Anda di halaman 1dari 2

KASUS BUDAYA BATAK

Arti penting “ DALIHAN NA TOLU “ dalam hukum adat batak


konteks perkawinan adalah pencegahan terjadinya perkawinan antar pria
dan wanita yang satu keturunan/ satu marga Sifat perkawinan
masyarakat batak adalah eksogami artinya harus menikah atau mendapat
jodoh diluar marganya.
Pada suatu hari ucok nainggolan menjalin hubungan dengan butet
nainggolan , keduanya sudah sangat serius menjalin hubungan hingga
memutuskan untuk menuju ke jenjang yang lebih serius yaitu
pernikahan , namun mereka terhalang oleh marga mereka yang sama
sehingga orang tua mereka pun tidak menyetujui pernikahan keduanya .
Pernikahan satu marga ini sangat dilarang keras, mengapa
demikian? Sebab satu marga dianggap sebagai satu keturunan, satu
nenek moyang dan bahkan satu perut ( sabutuha ) . namun jika
perkawinan ini sudah mendesak dan harus dilakukan , maka perkawinan
tersebut sumbang.
Hukuman juga siap menanti bagi pasangan yang
melakukan perkawinan semarga . keduanya bisa diusir dari
kampung, dikucilkan warga, dibuang dari marganya, atau
dimandikan di depan orang ramai.
Larangan ini dilatar belakangi ketakutan orang batak akan
marahnya roh-roh leluhur mereka.menurut budayawan ,
pernikahan semarga boleh dilakukan jika kedua calon
pertaliannya darahnya sudah lebih dari 7 generasi . nah , jika
syarat minimal 7 generasi terpenuhi maka harus digelar upacara
manompas bong-bong atau tompas bong-bong sebagai syarat
lainnya. Lalu marga harus dipecah menjadi mrga baru , sesuai
dengan jumlah moyang yang bersaudara yang akan dipakai
sebagai nama marga . upacara ini memakan banyak biaya,
karena bisa digelar 7 hari 7 malam atau 40 hari 40 malam
sesuatu keputusan tetua adat. Kalau pengusul acara manompas
bombong tidak mampu , maka usulannya akan ditolak dan dia
menerima hukuman adat yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai