Anda di halaman 1dari 11

TEORI INFLASI

Created by:
Imroatul M 17081324009
Zhumrotul M 17081324011
Siti Safi’atul U 17081324042
INFLASI
Inflasi dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan
meningkatnya harga-harga barang dan jasa secara terus-menerus.
Dalam pengertian diatas, terdapat dua kunci dalam memahami
inflasi, yaitu: “kenaikan harga secara umum” dan “terus-
menerus”. Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum,
artinya inflasi harus menggambarkan kenaikan harga-harga
sejumlah besar barang dan jasa yang dipergunakan dalam suatu
perekonomian. Terus-menerus, artinya kenaikan harga yang
terjadi karena faktor musiman dan tidak mempunyai pengaruh
lanjutan tidak disebut sebagai inflasi.
TEORI INFLASI

• Teori Kuantitas
• Teori Keynes
• Teori Strukturalis
1. Teori kuantitas

Teori yang mengemukakan bahwa inflasi terjadi hanya karena satu faktor, yaitu kenaikan
jumlah uang yang beredar (JUB).

Tingkat harga atau laju inflasi hanya akan berubah apabila jumlah uang yang beredar tidak
sesuai dengan jumlah uang yang diminta atau yang diperlukan oleh suatu perekonomian,.
Apabila jumlah uang yang beredar lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang diminta
atau dibutuhkan oleh masyarakat, maka tingkat harga akan meningkat dan terjadilah inflasi.
Sebaliknya, apabila jumlah uang yang beredar lebih kecil dengan jumlah uang yang
dibutuhkan oleh masyarakat, maka tingkat harga akan turun dan terjadi apa yang disebut
sebagai deflasi.
Kajian yang dilakukan oleh Fisher, Sahay dan Vegh (2002, hlm. 847), menyatakan
bahwa dalam jangka panjang hubungan antara pertumbuhan uang beredar dan laju
inflasi menjadi semakin kuat. Dalam hal jangka pendek pertumbuhan uang beredar
dan laju inflasi masih mempunyai korelasi yang cukup signifikan. Meskipun
demikian, kajian tersebut juga menyatakan bahwa hubungan dua variabel tersebut
tidaklah instan dan juga tidak persis berhubungan langsung satu lawan satu. Kajian ini
juga menemukan bahwa laju inflasi yang tinggi cenderung tidak stabil. Sebaliknya,
laju inflasi yang rendah cenderung lebih stabil (erat).
2. Teori Keynes

Teori ini didasarkan pada teori makronya, yaitu inflasi terjadi karena suatu masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya.

Ekonom Keynesian menyatakan bahwa teori kuantitas tidak valid karena teori tersebut
mengasumsikan ekonomi dalam kondisi full employment (kapasitas ekonomi penuh).
Dalam kondisi kapasitas ekonomi yang belum penuh, maka ekspansi (pertambahan)
uang beredar justru akan menambah output (meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja) dan tidak akan meningkatkan harga.
Dalam perkembangannya perbedaan pendapat antara ekonom aliran

monetaris, aliran Keynesian, dan yang lain semakin kecil, atau terjadi

konvergensi antara berbagai aliran tersebut. Mishkin (1984, 2001)

menyatakan bahwa sepanjang inflasi dilihat sebagai sustained inflation atau

inflasi yang terus menerus dan berjangka panjang, maka baik ekonom aliran

monetaris maupun ekonom aliran Keynesian sependapat bahwa inflasi adalah suatu
gejala moneter
Untuk membuktikan bahwa inflasi adalah suatu gejala moneter, berbagai kajian
yang dipelopori oleh Friedman (1963) dan dilanjutkan oleh berbagai kajian
selanjutnya, telah dapat menguji bahwa dalam jangka panjang memang terdapat
keterkaitan yang erat antara inflasi dan jumlah uang yang beredar. Dalam
pengertian umum dapat dikatakan bahwa inflasi terutama timbul karena jumlah
uang yang beredar dalam suatu perekonomian melebihi jumlah uang beredar yang
diminta atau diperlukan oleh perekonomian bersangkutan.
3. Teori Srukturalis

Teori ini lebih didasarkan pada pengalaman negara-negara di Amerika Latin.


Pendekatan ini menyatakan bahwa inflasi, terutama di negara berkembang,
terutama lebih disebabkan oleh faktor-faktor struktural dalam perekonomian.
Menurut teori ini ada dua masalah struktural di dalam perekonomian negara
berkembang yang dapat mengakibatkan inflasi. Pertama, penerimaan ekspor tidak
elastis, yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lebih lambat dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor lainnya. Kedua, masalah struktural perekonomian negara
berkembang lainnya adalah produksi bahan makanan dalam negeri yang tidak elastis,
yaitu pertumbuhan produksi makanan dalam negeri tidak secepat pertambahan
penduduk dan pendapatan per kapita sehingga harga makanan dalam negeri cenderung
meningkat lebih tinggi daripada kenaikan harga barang-barang lainnya.
Ada yang tanya tak????
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai