Anda di halaman 1dari 50

Akuntansi Organisasi Nirlaba

Bahan Pelatihan Pengelolaan Keuangan Sesuai PSAK 45


(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45)
BADAN PELAKSANA KLASIS GEREJA-GEREJA KRISTEN JAWA
KLASIS PURWOREJO
di Kantor Klasis Purworejo, 22 Agustus 2018
Definisi Akuntansi
1. “Seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu
dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya
bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil - hasilnya.”
o Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)

2. “Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan manyampaikan informasi


ekonomi sebagai data dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif
dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.”
o Menurut buku A Statement of Basic Accounting Theory (ASO-BAT)

3. “Akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah memberikan


informasi kuantitatif umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu
badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi, sebagai dasar memilih diantara beberapa alternatif.”
o Menurut Accounting Principle Board (APB)
Definisi Akuntansi
Dari definisinya dapat diambil kesimpulan :
 Akuntansi merupakan tool of management, ia membantu fungsi-fungsi
manajemen.
 Dalam fungsi perencanaan, informasi akuntansi sangat berguna
terutama sebagai penyedia data historis yang menjadi dasar
penyusunan anggaran atau perencanaan.
 Dalam fungsi pengawasan tugas akuntansi sangat strategis sebagai alat
pembanding dengan perencanaan untuk mengetahui penyimpangan
yang terjadi, dengan demikian manajemen dapat melakukan usaha-
usaha koreksi dan perbaikan lebih awal.
Sifat-sifat akuntansi
a. Laporan bersifat Historis
Mencatat informasi yang sudah terjadi, dan bukan transaksi yang akan terjadi.
b. Classification (Klasifikasi)
Informasi melalui laporan keuangan diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan
manajemen, dan pemakai lainnya.
c. Summarization (Ringkasan)
Transaksi dan kejadian-kejadian yang sama dikelompokkan dan diikhtisarkan
menurut metode tertentu sesuai pola yang sudah mapan dalam akuntansi.
d. Measurement Basis (Dasar Pengukuran)
Memiliki Dasar pengukuran secara umum.
e. Verifiability (Bisa Dibuktikan)
Informasi laporan keuangan harus bisa dibuktikan melalui bukti - bukti yang syah.
f. Conservatism (Kehati-hatian)
Bersikap hati-hati dalam menghadapi kejadian-kejadian yang tidak pasti (uncertainty).
Pentingnya Akuntansi dalam Organisasi

 Organisasi apapun yang mengelola uang dalam kegiatannya selalu saja


harus membuat keputusan yang dipengaruhi oleh kondisi keuangannya,
dan juga akan mempengaruhi kondisi keuangan organisasi.

 Karena itu para pengambil keputusan dan pihak yang berkepentingan


memerlukan informasi tentang kinerja dan kondisi organisasi.
 Maka tentu diperlukan kegiatan di bidang keuangan yang bertugas
mengolah data keuangan sehingga bisa menghasilkan informasi yang
memadai bagi para pengambil keputusan dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
Organisasi nirlaba
 Organisasi nirlaba atau organisasi non profit (menurut wikipedia Indonesia)
adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu
isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan
yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter).
 meliputi :
 Gereja,  Bantuan sosial dalam perundang-undangan,
 Sekolah negeri,  Serikat buruh,
 Derma publik,  Asosiasi profesional,
 Rumah sakit dan Klinik publik,  Institut riset,
 Organisasi politis,  Museum, dan
 Organisasi jasa sukarelawan,  beberapa para petugas pemerintah.
Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba
 Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’
organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur.
 Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
organisasinya.
 Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber
pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki
sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya.
 Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas
siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang
Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak
mudah dilakukan karena harus melalui kebijakan dengan karakteristik
tersendiri.
Karakteristik Organisasi Nirlaba
1. Sumber daya organisasi berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah
sumber daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika suatu
organisasi menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada
para pendiri atau pemilik organisasi tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya
organisasi pada saat likuidasi atau pembubaran organisasi.
4. Timbul transaksi tertentu yang jarang atau tidak pernah terjadi dalam entitas
bisnis, seperti:
 Penerimaan sumbangan
 Pembatasan penggunaan dan/atau waktu sumbangan
 Penggunaan akun asset neto (sebagai pengganti ekuitas)
Pajak bagi organisasi nirlaba
 Sebagai entitas atau lembaga, maka organisasi nirlaba merupakan subjek pajak.
Artinya, seluruh kewajiban subjek pajak harus dilakukan tanpa terkecuali.
 Akan tetapi, tidak semua penghasilan yang diperoleh merupakan objek pajak.
 Pemerintah Indonesia memperhatikan bahwa badan sosial bukan bergerak untuk
mencari laba, sehingga pendapatannya diklasifikasikan atas pendapatan yang objek
pajak dan bukan objek pajak.
 Namun di banyak negara, organisasi nirlaba boleh melamar status sebagai bebas
pajak, sehingga dengan demikian mereka akan terbebas dari pajak penghasilan
dan jenis pajak lainnya.
 Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) didalam Bab I pasal 1, mengatur
hal – hal sebagai berikut :
Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2009 (Bab I pasal 1)

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

2. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi :
 Perseroan Terbatas,  Dana Pensiun,
 Perseroan Komanditer,  Persekutuan Usaha,
 Perseroan Lainnya,  Perkumpulan Komersial,
 Badan Usaha Milik Negara atau Daerah  Yayasan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun,  Organisasi Massa,
 Firma,  Organisasi Sosial Politik, atau organisasi yang sejenis,
 Kongsi,  Lembaga, bentuk usaha tetap, dan
 Koperasi, bentuk badan lainnya.
Tax exemption (pengecualian/pembebasan pajak)

 Adalah pemberian fasilitas perpajakan berupa pengecualian pajak atas


penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak.

 Negara Republik Indonesia tidak memberikan pengecualian kepada organisasi


nirlaba maupun para pegiat / pekerjanya sebagai wajib pajak. Pemerintah
hanya memberikan fasilitas pengecualian sebagai objek pajak pada
penghasilan yang didapat oleh organisasi nirlaba dalam bentuk : hibah,
sumbangan, maupun warisan.
 Kebijakan pemberian insentif pengecualian pajak (tax exemption) bagi
penghasilan organisasi yang berasal dari bantuan dan sumbangan ini diatur
dalam Undang-undang tersendiri.
Tax exemption (pengecualian/pembebasan pajak)
 Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan dalam Pasal 4 ayat 3 huruf a.1 menyatakan bahwa
yang tidak termasuk objek pajak adalah :
“Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.”
 Bila dikaitkan pengembangan sektor nirlaba, kebijakan pengecualian pajak
(tax exemption) mengisyaratkan bahwa pemerintah hanya membatasi
pemberian fasilitas pengecualian sebagai objek pajak pada hibah atau
sumbangan yang diterima oleh organisasi nirlaba.
 Sementara penghasilan lainnya berupa penghasilan pasif (seperti, deviden, bunga,
sewa, royalti, dll.) dan penghasilan yang didapat dari kegiatan usaha yang
dijalankan oleh organisasi nirlaba tetap dikenakan pajak. Pengenaan pajak
terhadap berbagai penghasilan organisasi nirlaba sebagai wajib pajak itu diatur
dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 pasal 4 ayat 1 dan 2.
Sekilas info :
 Perkembangan organisasi nirlaba di Amerika Serikat telah sangat jauh lebih maju dibanding Indonesia, terutama
dalam bidang keagamaan. Amendemen Pertama Amerika Serikat menjamin kebebasan beragama bagi
masyarakatnya. Bagaimanapun, organisasi nirlaba relijius seperti gereja, tunduk kepada sistem pelaporan
pemerintah pusat dibanding dengan banyak organisasi lain. Dalam hal perpajakan, organisasi nirlaba relijius di
Amerika Serikat juga dikecualikan dari beberapa pemeriksaan ataupun peraturan, yang membedakannya dengan
organisasi non relijius.
Akuntansi Keuangan
 Cabang akuntansi yang fokusnya pada penyediaan informasi keuangan
kepada pihak eksternal.
 Dalam prakteknya mengikuti konsep-konsep dan aturan-aturan yang
disebut prinsip-prinsip akuntansi berterima umum (PABU) atau
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), yaitu :
o Obyektif
o Dapat diuji/diverifikasi
o Konsisten
o Metode akuntansinya sama dari tahun ke tahun
o Materialitas (dianggap penting) dan informatif
o Pengungkapan yang Memadai (Full Disclosure)
 Standar Akuntansi Keuangan adalah salah satu unsur PABU/GAAP.
 Standar Akuntansi Keuangan untuk organisasi nirlaba (termasuk Sinode
Gereja) mengacu PSAK 45 (Pernyataan Standar Akuntansi Organisasi
Nirlaba).
PRINSIP-PRINSIP Akuntansi Keuangan

1. PRINSIP Pengakuan Penerimaan Pendapatan (Revenue Recognition)


- Penerimaan pendapatan diakui dan dicatat pada saat realisasi terjadinya.

2. PRINSIP Harga Perolehan (Cost Principle)


- Setiap transaksi dicatat berdasarkan harga perolehan hingga aset siap dipakai

3. PRINSIP Penandingan (Matching Principle)


- Biaya yang dikeluarkaan untuk mendapatkan penerimaan pada periode tertentu

4. PRINSIP Obyektivitas (Objectivity Principle)


- Dalam pelaporannya bersifat Netral yaitu bebas dari keberpihakan

5. PRINSIP Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)


- Menyajikan informasi yang lengkap dalam Laporan Keuangannya

6. PRINSIP Konsistensi (Consistency Principle)


- Agar Laporan Keuangan dapat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
- maka metode dan prosedur akuntansinya diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun.
ASUMSI-ASUMSI Akuntansi Keuangan

1. ASUMSI Keberlanjutan (Going Concern Assumption)


ꟷ Dalam menyusun laporan akuntansi harus menganggap bahwa organisasi (entity) akan terus
beroperasi di masa-masa akan datang, tidak ada asumsi bubar. Namun untuk organisasi nirlaba
lebih terkait dengan kuatnya manajemen menggalang dana dan mengatur dana program untuk
menjaga kelangsungan usaha, agar tidak “Habis Donasi maka Organisasi Gulung Tikar.”
2. ASUMSI Unit Moneter/Satuan Uang (Monetary Unit Assumption)
ꟷ Transaski organisasi dilaporkan dalam ukuran moneter / dalam bentuk satuan uang.
3. ASUMSI Entitas Akuntansi (Accounting Entity Assumption)
ꟷ Yang menjadi fokus perhatian akuntansi adalah entity (organisasi) tertentu yang harus jelas terpisah
dari entity (organisasi) yang lain.
4. ASUMSI Periode Waktu (Time Periode Assumption)
ꟷ Laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu atau suatu periode tertentu.
5. ASUMSI Tujuan Utama (General Purpose)
ꟷ Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi ditujukan buat pemakai
secara umum, bukan pemakai khusus.
6. ASUMSI Keterkaitan Antar Laporan (Interrelated Statement)
ꟷ Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas mempunyai hubungan yang
sangat erat dan berkaitan satu sama lain.
Akuntansi di Organisasi Nirlaba
A. Basis Pencatatan Akuntansi
1. BASIS KAS (Cash Basis)
 Dalam akuntansi basis kas, pencatatan transaksi dilakukan apabila ada aliran uang
yang diterima atau dikeluarkan. Pencatatan penerimaan pada kas atau bank apabila
ada aliran uang ke dalam kas atau bank yang diperlakukan sebagai pendapatan dan
pengeluaran kas atau bank apabila ada aliran uang ke luar dari kas atau bank
diperlakukan sebagai beban atau biaya.
 Kelemahan akuntansi berbasis kas kurang menggambarkan kejadian ekonomis
laporan keuangan.
 Akuntansi basis kas banyak diterapkan oleh organisasi nirlaba karena alasan
kepraktisan, tanpa mengetahui lebih dalam pengaruh atas penggunaan basis kas.
 Pada basis kas banyak sekali kejadian transaksi yang terjadi tetapi belum dikeluarkan
/ diterima uangnya yang tidak dicatat dan rawan terhadap kesalahan.
2. BASIS AKRUAL (Acrual Basis)
 Akuntansi basis akrual, pencatatan suatu transaksi tanpa memperhatikan
apakah terdapat aliran uang masuk atau keluar pada saat kejadian transaksi,
pengaruh dari suatu kejadian transaksi langsung diamati pada saat
terjadinya.
 Contohnya Pengiriman invoice atau tagihan akan dicatat pengakuan
pendapatan dan pembelian barang secara kredit akan dicatat pengakuan
biayanya.
 Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), organisasi
diasumsikan akan hidup terus (going concern) untuk jangka waktu yang
panjang, sehingga pencatatan yang dilakukan harus menggunakan basis
akrual.
 Perubahan kebiasaan pencatatan dari basis kas ke basis akrual murni bisa
disiasati dengan cara mencatat transaksi rutin dengan basis kas, dan
kemudian lakukan penyesuaian catatan dengan basis akrual pada saat akan
menerbitkan informasi keuangan.
B. Persamaan Dasar Akuntansi Organisasi Nirlaba
 Dalam akuntansi, sistem pencatatan dan pengklasifikasian transaksi disebut
sistem pembukuan berganda (double entry accounting system).
 Dinamakan berganda sebab setiap transaksi dianalisis lalu dicatat pada dua sisi
yaitu sisi sebelah kiri (debit) dan sisi sebelah kanan (kredit).
 Model pencatatan ini dikenal dengan istilah persamaan akuntansi.
 Untuk mengklasifikasikan pos atau transaksi digunakan suatu bagan yang berisi
rekening atau perkiraan atau disebut daftar nomor kode akun (Chart of Account).
 Merujuk pada standar pelaporan keuangan organisasi nirlaba yaitu PSAK no. 45
perkiraan-perkiraan diklasifikasikan menjadi perkiraan :
 Laporan Posisi Keuangan
Terdiri dari : - Aktiva
- Kewajiban
- Aktiva Bersih
 Laporan Aktivitas
Terdiri dari : - Penerimaan / Pendapatan
- Pengeluaran / Biaya atau Beban
 Komponen laporan keuangan organisasi nirlaba menurut PSAK no. 45 ada 5
(lima) macam yaitu :
1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca),
2) Laporan Aktivitas (Laporan Penerimaan & Pengeluaran),
3) Laporan Perubahan Aktiva/Aset Bersih,
4) Laporan Arus Kas, dan
5) Catatan atas Laporan Keuangan.

