
khusus untuk pasien yang usai kemoterapi?
Definisi Meningitis Menurut
Para Ahli

(Jevuska, 2012).
Meningitis adalah suatu penyakit yang terjadi karena
peradangan atau infeksi pada sistem selaput
pelindung otak dan sumsum tulang belakang

(Mansjoer A.,2010).
Meningitis dan meningo-ensafalitis infeksiosa dapat
disebabkan oleh berbagai agen seperti bakteri,
mikobakteria, jamur, dan virus. Meningitis, merupakan
masalah yang serius sehingga dibutuhkan cara yang
akurat dan efisien untuk menegakkan diagnosis
Definisi Meningitis Menurut
Para Ahli

(Black & Hawk.2005)

Meningitis adalah peradangan Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada


yang terjadi pada meningen, meningen otak dan medula
(Lippincott Williams & Wilkins.2012)
yaitu membran atau selaput spinalis.Gangguan ini biasanya merupakan
yang melpaisi otak dan medula komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti
spinalis, dapat disebabkan oleh Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia,
berbagai organisme seperti Edokarditis atau Osteomielitis. Meningitis
virus, bakteri ataupun jamur bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan
yang menyebar masuk piameter yang mengenai CSS, Meningeotis
kedalam darah dan berpindah juga bisa disebut Leptomeningitis adalah
kedalam cairan otak infeksi selaput arakhnoid dan CSS di dala
ruangan subarakhnoid
2. Infeksi Transmisi

Meningococcal bakteri yang menyebabkan


meningitis tersebar yang biasanya melalui
kontak dekat yang berkepanjangan.
Penyebaran dimungkinkan karena pasien
berada dekat dari orang yang terinfeksi
melalui bersin, batuk, berbagi barang-barang
pribadi seperti, sikat gigi, sendok garpu,
peralatan dll. Bakteri pneumokokus juga
tersebar oleh kontak dekat dengan orang
yang terinfeksi, batuk, bersin dll. Namun,
dalam kebanyakan kasus hal ini hanya
menyebabkan infeksi ringan, seperti infeksi
telinga tengah (otitis media).Orang-orang
dengan sistem kekebalan rendah yang dapat
mengembangkan infeksi lebih parah seperti
meningitis.
3. Virus Penyebab Meningitis

Ada beberapa virus yang dapat menyebabkan


meningitis.Vaksinasi terhadap banyak virus ini telah
menyebabkan penurunan kejadian beberapa kasus meningitis.
Contoh campak, gondok dan Rubela (MMR) . Vaksinisasi
tersedia bagi anak dengan kekebalan rendah terhadap gondok,
yang dulunya merupakan penyebab utama dari virus meningitis
pada anak-anak

Virus yang dapat menyebabkan meningitis meliputi:

Virus herpes simpleks-ini dapat menyebabkan genital herpes


Enteroviruses-virus flu perut - ini telah menyebabkan polio di
masa lalu juga bertanggung jawab atas
Gondok
Echovirus
Coxsackie
Virus herpes zoster
Campak
Arbovirus
Influenza
Hiv
Virus west nile
Klasifikasi Meningitis

Meningitis Serosa Meningitis Purulenta

Radang selaput otak araknoid dan Radang bernanah arakhnoid dan


piameter yang disertai cairan otak piameter yang meliputi otak dan medula
yang jernih.Penyebab terseringnya spinalis. Penyebabnya antara lain :
adalah Mycobacterium Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
tuberculosa.Penyebab lainnya lues, Neisseria meningitis (meningokok),
Virus, Toxoplasma gondhii dan Streptococus haemolyticuss,
Ricketsia Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Manifestasi Klinis Meningitis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat
menjalar ke tengkuk dan punggung.Tengkuk menjadi
kaku.Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot – otot
ekstensor tenkuk.Bila hebat, terjadi opistotonus.Yaitu
tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi.Kesadaran
menurun.tanda kernig dan brudzinsky positif . Gejala
meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK
Pemeriksaan Penunjang

Analisis CSS dari fungsi lumbal 01 04 Sel darah putih : sedikit


meningkat dengan
peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri

Glukosa serum
meningkat ( meningitis ) 02 05 Elektrolit darah
Abnormal .

