Anda di halaman 1dari 21

SIROSIS HEPATIS

Kenya Leilani 1061050111


◦ Istilah Sirosis diberikan pertama kali oleh Laennec tahun 1819, yang berasal dari kata
kirrhos yang berarti kuning orange (orange yellow), karena terjadi perubahan
warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk.
Definisi
◦ Perubahan arsitektur jaringan hati yang ditandai dengan regenerasi nodular yang
bersifat difus dan dikelilingi oleh septa – septa fibrosis. Perubahan (distorsi) struktur
tersebut dapat mengakibatkan peningkatan aliran darah portal, disfungsi sintesis
hepatosit, serta meningkatkan resiko karsinoma hepatoseluler ( KHS ).
Epidemiologi
Prevalensi sirosis hati sulit untuk dinilai karena stadium awalnya bersifat asimtomatis.
Namun, sirosis tercatat sebagai penyakit kematian ke – 14 tersering pada dewasa dunia,
dengan angka kematian sekitar 1,04 juta jiwa per tahun. Sirosis juga menjadi indikasi
utama untuk kasus transplantasi hepar per tahun di negara maju.
Etiologi
◦ Di Amerika penyebab dari sirosis hepatis yang tersering akibat alkoholik
◦ Di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. hepatitis B (30-40%),
virus hepatitis C (30-40%), dan penyebab yang tidak diketahui (10-20%).
Manifestasi Klinis
Sirosis hati merupakan kondisi histopatologis yang bersifat asimtomatis pada stadium
awal. Secara klinis, sirosis dapat dibedakan menjadi sirosis kompensata ( gejala klinis
belum ada atau minumal ) dan sirosis dekompensata ( gejala dan tanda klinis jelas ).
Manifestasi Klinis
Sirosis Kompensata
Kebanyakan bersifat asimtomatis dan hanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fungsi hati.
Bila ada, gejala yang muncul berupa kelelahan non spesifik, penurunan libido, atau gangguan
tidur. Tanda khas sirosis juga seringkali belum tampak pada tahap ini. Sebenarnya sekitar 40%
kasus sirosis kompensata telah mengalami varises esofagus, namun belum menunjukkan tanda –
tanda perdarahan.
Sirosis Dekompensata
Disebut sirosis dekompensata apabila ditemukan paling tidak satu dari manifestasi
berikut:
◦ Ikterik
◦ Asites
◦ Edema perifer
◦ Hematemesis melena
◦ Jaundice
◦ Ensefalopati
Manifestasi Klinis
Alkohol hepatitis virus
alkoholdehidrogenase
Asetaldehid non spesifik respon imun spesifik
dan asetat
sel NK sel limfosit T & sel limfosit B
Oksidasi lemak
& lipogenesis lisis sel

Steatosis hati
hepatosit rusak (neckrosis) hepatosit hidup

lisosom & sitokin regenerasi sell

aktivasi sel kupffer hiperplasi sel

stimulasi sel stella hepatic nodul


sekresi kolagen

Fibrotik

Sirosis hepatis
Diagnosis (Px Lab)
◦ Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan pada sirosis hepatis
adalah pemeriksaan kadar bilirubin, albumin, globulin, enzim hati,
faktor pembekuandarah, uji imunologik, biopsi hati dan imaging hati.

◦ Bilirubin konsentrasinya normal pada sirosis hepatis kompensata, tapi


meningkat pada sirosis lanjut. Albumin, karena sintesisnya di jaringan
hati,konsentrasinya menurun sesuai dengan perburukan keadaan hati.
Globulin,konsentrasinya meningkat pada sirosis. Akibat sekunder dari
pintasan, antigen bakteri dari sistem portal ke jaringan limfoid,
selanjutnya menginduksi produksi immunoglobulin
◦ Pencitraan (imaging) : USG Abdomen
◦ hepatomegali,
◦ nodul dalam hati,
◦ splenomegali
◦ Biopsi hati yaitu pengambilan sampel kecil dari sel-sel hati yang diambil
dan diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
◦ Endoskopi (gastroscopy) untuk melihat adakah pembuluh darah yang
membesar (varises) di kerongkongan, lambung dan usus kecil, yang
merupakan tanda – tanda dari sirosis.
Komplikasi
Sirosis
Tatalaksana
◦ Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis.
◦ Terapi ditujukan untuk mengurangi progresi penyakit, menghindarkan
bahan – bahan yang bisa menambahkan kerusakan hati,
pencegahan dan komplikasi.
◦ Bila tidak ada koma hepatik diberikan diet yang mengandung protein
1 g/kgBB dan kalori sebanyak 2000 – 3000 kkal/hari.
Tatalaksana Asites
◦ Tirah baring dan diawali diet rendah garam,
◦ Kombinasi dengan obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian
spironolakton dosis 100 – 200 mg sekali sehari.
◦ Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5
kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya
edema kaki.
◦ Bila pemakaian diuretik tidak berhasil (asites refrakter), dapat
dilakukan parasentesis abdomen untuk mengambil cairan asites
secara langsung dari rongga perut.
Tatalaksana Ensefalopati
Hepatik
◦ Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan ammonia. Neomisin
bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil ammonia,
diet protein dikurangi sampai 0,5 g/kgBB/hari, terutama diberikan
yang kaya asam amino.
Tatalaksana Varises Esofagus
◦ Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat
penyekat beta (propanolol). Waktu perdarahan akut, bisa diberikan
preparat somatostatin atau oktreotid, diteruskan dengan tindakan
skleroterapi atau ligasi endoskopi.

Anda mungkin juga menyukai