 Model persamaan akuntansi secara mudah dipahami seperti berikut : kedua


sisi kiri dan kanan, dari persamaan akuntansi jumlahnya harus selalu sama.
NAMA AKUN
Sisi kiri Sisi Kanan
DEBIT KREDIT

 Hal tersebut karena hak atas seluruh aktiva ada pada kreditur dan juga Donatur.
 Kita perlu menggaris bawahi bahwa pengaruh suatu transaksi terhadap sisi kiri
dan kanan harus seimbang, demikian juga hasil akhir/saldonya harus seimbang.
• ASET = LIABILITAS + ASET NETO
(AKTIVA = KEWAJIBAN + AKTIVA BERSIH)

• ASET: SISI KIRI (DEBIT) artinya BERTAMBAH DICATAT DI SISI DEBIT,


BERKURANG DICATAT DI SISI KREDIT
• LIABILITAS & ASET NETO: SISI KANAN (KREDIT) artinya BERTAMBAH
DICATAT DI SISI KREDIT, BERKURANG DICATAT DI SISI DEBIT
• PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN => MENAMBAH ASET BERSIH=>
BERTAMBAH DICATAT DI SISI KREDIT, BERKURANG DICATAT DI SISI
DEBIT
• BEBAN DAN KERUGIAN: => MENGURANGI ASET BERSIH =>
BERTAMBAH DICATAT DI SISI DEBIT, BERKURANG DICATAT DI SISI
KREDIT
C. Chart of Account (CoA)
 CoA adalah alat bantu akuntansi berupa kode yang unik yang dilambangkan
dengan deret karakter (digit) bisa angka atau huruf, yang digunakan untuk
mempermudah akunting dalam mengolah (mengklasifikasikan, mengelompokkan,
mengikhtisarkan, dan menjumlahkan) dokumen.
 Prinsip CoA
1) Yang lazim terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu sederet angka dan nama yang
mengiterpretasikan suatu transaksi.
2) Didesain menggunakan klasifikasi yang seragam untuk menginterpretasikan
transaksi keuangan
3) Walaupun setiap organisasi memiliki CoA yang unik sesuai dengan sifat operasi,
struktur organisasi, dan aliran kegiatan organisasi, namun ada yang harus
diseragamkan yaitu untuk kebutuhan pelaporan dan identifikasi keunikan
organisasi tersebut.
4) Memungkinkan adanya perluasan akun tanpa harus mengadakan perubahan
struktur kode.
5) Mudah diingat
6) Mudah bagi pengguna
 Komponen yang di-kode-kan dalam Chart of Account (COA)
1) Klasifikasi Pelaporan menurut PSAK45 :
 Aktiva (Lancar dan Tidak Lancar),
 Kewajiban (Lancar dan Jangka Panjang),
 Aktiva Bersih, Penerimaan (Pendapatan, Penghasilan, AB Berakhir
Batasannya) dan
 Pengeluaran (Administrasi & Umum, Program, Pencarian Dana)
 Sifat Sumber Dana : Tidak Terikat, Terikat Sementara, dan Terikat
Permanen
 Golongan Transaksi masing-masing Aktiva, Kewajiban, Aktiva Bersih,
Penerimaan dan Pengeluaran
 Jenis Transaksi masing-masing Golongan Transaksi
 Rincian Transaksi
2) Klasifikasi Tambahan :
 Klasifikasi Nama Donatur atau Sumber Dana,
 Klasifikasi Kegiatan atau Program,
 Klasifikasi Bidang dalam Organisasi dan/atau Wilayah Operasi
Dalam Struktur Sistem Akuntansi ini kelompok type akun tersebut dibedakan
dengan nomor sebagai berikut :
AKTIVA - 1
HUTANG - 2
ASET NETO / MODAL - 3
PENERIMAAN / PENDAPATAN - 4
PENGELUARAN / BIAYA - 5
Contoh Pembuatan Akun:
STRUKTUR NOMOR AKUN ADALAH : 0-0-00-00-00 - Nomor
AKTIVA - 1-0-00-00-00
a. Aktiva Lancar - 1-1-00-00-00
1) Kas - 1-1-01-00-00
i. Kas Rutin - 1-1-01-01-00
ii. Kas Transitis - 1-1-01-02-00
2) Bank - 1-1-02-00-00
i. Giro BRI - 1-1-02-01-00
ii. Tabungan Mandiri - 1-1-02-02-00
D. Tahapan Proses Akuntansi
PENCATATAN DALAM SIKLUS AKUNTANSI
• JURNAL: BOOK OF ORIGINAL ENTRY => MENCATAT TRANSAKSI SECARA
KRONOLOGIS
• BUKU BESAR (LEDGER) => MENCATAT TRANSAKSI BERDASAR KATEGORI

AYAT JURNAL
DATA YANG DIBUTUHKAN:
 TANGGAL
 AKUN DAN JUMLAH YANG DIDEBIT
 AKUN DAN JUMLAH YANG DIKREDIT
 KETERANGAN TAMBAHAN (JIKA PERLU)
POSTING
• PROSES MENTRANSFER JUMLAH DI JURNAL KE BUKU BESAR
• TENTUKAN BUKU BESAR UNTUK AKUN DEBIT DAN KREDIT
• MASUKKAN TANGGAL, HALAMAN JURNAL, DAN JUMLAH DEBIT/ KREDIT
• MASUKKAN NOMOR BUKU BESAR DI JURNAL
• TIDAK PERLU DILAKUKAN JIKA DILAKUKAN DENGAN APLIKASI KOMPUTER
Penjelasan tahapan proses akuntansi :
1. Dokumen Transaksi
 Adalah bukti-bukti atas kejadian atau transaksi yang dilakukan oleh lembaga
baik kepada pihak intern ataupun dengan pihak luar.
⁃ Contoh : Bukti penerimaan, bukti pembayaran, invoice, faktur pajak, daftar aktiva tetap,
daftar Biaya Hidup Tenaga, dan bukti transaksi lainnya.
2. Input Jurnal
 Adalah cara pencatatan transaksi (tanggal dan jumlah nominal) yang dilakukan
oleh lembaga, dalam akuntansi menggunakan Sistem Pencatatan dua kali
yaitu pencatatan pada dua posisi debet dan kredit, dimana pencatatan pada
suatu akun akan berpengaruh terhadap akun yang lain.
3. Proses Pengelompokan (Posting)
 Adalah suatu proses akuntansi terhadap jurnal yang dicatat menggunakan
double entry system akan dikelompokkan ke dalam masing-masing akun
yang berupa Buku Besar.
4. Buku Besar
 Sering juga disebut perkiraan, akun atau pos. Buku ini adalah media untuk
menampung transaksi yang telah diklasifikasikan menggunakan jurnal
dengan proses penggolongan.
5. Proses Pengikhtisaran :
 Proses peringkasan hasil dari pengelompokan yang berupa Buku Besar
masingmasing akun kemudian diikhtisarkan nilai saldo setiap Buku Besar ke
dalam Neraca Percobaan.
6. Neraca Saldo
 Adalah media yang berisi ringkasan seluruh akun-akun yang dimiliki lembaga
dengan nilai saldo akhirnya. Nilai saldo ini berasal dari buku besar. Untuk
menguji apakah Jurnal dan Posting yang dilakukan sudah benar.
7. Laporan Keuangan
 Adalah hasil akhir dari tahapan atau siklus akuntansi, dimana akuntansi
menyajikan laporan keuangan bersifat umum untuk semua pemakai.
⁃ Standar pelaporan untuk organisasi nirlaba telah diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45.
Jenis Laporan Akuntansi Organisasi Nirlaba
Setelah transaksi dicatat secara harian, digolongkan dan diikhtisarkan pada waktu-
waktu tertentu (bulanan), sistem akuntansi harus menghasilkan informasi
akuntansi yang akan didistribusikan kepada para pihak yang berkepentingan.
Informasi akuntansi disebut juga laporan keuangan.

