Hipokondriasis dan gangguan somatoform yang lain merupakan
gangguan psiaktri paling sulit dan kompleks untuk di terapi secara medis. Gangguan somatoform sendiri adalah kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak di temukan penjelasan medik yang adekuat • TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan
menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan • ETIOLOGI
1. Sejumlah data menunjukkan bahwa orang
dengan hipokondriasis memperkuat sensasi somatiknya; 2. Hipokondriasis dapat dimengerti dalam hal model pembelajaran sosial 3. Faktor predisposisi 4. Faktor – faktor presipitasi dan perpetuasi Epidemiologi
• Terjadi pada usia dewasa antara 20-30 tahun
• Sering terjadi pada orang kulit hitam di bandingkan kulit putih • Rasio antara wanita dan pria sama Ciri-ciri diagnostik dari hipokondriasis (DSM-IV-TR) 1) Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh. 2) Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat. 3) Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh). 4) Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan. 5) Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain. Diagnosis Banding 1. Penyakit organik, terutama stadium dini gangguan neurologis, seperti sklerosis multipel 2. Gangguan endokrin seperti penyakit tiroid atau paratiroid 3. Gangguan pada sistem umum tubuh seperti sistemik lupus eritematosus, endokrinopati, AIDS, penyakit degeneratif sistem saraf, dan gangguan neuroplastik yang tidak jelas 4. Gangguan somatoform lainnya Tatalaksana Tujuan Pengobatan 1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata 2. Meminimalisir biaya dan komplikasi 3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi) Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial 1. Psikoterapi kelompok terapi suportif. 2. Psikoterapi individual berorientasi tilikan, terapi perilaku. 3. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai 4. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah sosial 5. Terapi perilaku kognitif dilakukan pada gangguan hipokondriasis yang biasanya disebabkan oleh depresi dan sangat respon dengan CBT Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik Farmakoterapi meringankan gejala hipokondriasis 1. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi 2. Usahakan untuk mengurangi gejala hipokondriasis.
3. Modifikasi keyakinan pasien yang salah
Prognosis • Eksarsebasi gejala hipokondriasis = stressor psikososial. Sebagian besar anak dengan hipokondriasis membaik di masa remaja akhir atau masa dewasa awal. • Prognosis seringkali buruk penderita mengalami disabilitas ringan kronik hampir sepanjang masa dewasa. Semakin kronik semakin buruk prognosisnya. • Sedangkan bila gejala disebabkan oleh gangguan ansietas menyeluruh atau depresif prognosis lebih baik. • Pasein dengan riwayat psikologi yang baik yang biasanya hanya pengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna. KESIMPULAN
• Hipokondriasis adalah suatu gangguan
neurotik yang ditandai dengan fokus gejala yang lebih ringan daripada kepercayaan bahwa ia menderita penyakit tertentu. Hipokondriasis merupakan salah satu enam dari gangguan somatoform yang dikatagorikan dalam DSM-IV. • Terdapat faktor psikososial dalam berupa konflik psikis dibawah sadar • Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan- keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokternya tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya. • Penatalaksaan hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan psikoterapi. • Prognosis baik berhubungan status sosioekonomi yang tinggi, awal gejala yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya gangguan psikiatri yang menyertai DAFTAR PUSTAKA 1. Sadock, BJ, Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-. 2. Jakarta: EGC; 2012. Hal 273-275 2. Kaplan, H.I., Saddocks, Grebb. Gangguan Psikotik Singkat dalam Sinopsis Psikiatri. Edisi ke-7. Jakarta. Hal 771-775 3. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH. 2008. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. EGC. Jakarta. Hal 227 4. Elcira Sylvia, Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Hal 272-275 5. Starcevic, Vladan, Lipsitt, Don R. 2001. Hypochondriasis: Modern Perspectives on an Ancient Malady, 1st Ed. Oxford University Press, Inc. 6. Abramowitz Jonathan. 2006. Hypochondriasis: Conceptualization, Treatment, and Relationship to Obsessive-Compulsive Disorder. ResearchGate. 7. Garyfallos, Adamopolou. 2008. Hypochondriasis: Demographic characteristics and comorbidity with other psychiatric diagnoses in greece. Hellenic Psychiatry. 8. Warwick MCH. 1998. Cognitive therapy in the treatment of hypochondriasis. Advances in Psychiatric Treatment. Vol 4. p285 - 295 9. Gelder Michael, Mayou Richard, Geddes J. 2006.Psychiatry. 3ed . Oxford University Press. Newyork.