Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

SINUSITIS DENTOGEN
Disusun oleh:
Erwin Dipraja (406182059)
Geofanny Febrine Chandra (406182062)
Anastasia Claudia (406182051)
Carissa Tirta (406182052)
Maisie Thalia (406182054)
Verren Natasya Nonski (406182053)

Pembimbing:
Drg. Nurhayati Windarti
ANATOMI SINUS PARANASAL
Ada 4 pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus
maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.
1. SINUS MAKSILA
Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang
atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang
juga gigi taring (C) dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut
dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah
naik ke atas menyebabkan sinusitis.
2. SINUS FRONTAL
Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan
fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah
menjalar ke daerah ini.
3. SINUS ETMOID
Sinus etmoid anterior : bermuara di meatus medius dan letaknya di
depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media
dengan dinding lateral (lamina basalis),
sinus etmoid posterior : bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus
etmoid posterior lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak
di posterior dari lamina basalis
4. SINUS SFENOID
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut
septum intersfenoid. ukuranya adalah 2 cm, tingginya 2.3 cm dan
lebarnya 1.7 cm
• KOMPLEKS OSTEOMEATAL

terdiri dari infundibulum


etmoid yang terdapat di
belakang prosesus
unsinatus, resesus
frontalis, bula etmoid dan
sel-sel etmoid anterior
dengan ostiumnya dan
ostium sinus maksila
DEFINISI
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.
Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang
merupakan infeksi virus, yang selanjutnya diikuti oleh infeksi bakteri.
Penjalaran infeksi ETIOLOGI
gigi, infeksi
periapikal gigi
maksila dari kaninus Hubungan langsung gigi maksila
sampai gigi molar dengan sinus maksila terutama
Prosedurtigaekstraksi
atas. gigi, gigi molar tiga terpendam
misalnya terdorong gigi
ataupun akar gigi
sewaktu akan
diusahakan
adanya penjalaran
mencabutnya,
infeksi dari Adanya benda
membran asing dalam sinus
periodontal melalui
tulang spongiosa
Trauma,
ke mukosa terutama
sinus
fraktur maksila Neoplasma yang
yang mengenai mengadakan
prosesus infiltrasi ke dalam
alveolaris dan sinus maksila.
sinus maksila.
EPIDEMIOLOGI
• Di Amerika insiden pada orang
dewasa antara 10-15% dari
seluruh kasus sinusitis yang
berasal dari infeksi gigi.
• Di India sinusitis maksila tipe
dentogen sebanyak 10% kasus
yang disebabkan oleh abses gigi
dan abses apikal.
• Di Medan insiden sinusitis
dentogen di Departemen THT-
KL/RSUP H. Adam Malik sebesar
13.67% dan yang terbanyak
disebabkan oleh abses apikal
yaitu sebanyak 71.43%
PATOFISIOLOGI
Jaringan
Infeksi gigi Gangguan
granulasi Infeksi sinus
kronis drainase sinus
mukosa sinus