1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


a) Klasifikasi Aktiva dan Kewajiban dengan memberikan Informasi likuiditas
dengan cara sebagai berikut :
i. Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas, dan kewajiban
berdasarkan tanggal jatuh tempo,
ii. Mengelompokkan aktiva ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke
dalam jangka pendek dan jangka panjang, dan
iii. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh
temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva, pada
catatan atas laporan keuangan.
b) Laporan posisi keuangan manyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva
bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu :
i. Aktiva Bersih Tidak Terikat, sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.
ii. Aktiva Bersih Terikat Sementara (Temporer), pembatasan
penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan agar
sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau
sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
iii. Aktiva Bersih Terikat Permanen, adanya pembatasan sumber daya
secara permanent dari penyumbang dalam pemanfaatan atau penggunaan
oleh organisasi, tetapi organisasi diizinkan untuk menggunakan sebagian
atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari
sumber daya tersebut.
Keterangan :
Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas
laporan keuangan.
Contoh Laporan Posisi Keuangan Laporan Posisi Keuangan
GKJ “XYZ”
Per Tanggal : 31 Desember 20X1
AKTIVA Rupiah
Aktiva Lancar
Kas XXX
Bank XXX
Deposito XXX
Piutang XXX
Uang muka XXX
Biaya dibayar di muka XXX
Total Aktiva Lancar XXXX
Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tetap – harga perolehan XXX
Aktiva tetap – akumulasi penyusutan XXX
Aktiva tidak lancar lainnya XXX
Total Aktiva Tidak Lancar XXXX
TOTAL AKTIVA XXXXX
KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH Rupiah
KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar XXX
Hutang karyawan XXX
Biaya yang masih harus dibayar XXX
Penghasilan diterima di muka XXX
Hutang lainnya XXX
Total Kewajiban Lancar XXXX
Kewajiban Jangka Panjang
Hutang Pihak III XXX
Hutang jangka panjang lainnya XXX
Total Kewajiban Jk. Panjang XXXX
AKTIVA BERSIH
Aktiva Bersih Tidak Terikat XXX
Aktiva Bersih Terikat Sementara XXX
Aktiva Bersih Terikat Permanen XXX
Total Aktiva Bersih XXXX
TOTAL KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH XXXXX
2. Laporan Aktivitas (Laporan Penerimaan Pendapatan & Pengeluaran Biaya)
Tujuan Laporan :
a) Menyediakan informasi mengenai :
 Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat
aset neto;
 Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; dan bagaimana penggunaan
sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
b) Menyediakan informasi untuk menilai :
 Kinerja entitas dalam suatu periode
 Upaya, kemampuan, dan kesinambungan entitas dalam memberikan jasa
 Pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja manajemen
Elemen – elemen :
 PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN = PENAMBAH ASET NETO
 BEBAN DAN KERUGIAN = PENGURANG ASET NETO
Laporan aktivitas menyajikan :
 Jumlah perubahan aset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak
terikat dalam suatu periode.
 Penerimaan Pendapatan dan Pengeluaran beban (biaya) secara bruto.
 atau Keuntungan dan kerugian secara neto.

Klasifikasi beban :
 Menurut fungsinya: (diwajibkan)
ꟷ Jasa utama
ꟷ Aktivitas pendukung
 Menurut sifatnya: (dianjurkan)
ꟷ Gaji / Biaya Hidup Tenaga
ꟷ Pembayaran Sewa
ꟷ Listrik
ꟷ dsb.
Laporan Aktivitas
Contoh Laporan Aktivitas
GKJ “XYZ”
Per Tanggal : 31 Desember 20X1
PENERIMAAN / PENDAPATAN
a. Persembahan Tidak Terikat
1) Persembahan Minggu
a) Kantong 1
b) Kantong 2
2) Persembahan Bulanan
3) Persembahan Mirunggan
a) Perjamuan Kudus
b) Baptis/Sidhi
c) Pernikahan
d) Perpuluhan
e) Syukur
4) Persembahan Hari Raya
a) Paskah
b) Pentakosta
c) Natal
d) Akhir tahun
e) Awal tahun
f) Undhuh-undhuh
g) Ulang tahun gereja
5) Persembahan Khusus
a) MPAN
b) MPP
c) MPHB
6) Persembahan Pep / Wilayah
b. Persembahan Terikat
1) Persembahan Pembangunan
2) Persembahan Kepedulian
a) Bencana Alam
b) Kepedulian lainnya
3) Persembahan Tertuju
a) Anak Asuh
b) Lainnya
c. Donasi/Hibah