LDH serum :
03 06 ESR/LED
Meningkat ( meningitis bakteri )
meningkat pada meningitis
P E N ATA L A K S A N A A N
MENINGITIS
Terapi Antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus Terapi Operatif
terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan Penanganan vokal infeksi dengan tindakan
lumbal punksi guna pemberian antibiotika operatif mastoidektomi.Pendekatan
disesuaikan dengan kuman penyebab mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi
seluruh jaringan patologik dimastoid.Maka sering
Kortikosteroid diperlukan mastoidektomi radikal.Tujuan operasi
ini adalah untuk memaparkan dan
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat
mengeksplorasi seluruh jalan yang mungkin
menurunkan edema serebri, mengurangi tekanan
digunakan oleh invasi bakteti.
intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat
menurunkan penetrasi antibiotika kedalam abses
dan dapat memperlambat pengkapsulan abses,
oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak
dianjurkan.
AS U HAN K E PE RAWATAN
MENINGITIS

INTERVENSI

DIAGNOSA 2 4 IMPLEMENTASI

PENGKAJIAN 1 5 EVALUASI
1. Biodata klien 1. P E N G K A J I A N
2. Riwayat kesehatan yang lalu
3. Data bio-psiko-sosial
a. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis
dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan
tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
c. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan
membran mukosa kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi,
hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
2. Diagnosa Keperawatan

1 Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) berhubungan dengan gangguan neuromu


scular dan penurunan kekuatan otot.

2 Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (in


flamasi) dan agen pencedera fisik (cedera traumatis)

3 Ansietas (D.0080) berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.

4 Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).

5 Risiko Infeksi (D.0142) ditandai dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer


(status cairan tubuh) dan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (supresi re
spon inflamasi).
3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) 2. Nyeri Akut (D.0077)
Kriteria Hasil: Mobilitas Fisik (L.05042) Kriteria Hasil: Tingkat Nyeri (L.08066)
•Kekuatan otot meningkat •Keluhan nyeri menurun
•Kelemahan Fisik menurun •Skala nyeri menurun
•Gerakan terbatas menurun •Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

Intervensi: Dukungan Mobilisasi (I.05173) Intervensi: Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi Observasi
•Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan •Identifikasi lokasi, akrakteristik, durasi,
Terapeutik frekuensi, kualitas, skala, intensitas nyeri
•Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu, jika perlu Terapeutik
•Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam •Berikan terapi nonfarmakologis untuk
peningkatan pergerakan mengurangi rasa nyeri
Edukasi Edukasi
•Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi •Ajarkan teknik nonfarmakologis

Kolaborasi
Kolaborai pemberian analgesic, jika perlu.
3. Ansietas (D.0080) 4. Hipertermia (D.0130)
Kriteria Hasil: Termoregulasi (L.14134)
Kriteria Hasil: Tingkat Ansietas (L. 09093) •Suhu tubuh membaik
•Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi •Kadar glukosa darah membaik
•Perilaku gelisah menurun •Tekanan Darah membaik

Intervensi: Reduksi Ansietas (I.09314) Intervensi: Manjemen Hipertermia (I. 15506)

Observasi Observasi
•Identifikasi saat tingkat ansietas berubah •Identifikasi penyebab hipertermia
•Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) •Monitor suhu tubuh
•Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
•Ciptakan suasana terapeutik untuk membangun kepercayaan Terapeutik
•Pahami situasi yang memicu ansietas •Sediakan lingkungan yang dingin
•Dengarkan dengan penuh perhatian •Berikan cairan oral
•Motivasi situasi yang memicu kecemasan •Lakukan pendinginan eksternal
•Hindari pemberian antipiretik
Edukasi
•Anjurkan keluarga untuk selalu bersama pasien Edukasi
•Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
•Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu Kolaborasi
•Kolaborai pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
5. Risiko Infeksi (D.0142)
Kriteria Hasil: Tingkat Infeksi (L.14137)
•Demam menurun
•Nyeri menurun
•Bengkak menurun

Intervensi: Pencegahan Infeksi (I.14539)

Observasi
•Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

Terapeutik
•Berikan perawatan kulit pada area edema

Edukasi
•Jelaskan tanda dan gejala infeksi
•Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. I M P L E M E N T A S I

Melakukan semua intervensi yang


telah ditetapkan. Diterapkan selama
paling minimal 2 hari dari tegaknya
diagnose dan penentuan intervensi. Pada
saat melakukan implementasi dalam
bentuk tindakan, juga ditanyakan respon
pasien pada saat itu juga.
5. Evaluasi adalah bentuk respon pasien akhir atas
EVALUASI implementasi atau intervensi yang telah dilakukan.Baik
dari respon pasien maupun data objektif pasien yang
diharapkan mengalami perubahan.Dapat dibentuk dalam
beberapa format seperti SOAP, SOAPIER, dsb.

Anda mungkin juga menyukai