Sinusitis
Dentogen

Inflamasi udem dan


obstruksi
mukosa hidung eksudasi

Permeabilitas kapiler Hipoksia


Retensi Sekresi kelenjar
sekresi sinus Eksudasi serosa
fungsi silia
GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS
AKUT
◦ Ditegakkan berdasarkan kriteria di bawah ini:
• Anamnesis
Riwayat rinore purulen yang lebih dari 7 hari, merupakan keluhan yang paling sering dan
dapat disertai keluhan lain seperti sumbatan hidung, nyeri/rasa tekanan pada muka, nyeri
kepala, demam, ingus belakang hidung, batuk, anosmia/hiposmia, nyeri periorbital, nyeri gigi,
nyeri telinga dan serangan mengi (wheezing) yang meningkat pada penderita asma.
• Rinoskopi Anterior
sekret purulen di meatus medius atau superior; atau pada rinoskopi posterior tampak adanya
sekret purulen di nasofaring (post nasal drip).
• Pemeriksaan foto polos sinus bukan prosedur rutin, hanya dianjurkan pada kasus tertentu,
misalnya:
• Rinosinusitis akut dengan tanda dan gejala berat.
• Tidak ada perbaikan setelah terapi medikamentosa optimal
• Curiga ada cairan dalam sinus maksila yang memerlukan tindakan irigasi
• Evaluasi terapi
KRONIK
◦ Ditegakkan berdasarkan kriteria di bawah ini:
◦ 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor dari kumpulan gejala dan
tanda menurut International Consensus on Sinus Disease, tahun 1993 dan 2004
• Rinoskopi anterior
Terlihat adanya sekret purulen di meatus medius atau meatus superior.
• Pemeriksaan nasoendoskopi
Sekret purulen minimal di meatus medius atau superior, polip kecil, ostium
asesorius, edema prosesus unsinatus, konka bulosa, konka paradoksikal, spina
septum.
• Pungsi sinus maksila
Adanya sekret di dalam sinus maksila dan jika diperlukan untuk pemeriksaan
kultur dan resistensi.
• Sinoskopi
Dapat dilakukan untuk melihat kondisi antrum sinus maksila. Dilihat apakah
ada sekret, jaringan polip, atau jamur di dalam rongga sinus maksila, serta
bagaimana keadaaan mukosanya apakah kemungkinan kelainannya masih
reversibel atau sudah ireversibel.
DIAGNOSIS BANDING
• Kista yang terbentuk dari mukosa sinus termasuk pseudokista, mukokel, dan yang paling sering yaitu
kista retensi.
1

• Hanya pseudokista yang berhubungan dengan penyakit periapikal/periodontal yang disebabkan


pengobatan gigi yang bisa mencapai resolusi pseudokista.
2

• Tumor-tumor jinak atau lesi seperti tumor dapat menyebabkan penyimpangan, ekspansi, atau erosi
dinding sinus. (ameloblastoma, odontoma, cementoma, fibromas ossifying, tumor epitelial
3 odontogenik, tumor skuamosa odontogenik, dan tumor adenomatoid)

• Tumor ganas termasuk keganasan gingiva, kistik adenoid dan sarkoma.


4
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanan sinusitis dentogen:
• Atasi masalah gigi
• Konservatif, diberikan obat-obatan: antibiotika, dekongestan,
antihistamin, kortikosteroid dan irigasi sinus.
• Operatif. Beberapa macam tindakan bedah sinus yaitu antrostomi
meatus inferior, Caldwell-Luc, etmoidektomi intra dan ekstra nasal,
trepanasi sinus frontal, dan bedah sinus endoskopik fungsional.
Akut
Berdasarkan pedoman Sinus and Allergy Health Partnership tahun 2000, terapi sinusitis akut
yang disebabkan bakteri dikatakorikan menjadi 3 kelompok :
◦ Dewasa dengan sinusitis ringan yang tidak meminum antibiotik : Amoxicillin/clavulanate,
amoxicillin (1.5-3.5 g/d), cefpodoxime proxetil, atau cefuroxime direkomendasikan sebagai
terapi awal
◦ Dewasa dengan sinusitis ringan yang telah mendapat antibiotik sebelumnya 4 – 6 minngu dan
dewasa dengan sinusitis sedang : Amoxicillin/clavulanate, amoxicillin (3-3.5 g), cefpodoxime
proxetil, atau cefixime
◦ Dewasa dengan sinusitis sedang yang telah mendapat antibiotik sebelumnya 4 – 6 minggu :
Amoxicillin/clavulanate, levofloxacin, moxifloxacin, atau doxycycline.
Kronik
• Vancomycin (Lyphocin, Vancocin, Vancoled) => Adult : 1 g or 15 mg/kg IV q12h, Pediatric : 30-
40 mg/kg/d IV in 2 doses
• Moxifloxacin (Avelox) => Adult : 400 mg PO/IV qd, Pediatric : <18 years: Not recommended ,
>18 years: Administer as in adults
• Amoxicillin (Amoxil, Trimox, Biomox) => Adult : 500 mg to 1 g PO q8h, Pediatric : 0-45
mg/kg/d PO q8h divided.
TINDAKAN OPERASI
• Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
• Indikasinya berupa: sinusitis kronik disertai kista aatau kelainan yang ireversibel; polip ekstensif, adanya
komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
Komplikasi
Komplikasi Orbita
• Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada
orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan
manifestasi dari ethmoidalis akut.
Komplikasi Intra Kranial
• Meningitis akut
• Abses dural
• Abses subdural
• Abses otak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai