Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN HIPOKONDRIASIS

Pembimbing :
dr. Fatmawati, M. kes Sp. KJ

YUNIASIH RESTU PUTRI, S.Ked


OFITRY, S.Ked
NUR KHADIJAH, S.Ked
LATAR BELAKANG

Hipokondriasis dan gangguan somatoform yang lain merupakan


gangguan psiaktri paling sulit dan kompleks untuk di terapi secara
medis. Gangguan somatoform sendiri adalah kelompok gangguan
yang memiliki gejala fisik dimana tidak di temukan penjelasan medik
yang adekuat
• TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

 keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan


menderita, atau keyakinan bahwa seseorang
memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak
ada dasar medis untuk keluhan yang dapat
ditemukan
• ETIOLOGI

1. Sejumlah data menunjukkan bahwa orang


dengan hipokondriasis memperkuat sensasi
somatiknya;
2. Hipokondriasis dapat dimengerti dalam hal
model pembelajaran sosial
3. Faktor predisposisi
4. Faktor – faktor presipitasi dan perpetuasi
Epidemiologi

• Terjadi pada usia dewasa antara 20-30 tahun


• Sering terjadi pada orang kulit hitam di
bandingkan kulit putih
• Rasio antara wanita dan pria sama
Ciri-ciri diagnostik dari
hipokondriasis (DSM-IV-TR)
1) Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan
menderita, ide bahwa ia menderita suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang
tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
2) Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan
pemeriksaan medis yang tepat.
3) Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas
pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti
pada gangguan dismorfik tubuh).
4) Preokupasi menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
5) Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik
oleh gangguan kecemasan umum, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan
depresif berat, cemas perpisahan, atau
gangguan somatoform lain.
Diagnosis Banding
1. Penyakit organik, terutama stadium dini
gangguan neurologis, seperti sklerosis multipel
2. Gangguan endokrin seperti penyakit tiroid atau
paratiroid
3. Gangguan pada sistem umum tubuh seperti
sistemik lupus eritematosus, endokrinopati,
AIDS, penyakit degeneratif sistem saraf, dan
gangguan neuroplastik yang tidak jelas
4. Gangguan somatoform lainnya
Tatalaksana
Tujuan Pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi
(tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan
bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak
untuk kehidupan nyata
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap
sindrom komorbid (memperparah kondisi)
Strategi dan teknik psikoterapi
dan psikososial
1. Psikoterapi kelompok  terapi suportif.
2. Psikoterapi individual berorientasi tilikan, terapi
perilaku.
3. Buat jadwal regular dengan interval waktu
kedatangan yang memadai
4. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala
ke personal dan ke masalah sosial
5. Terapi perilaku kognitif dilakukan pada gangguan
hipokondriasis yang biasanya disebabkan oleh
depresi dan sangat respon dengan CBT
Strategi dan teknik farmakologikal
dan fisik
Farmakoterapi meringankan gejala hipokondriasis
1. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi
2. Usahakan untuk mengurangi gejala hipokondriasis.

3. Modifikasi keyakinan pasien yang salah


Prognosis
• Eksarsebasi gejala hipokondriasis = stressor
psikososial. Sebagian besar anak dengan
hipokondriasis membaik di masa remaja akhir
atau masa dewasa awal.
• Prognosis seringkali buruk  penderita
mengalami disabilitas ringan kronik hampir
sepanjang masa dewasa. Semakin kronik 
semakin buruk prognosisnya.
• Sedangkan bila gejala disebabkan oleh
gangguan ansietas menyeluruh atau depresif
 prognosis lebih baik.
• Pasein dengan riwayat psikologi yang baik
yang biasanya hanya pengalami hipokondriasis
sementara pada penyakit yang akut atau
stress mempunyai prognosis yang baik dan
dapat mengalami kesembuhan yang
sempurna.
KESIMPULAN

• Hipokondriasis adalah suatu gangguan


neurotik yang ditandai dengan fokus gejala
yang lebih ringan daripada kepercayaan
bahwa ia menderita penyakit tertentu.
Hipokondriasis merupakan salah satu enam
dari gangguan somatoform yang dikatagorikan
dalam DSM-IV.
• Terdapat faktor psikososial dalam berupa
konflik psikis dibawah sadar
• Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-
keluhan gejala fisik yang berulang disertai
permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah
dijelaskan oleh dokternya tidak terjadi kelainan yang
mendasari keluhannya.
• Penatalaksaan hipokondriasis meliputi
pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan
psikoterapi.
• Prognosis baik berhubungan status
sosioekonomi yang tinggi, awal gejala yang
tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian
dan tidak adanya gangguan psikiatri yang
menyertai
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, BJ, Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-. 2. Jakarta: EGC; 2012.
Hal 273-275
2. Kaplan, H.I., Saddocks, Grebb. Gangguan Psikotik Singkat dalam Sinopsis Psikiatri.
Edisi ke-7. Jakarta. Hal 771-775
3. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. 2008. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. EGC.
Jakarta. Hal 227
4. Elcira Sylvia, Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta. Hal 272-275
5. Starcevic, Vladan, Lipsitt, Don R. 2001. Hypochondriasis: Modern Perspectives on
an Ancient Malady, 1st Ed. Oxford University Press, Inc.
6. Abramowitz Jonathan. 2006. Hypochondriasis: Conceptualization, Treatment,
and Relationship to Obsessive-Compulsive Disorder. ResearchGate.
7. Garyfallos, Adamopolou. 2008. Hypochondriasis: Demographic characteristics
and comorbidity with other psychiatric diagnoses in greece. Hellenic Psychiatry.
8. Warwick MCH. 1998. Cognitive therapy in the treatment of hypochondriasis.
Advances in Psychiatric Treatment. Vol 4. p285 - 295
9. Gelder Michael, Mayou Richard, Geddes J. 2006.Psychiatry. 3ed . Oxford
University Press. Newyork.

Anda mungkin juga menyukai