1) Pemerintah
2) Lembaga Swasta
3) Perorangan
d. Penerimaan Lainnya
1) Bunga Bank
2) Bunga Deposito
3) Penerimaan Lainnya
TOTAL PENERIMAAN / PENDAPATAN
PENGELUARAN / BIAYA
a. Administrasi dan Umum
1) Biaya Personalia
a) BHT Vicaris
b) BHT Pendeta
c) Gaji Karyawan
d) Tambahan Uang Pensiun
e) Biaya Pengobatan
f) Tunjangan Hari Raya
g) Tunjangan Pakaian
h) Tunjangan Cuti
2) Sekretariat
a) Alat Tulis Kantor
b) Foto Copy / Cetakan
c) Porto dan Meterai
d) Perbaikan Alat-alat Kantor
e) Warta Jemaat / Gereja
3) Kerumahtanggaan
a) Langganan Listrik
b) Langganan Air
c) Langganan Telepon / Internet
d) Literatur
e) Operasional Kendaraan
f) Pemeliharaan Gedung dan
Kantor
g) Minum Karyawan dan Tamu
4) Sesanggen/IDKK
a) Sesanggen ke Klasis / Sinode
b) Sesanggen Lembaga Lainnya
5) Biaya Administrasi dan Pajak bunga
6) Biaya Penyusutan Aktiva
b. Biaya Program dan Kegiatan Rutin
1) Kegiatan Ibadah
a) Ibadah Minggu
b) Ibadah Khusus
2) Rapat-rapat
a) Rapat Majelis
b) Rapat Komisi
c) Rapat Panita/Pokja/Tim
3) Perjanan Dinas
4) Bantuan Lumpsum Kegiatan Komisi
a) Komisi dibawah Bid Keesaan
b) Komisi dibawah Bid PWG
c) Komisi dibawah Bid Kespel
d) Komisi dibawah Penatalayanan
c. Program Kegiatan Non Rutin
1) Pembangunan
2) Pemanggilan Pendeta
3) Emeritasi Pendeta
4) Pelatihan/Pembinaan
5) Kepedulian/Kegiatan Sosial
d. Penyaluran Persembahan Tertuju
1) Persembahan anak Asuh
2) Tertuju lainnya
TOTAL PENGELUARAN / BIAYA
AKTIVA BERSIH
Contoh Perubahan Aktiva Bersih

Keterangan Tidak Terikat Terikat


Terikat Sementara Permanen
Aktiva Bersih Awal Tahun
Aktiva Bersih Berjalan
Penyesuaian Aktiva Bersih
Total Aktiva Bersih
3. Laporan Arus Kas
Tujuan Laporan : Menyajikan informasi mengenai perubahan saldo dana Kas
dan Setara Kas pada suatu periode aktivitas sesuai dengan tanggal Laporan
Posisi Keuangan.
ELEMEN-ELEMEN :
a) Arus kas dari Aktivitas Operasi
b) Arus kas dari Aktivitas Investasi
c) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
 Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk
jangka panjang.
 Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk memperoleh, pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment),
 Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
d) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non
kas, yaitu : sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.
Penerimaan dan Pemasukan Uang Kas
 Penerimaan (revenue) organisasi nirlaba bisa berasal dari berbagai sumber, berbeda
dengan organisasi bisnis dimana penerimaan berasal dari usaha organisasi dengan
terlebih dahulu menghasilkan suatu jasa atau barang kepada para konsumen.
 Penerimaan Organisasi nirlaba terdapat batasan-batasan penggunaanya sesuai
dengan batasan dari sumber dana untuk digunakan pada aktivitas tertentu dalam
Organisasi nirlaba penerima.
 Penerimaan organisasi nirlaba menurut PSAK no.45 dibagi menjadi 2 (dua) golongan
besar yaitu Sumbangan dan non Sumbangan.
 Penerimaan yang berupa sumbangan/hibah/donasi yaitu berbagai jenis
penerimaan organisasi dimana organisasi tidak perlu menghasilkan jasa atau
barang kepada pemberi namun berupa program-program yang telah
direncanakan oleh organisasi.
 Penerimaan yang tergolong non sumbangan organisasi nirlaba yaitu berbagai
macam penerimaan dan berasal dari sumber manapun dimana organisasi
melakukan suatu kegiatan jasa atau memproduksi suatu barang kepada pemberi
untuk memperolehnya.
Berbagai macam sumber penerimaan tergolong sumbangan :
a. Pemerintah (bantuan sosial, bantuan dana program, dan lain-lain);
b. Organisasi bisnis (program Coorporate Social Responsibility);
c. Donor lokal atau organisasi nirlaba lokal penyalur sumbangan;
d. Donor internasional;
e. Masyarakat (dompet peduli, donasi tetap, dan lain-lain)

