Anda di halaman 1dari 23

MEMBANGUN NILAI-NILAI ETIKA

DI TENGAH-TENGAH KONFLIK
KEMANUSIAAN
I. ILUSTRASI FAKTA SEJARAH KONFLIK
1. Ada dua bersaudara turunan ABRAM yakni
bangsa Palestin-Arab (kita sebut saja “A”) dan
bangsa Israel-Yahudi (kita sebut “B”).
2. Yang menjadi sumber konflik adalah tanah
wilayah teritoriaL leluhur A dan B sebagai
keturunan dari Nabi ABRAM.
3. Riwaya A dan B serta negeri mereka sangat
potensial bermasalah dan berkonflik perang,
teror dan pembuhan kejam dengan latar
belakang penyebab sbb :
a. A lebih dulu lahir dari B, tetapi Ibu A bukan
isteri permaisuri.
b. B lahir belakangan dari A, tetapi dari Ibu
sebagai isteri permaisuri.
c. A dibesarkan di negeri Arab, jauh dari
Ayahnya Abram dan dari negeri asalnya.
d. B dibesarkan di dekat Ayahnya Abram di
negeri Ayahnya.
e. A terkategori sebagai anak kesayangan
ayahnya, sedangkan si B seakan-akan bukan
anak kesayangan.
f. Karena musim berkepanjangan, maka B
exodus ke Mesir selama ratusan tahun, dan
juga ke Babilonia.
g. Kondisi tersebut diatas membuka peluang
bagi keturunan A untuk kembali ke nenek
moyangnya.
h. Keturunan B melahirkan SDM super cerdas
dan terpencar ke penjuru dunia sebagai
pencipta – penemu Rumus-rumus IPTEK
seperti mesin, listrik, kimi dan segala
pesawat.
i. Keturunan B menjadi pengusaha-pengusaha
unggul – sukses dan menjadi orang-orang
terkaya ranking teratas dunia seperti OASIS dan
ROCKE PELLER, sementara negeri asalnya telah
diduduki keturunan A selama ratusan tahun.
j. Setelah keturunan B menjadi orang-orang
unggul super cerdas dan super kaya di dunia,
maka mereka ingin pulang kampung dan
membangun negerinya.
k. Untuk hal diatas maka keturunan B membuat
organisasi ZIONISME.
l. Dalam studi-kasus ini, “negeri leluhur A +B” kita
sebut “negeri X berkonflik”.
m. Menurut keturunan B negeri X adalah tanah
suci dan negeri perjanjian yang Tuhan Maha Esa
peruntukkan bagi mereka, sesuai amanat yang
mereka terima dari leluhur mereka ABRAM.
n. ZIONIS mendirikan Negara Israel pada Mei 1948
oleh Golde Meyer, Henry Kissiner dkk dengan
cara membeli tanah oleh B dari A, setapak demi
setapak, lama-lama makin luas.
o. Lama-lama keturunan A makin terdesak
dimana sumber-sumber kehidupan seperti
sumber-sumber air bersih, listrik, jaringan-
jaringan sistem transportasi dan ekonomi
dikuasai keturunan B, termasuk fasilitas
kesehatan dan sekolah-sekolah.
p. Dalam perlintasan transportasi, B memasang
POS dan PORTAL keamanan yang dijaga oleh
tentara B dengan memakai senjata api
otomatis.
q. Situasi dan kondisi tersebut diatas membuat
KONFLIK a.l. Dalam bentuk : pertikaian,
pertengkaran, pembunuhan, perang, bom
bunuh diri dan teror antara pihak A dan B,
sejak 1948 hingga tulisan ini dibuat, serta
belum ada tanda-tanda DAMAI, belum ada
PARADIGA SOLUSI atas KONFLIK.
II. MEMBANGUN JEMBATAN SALING HORMAT DAN
EMPATI UNTUK PARADIGMA SOLUSI.

1. Prof. MOHAMMED DAJANI keturunan A pada


saat antri di Pos Penjagaan tentara B, tiba-tiba
pingsan.
2. Dalam situasi panik, tentara B memanggil
Ambulance untuk segera membawa yang
pingsan ke rumah Sakit Tentara terdekat milik B
agar diobati sampai sembuh, penuh dengan
sikap yang empati, demikian juga saat Ayah
Mohammed Dajani berobat kanker di RS yang
sama, juga mendapat pelayanan yang sama.
3. Pelayanan berkemanusiaan dan berempati dari
B kepada A membuat A/Prof. Dajani melihat
suatu titik balik : dari kita atau mereka menjadi
kita dan mereka sebagai ALTERNATIF KE-3
membangun empati untuk perdamaian atau
paradigma solusi pemecahan masalah konflik
antara A dan B.
4. Selanjutnya, Prof. Dajani membuat “organisasi
WASATIA” dalam rangka membangun paham :
TITIK TENGAH ANTARA DUA EXTREM” bagi kaum
PEMUDA-A/Palestina.
5. Paham yang ditolak oleh organisasi WASATIA
a.l. :
a. Pandangan atau paham Menang-kalah. Dimana
pengamat Islam, kristen dan Yahudi tidak bisa
hidup berdampiungan, apalagi tumbuh makmur
bersama di negeri yang sama.
b. Keberpihakan fanatik, solidaritas kesukuan,
fanatisme, rasisme dan intoleransi serta semua
hal-hal yang membuat manusia untuk menjadi
musuh besar manusia.
c. Persepsi teroris dari B terhadap A.
6. Prof. Dajani melalui organisasi WASATIA,
menfasilitasi ruang dialog antar pihak yang
berkomflik dan fihak ketiga/netral. Untuk
membangun persepsi, hati, pandangan dan
pikiran tentang kemungkinan dan manfaat
hidup berdampingan secara damai, sekarang
dan untuk masa depan jangka panjang.
7. Prof. Dajani memandang bahwa agama dan
politik dapat menjadi jembatan untuk
membangun konflik, tapi juga dapat untuk
membangun perdamaian dengan cara a.l. :
a. Pihak “B” membaca, mendengar, dan
mempelajari Quran tentang nilai-nilai
kemanusiaan. Sebaliknya orang Palestina
(Pihak A) penganut Islam dan Kristen
mempelajari Ayat Talmud ttg nilai-nilai
kemanusiaan yang menyebut. “Bila kamu
menyelamatkan satu nyawa manusia, seakan
kamu menyelamatkan seluruh dunia”.
Dengan demikian, ada titik netral untuk
jembatan perdamaian-kemanusiaan.
b. Bahwa dalam tradisi Yahudi dan Islam,
berbagai ayat dengan orang lain, adalah
tindakan suci. Ini adalah ikatan suci : Ada ayat
dalam Talmud yang mengatakan bahwa
dunia berdiri diatas tiga hal : kebenaran,
perdamaian, dan keadilan. Oleh karenanya,
dimana tidak keadilan, tidak akan pernah ada
perdamaian.
c. Bahwa Tembok Barat di Yerusalem memang
tempat suci Yahudi. Bahwa penganut agama
Yahudi dan Islam bisa beribadah
berdampingan.
8. Prof. Dajani melihat bahwa penyelesaian
konflik sesungguhnya dimulai dari hubungan
pribadi yang dapat membangun jembatan
sikap hormat dan empati.
III. MEMBANGUN JEMBATAN SIMFONI ENERGI
UNTUK PERDAMAIAN.
1. Barenboim Edward Said Palestina Arab (A) dan Daniel
Yahudi Israel (B), sama-sama dan membangun sebuah
sanggar musik simfoni dan Orchestra Divan” yang
anggota-anggotanya para pemuka dari bangsa-bangsa
Timur Tengah seperti Israel, palestina, Syria, dan
Libanon serta Rusia.
2. Orkestra Divan dapat memberi ruang dan kesempatan
kepada pihak A dan B yang berkonflik untuk saling
berkenalan, saling menghargai dan saling
berdampingan untuk mempromosikan perdamaian.
3. Setelah pertunjukkan diatas selesai dan
sukses, maka respon Palestina kepada Daniel
Barenboim orang Israel Yahudi menjadi
bersahabat ditandai dengan pemberian
PASPOR Palestina secara permanen.
4. Orkestra Divan telah berhasil membawa
banyak pemuda berbakat di Timur Tengah ke
arah pemikiran untuk terciptanya sebuah
situasi dimana masing-masing pihak dapat
saling dapat memahami satu sama lain
dengan empati untuk suatu sinergi menuju
kebersamaan dan perdamaian.
IV. PARADIGMA MEMBANGUN
PERDAMAIAN
1. Dalam membangun paradigma perdamaian kita dapat
menggambarkan pemikiran alternatif ke-3 dengan
langkah-langkah sbb :
a. Saya melihat (tau-sadar) diri saya sendiri antara lain
untuk :
b. Introspeksi tentang hal-hal yang tidak beres dalam diri
sendiri.
2. Saya melihat (sisi positif) anda
3. Saya menyelidiki (sisi positif anda dari sisi bersinergi.
4. Saya (dapat) bersinergi dengan anda (untuk
membangun) perdamaian.
Dalam membangun perdamaian
adalah sangat mutlak untuk mampu
mendengar orang lain dengan
sepenuh hati, pikiran, jiwa dan
kesabaran.
V. NEGARA SWISS MODEL SEBUAH
PERDAMAIAN
1. Swiss adalah negeri atau negara damai dan
makmur, berada pada peringkat kedua
sebagai bangsa yang paling bahagia di bumi
dibawah Denmark.
2. Swiss mempunyai tokoh yang cintai damai
yakni Jenderal GOILLAMUE HENRI DEFOUR
yang membuat pedoman bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara a.l. :
a. Perang adalah awal perdamaian
b. Saat tentara menyeberangi perbatasan,
tinggalkanlah amarah anda, dan pikirkan
tugas yang harus anda penuhi sesuai yang
diberikan negara kepada anda.
c. Setelah kita meraih kemenangan, lupakan
segala dendam.
d. Lindungilah semua musuh yang tak berdaya
e. Bersikaplah dengan perilaku yang membuat
diri anda dihormati.
3. Pada tahun 1863 Jenderal DUFOUR
memimpin konferensi Jenewa pertama yang
melahirkan PALANG MERAH INTERNASIONAL
4. Swiss adalah bangsa yang menjunjung tinggi
etika-respek yang berusaha untuk
memperoleh manfaat dari keragaman
bahasa, kultur dan agama.
5. Bangsa Swiss terdiri dari keturunan Jerman,
Perancis dan Itali yang sudah selesai dari
konflik.
6. Swiss telah membangun kedamaian,
keadilan, kemakmuran yang erata dan
kebahagiaan.
7. Swiss telah sukses membangun etika
bersinergi serta dapat menjadi model etika
respek untuk sinergi dalam kebersamaan dan
kerjsama produktif.

Anda mungkin juga menyukai