Kel.5-Konsep Terapi Komplementer Perawatan Paliatif
Kel.5-Konsep Terapi Komplementer Perawatan Paliatif
Komplementer Pada
Perawatan Paliatif
Kelompok 5
1. Adinda Rosa Amalia
2. Lami Simon
3. Lilik Suparwati
4. Merry Kumala Sitompul
5. Muthia Fitri Desiranti
6. Nur Amalia
7. Nur Musdalifah
8. Willy Budiman Marbun
Terapi Komplementer
Terapi komplementer dikenal
dengan terapi tradisional yang
digabungkan dalam pengobatan
modern.
Hal ini dapat diberikan kepada setiap Karena terapi komplementer adalah
pasien karena sentuhan yang sangat pengobatan untuk mendukung
ringan. Sebagian besar pasien kanker pengobatan medis atau konvensional.
dapat menerima Reiki. Karena itu adalah Jadi herbal, vitamin dan suplemen yang
sentuhan ringan, tidak menimbulkan rasa diberikan akan berinteraksi dengan obat-
tidak nyaman. Selama pasien terbuka obatan yang di berikan oleh dokter atau
untuk menerima sentuhan yang sangat tenaga medis lainnya. Namun, adanya
ringan, dapat dilakukan. interaksi antara obat herbal, vitamin, atau
suplemen dengan obat-obatan harus
diwaspadai.
Menurut kementerian kesehatan, ruang lingkup pengobatan
komplementer dan alternatif berdasarkan pengetahuan
biomedik, yaitu:
1. Intervensi tubuh-pikiran
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif
3. Metode penyembuhan manual
4. Pengobatan farmakologi dan biologi
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan
6. Cara lain dalam mendiagnosa dan pengobatan
Hubungan terapi komplementer pada keperawatan paliatif
Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak terapi yang
menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai jenis penyakit namun belum banyak
penelitian yang membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi
komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi
menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali
(preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang
akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran konvensional
(Hasanah & Widowati, 2016). Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani
(2017) menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual muntah terutama
pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal) mengatakan penggunaan
herbal mengurangi mual muntah dan mempercepat penyembuhan pasca terapi modern
dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan
penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi modern.
Salah satu dari terapi komplementer yang dapat Penyelenggaran pengobatan komplementer
digunakan pada keperawatan paliatif adalah alternatif diatur dalam standar pelayanan medik
akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
kanker bukan ditujukan untuk mengobati penyakit No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi
kankernya karena penusukan pada lesi merupakan melakukan anamnesis; melakukan pemeriksaan
kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk pengobatan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,
paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi perkusi dan auskultasi) maupun Jamu pada
efek samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi,
nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis obat EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu
anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada
ditingkatkan. pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan
Pelayanan kesehatan komplementer alternatif hasil diagnosis yang telah ditegakkan;
merupakan pelayanan yang menggabungkan penggunaan obat herbal dilakukan dengan
pelayanan konvensional dengan kesehatan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai
tradisional dan atau hanya sebagai alternatif contoh yang selama ini telah digunakan di
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat
terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. setiap intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara
Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi
sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada
dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari pasien termasuk efek samping (Kepmenkes,
para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat 2008).
tradisional (Hasanah & Widowati, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H.I. ( 2008). Panduan Pelayanan Medik: Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan
Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Care, T. N. (2013). Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care.
Hartati Nurwijaya, A. H. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Hasanah, S. N. & Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai terapi komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia.
Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan penggunaan terapi modern dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker
payudara. JKP.
Kemenkes, RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kubler-Ross, E. (1003). Kematian Sebagai Kehidupan: On Death and Dying. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. (2008). Keputusan menteri kesehatan RI tentang standar pelayanan medik herbal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Snyder. M., Lindquist. R,. (2002). Complementary Alternative Therapies In
Nursing. 4th Ed. New York : Springer Publishing Company, Inc.
Thomas L. Friedman (2000) Globalisasi “The World Is Flat”. Cet. 2, Dian Rakyat
Erry, dkk. Kajian Implementasi Kebijakan Pengobatan Komplementer Alternatif danDampaknya Terhadap Perijinan Tenaga Kesehatan Praktek
Pengobatan
Komplementer Alternatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No.
3 Juli 2014.
Thank You
PERTANYAAN
1. (Leny) kapan situasi yang tepat untuk diterapkannya terapi distraksi?