Berbagai macam sumber penerimaan tergolong non sumbangan :


a. Hasil usaha komersial di bawah Yayasan (dividen dari penyertaan modal,
SHU koperasi yang didirikan oleh yayasan);
b. Hasil Investasi (bunga bank, bunga deposito, penjualan aktiva tetap yayasan,
dan lain-lain);
c. Kegiatan fundrising (hasil dari penyelenggaraan pameran, penjualan buku,
penyewaan aktiva tetap, kegiatan fasilitasi diluar program, dan lain-lain);
Perbedaan yang siknifikan berdasar batasan dari sumber penerimaan,
menurut PSAK no.45 dibagi dalam 3 (tiga) golongan batasan :
1. Penerimaan Tidak Terikat, merupakan jenis penerimaan organisasi nirlaba dimana
tidak terdapat batasan peruntukan atau penggunaan dana tersebut dari pemberi,
dengan demikian peruntukan atau penggunaan dana tersebut oleh pemberi diberikan
kebebasan kepada manajemen organisasi untuk kegiatan yang telah direncanakan
sesuai kebijakan manajemen organisasi.
2. Penerimaan Terikat Sementara, merupakan Sumber dana yang diterima dari
pemberi / penyumbang dengan adanya syarat syarat untuk penggunaan dana
tersebut berupa batasan waktu dan/atau untuk pembiayaan suatu program kegiatan
tertentu saja yang telah direncanakan organisasi, biasanya berdasar kesepakatan
(MoU) yang ditandatangi kedua belah pihak.
3. Penerimaan Terikat Permanen, merupakan Sumber dana/sumber daya yang
masuk ke dalam organisasi dari pemberi/penyumbang dimana terdapat batasan yang
mutlak atas sumber dana/sumber daya tersebut bahwa nilainya tidak boleh
berkurang, dan biasanya yang boleh dipergunakan hanyalah nilai lebih atau hasil dari
penggunaan sumber dana/sumber daya tersebut.
Catatan :
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

 INFORMASI DARI LAPORAN AKTIVITAS DIPAKAI UNTUK MENYUSUN LAPORAN


PERUBAHAN ASET NETO

 INFORMASI DARI LAPORAN PERUBAHAN ASET NETO DIPAKAI UNTUK MENYUSUN


LAPORAN POSISI KEUANGAN

 LAPORAN ARUS KAS : REKONSILIASI LAPORAN AKTIVITAS DENGAN ARUS KAS


Contoh Jurnal Transaksi :
1. Pada Januari 2016 sebuah jemaat mandiri terbentuk. Untuk urusan keuangan, jemaat memperoleh
persembahan dari banyak pihak sebanyak Rp 500 juta. Persembahan ini didapatkan dari acara malam
persembahan untuk pembangunan gereja. Selain itu, jemaat juga memperoleh persembahan sebesar
Rp 100 juta yang peruntukkannya diserahkan ke pihak jemaat.

5 Jan 16 Kas 600


Aset Neto Terikat Sementara 500
Aset Neto Tak Terikat 100

2. Jemaat membeli sebidang tanah dan sebuah bangunan di atasnya sebagai gedung gereja awal sebesar
Rp 100 juta (untuk tanah) dan Rp 250 juta (untuk gedung).
10 Jan 16 Tanah 100
Gedung 250
Kas 350
3. Selama Bulan Januari, jemaat mendapatkan sumbangan berupa dana abadi sebesar Rp 250 juta dan
persembahan rutin sebesar Rp 50 juta.

12 Jan 16 Kas 300


Aset Bersih Terikat Permanen 250
Aset Bersih Tak Terikat 50
4. Jemaat membayar pengeluaran sebagai berikut: perlengkapan gereja dan kantor Rp 10 juta; kendaraan
(bensin dsb) Rp 5 juta.
15 Jan 16 Beban Perlengkapan 10
Beban Kendaraaan 5
Kas 15

5. Masih ada pengeluaran yang belum dibayar sebagai berikut : Biaya Hidup Tenaga Rp 5 juta, Biaya listrik,
air, dan kebersihan Rp 2,5 juta.
20 Jan 16 BHT 5
Listrik, Air dan Kebersihan 2,5
Beban Belum Terbayar 7,5
20 Jan 16 Beban Belum Terbayar 7,5
Kas 7,5
Matur nuwun
senanto@gkj.or.id
Telp. WA 085 9779 32322

Anda mungkin juga menyukai