2. (Tedy) apakah akupresur hanya untuk pasien kanker? Bisakah
penyakit lain?
3. (Tia) apakah pelayanan dari rumah sakit sudah memberlakukan
terapi-terapi pada pasien yang membutuhkan? Apakah ada terapi
khusus untuk pasien yang usai kemoterapi?
Definisi Meningitis Menurut
Para Ahli
(Jevuska, 2012).
Meningitis adalah suatu penyakit yang terjadi karena
peradangan atau infeksi pada sistem selaput
pelindung otak dan sumsum tulang belakang
(Mansjoer A.,2010).
Meningitis dan meningo-ensafalitis infeksiosa dapat
disebabkan oleh berbagai agen seperti bakteri,
mikobakteria, jamur, dan virus. Meningitis, merupakan
masalah yang serius sehingga dibutuhkan cara yang
akurat dan efisien untuk menegakkan diagnosis
Definisi Meningitis Menurut
Para Ahli
Glukosa serum
meningkat ( meningitis ) 02 05 Elektrolit darah
Abnormal .
LDH serum :
03 06 ESR/LED
Meningkat ( meningitis bakteri )
meningkat pada meningitis
P E N ATA L A K S A N A A N
MENINGITIS
Terapi Antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus Terapi Operatif
terlebih dahulu dilakukan kultur darah dan Penanganan vokal infeksi dengan tindakan
lumbal punksi guna pemberian antibiotika operatif mastoidektomi.Pendekatan
disesuaikan dengan kuman penyebab mastoidektomi harus dapat menjamin eradekasi
seluruh jaringan patologik dimastoid.Maka sering
Kortikosteroid diperlukan mastoidektomi radikal.Tujuan operasi
ini adalah untuk memaparkan dan
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat
mengeksplorasi seluruh jalan yang mungkin
menurunkan edema serebri, mengurangi tekanan
digunakan oleh invasi bakteti.
intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat
menurunkan penetrasi antibiotika kedalam abses
dan dapat memperlambat pengkapsulan abses,
oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak
dianjurkan.
AS U HAN K E PE RAWATAN
MENINGITIS
INTERVENSI
DIAGNOSA 2 4 IMPLEMENTASI
PENGKAJIAN 1 5 EVALUASI
1. Biodata klien 1. P E N G K A J I A N
2. Riwayat kesehatan yang lalu
3. Data bio-psiko-sosial
a. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis
dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan
tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
c. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan
membran mukosa kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi,
hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
2. Diagnosa Keperawatan
Observasi Observasi
•Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan •Identifikasi lokasi, akrakteristik, durasi,
Terapeutik frekuensi, kualitas, skala, intensitas nyeri
•Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu, jika perlu Terapeutik
•Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam •Berikan terapi nonfarmakologis untuk
peningkatan pergerakan mengurangi rasa nyeri
Edukasi Edukasi
•Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi •Ajarkan teknik nonfarmakologis
Kolaborasi
Kolaborai pemberian analgesic, jika perlu.
3. Ansietas (D.0080) 4. Hipertermia (D.0130)
Kriteria Hasil: Termoregulasi (L.14134)
Kriteria Hasil: Tingkat Ansietas (L. 09093) •Suhu tubuh membaik
•Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi •Kadar glukosa darah membaik
•Perilaku gelisah menurun •Tekanan Darah membaik
Observasi Observasi
•Identifikasi saat tingkat ansietas berubah •Identifikasi penyebab hipertermia
•Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) •Monitor suhu tubuh
•Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
•Ciptakan suasana terapeutik untuk membangun kepercayaan Terapeutik
•Pahami situasi yang memicu ansietas •Sediakan lingkungan yang dingin
•Dengarkan dengan penuh perhatian •Berikan cairan oral
•Motivasi situasi yang memicu kecemasan •Lakukan pendinginan eksternal
•Hindari pemberian antipiretik
Edukasi
•Anjurkan keluarga untuk selalu bersama pasien Edukasi
•Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
•Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu Kolaborasi
•Kolaborai pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
5. Risiko Infeksi (D.0142)
Kriteria Hasil: Tingkat Infeksi (L.14137)
•Demam menurun
•Nyeri menurun
•Bengkak menurun
Observasi
•Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
•Berikan perawatan kulit pada area edema
Edukasi
•Jelaskan tanda dan gejala infeksi
•Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. I M P L E M E N T A S I