Anda di halaman 1dari 19

A.

Pengantar
Sebagian besar predikat konsumen diperoleh sebagai
konsekuensi mengonsumsi barang dan atau jasa melalui suatu
transaksi konsumen (Consumer transaction).Transaksi
konsumen adalah peralihan barang /jasa termasuk didalamnya
peralihan kenikmatan dalam menggunakannya
B. Periklanan dan perlindungan konsumen (IKLAN OBAT)

Diantara sekian banyak sektor,bidang kesehatan merupakan


sektor yang relatif lebih lengkap pengaturan nya dalam
melindungi konsumen dibandingkan dengan bidang lainnya
sekalipun demikian,khusus mengenai periklanan pada akhir 1992
,Menteri kesehatan RI pernah melontarkan suatu kritikan yang
sangat tajam terhadap iklan obat-obatan yang beredar di
masyarakat, khususnya yang ditayangkan di televisi.Menurutnya
semua iklan itu menyesatkan
Dapat dibayangkan jika sinyalemen Menteri kesehatan ini
benar, berarti dari iklan obat obatan yang disiarkan di televisi,
tidak ada satupun yang memberikan informasi yang jujur. Itu
baru disatu media, belum di media lainnya,seperti media
audio dan media cetak yang tersebar di seluruh Indonesia

Sesungguhnya apa yang diungkapkan Menteri kesehatan sejak


lama menjadi keluhan pengamat dan aktivis perlindungan
konsumen. Frekuensi keluhan itu terus meningkat ,terutama
sejak diperbolehkannya kembali siaran iklan di televisi.Namun
keluhan-keluhan demikian biasanya tidak mendapat publikasi
yang luas karena berbagai pertimbangan komersial
Dalam memproduksi iklan ,pihak perusahaan periklanan pun dikawal
ketat oleh kode etik yang ditandatangani oleh lima asosiasi (Termasuk
Persatuan Periklanan Indonesia) pada 17 September 1981. Tata Krama
dan tata cara periklanan Indonesia ini lalu disempurnakan dengan
penandatanganan oleh tujuh instansi pada 1996.Ketujuh instansi
tersebut sebagai berikut

1. Asosiasi Perusahaan Media Luar Ruang Indonesia (AMLI)


2. Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia (Aspindo)
3. Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI)
4. Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)
5. Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS)
6. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan
7. Yayasan Televisi Republik Indonesia
Untuk Obat-obatan kode etik periklanan juga mensyaratkan
iklan harus sesuai dengan indikasi jenis produk yang disetujui
oleh departemen kesehatan. Selain itu,iklan tidak boleh
memuat kata kata yang berisi janji penyembuhan penyakit,
tetapi hanya boleh menyatakan membantu menghilangkan
gejala penyakit. Juga tidak boleh mencantumkan kata kata
"aman", "tidak berbahaya" atau "bebas risiko" tanpa
keterangan lengkap yang menyertai nya. Pemakaian tenaga
profesional kesehatan sebagai model iklan seperti dokter,
perawat,ahli,farmasi,rumah sakit atau atribut atribut profesi
medis lainnya juga dilarang
Dari sebagian kecil rumusan kode etik itu saja tampak betapa
banyaknya iklan yang tidak memenuhi persyaratan.Iklan obat
yang tak sehat seperti itu tentu saja merugikan perusahaan
obat sejenis,tetapi (lebih-lebih) merugikan konsumen yang tak
berhati-hati
C. PERJANJIAN STANDAR DAN
PERLINDUNGAN KINSUMEN
Tentu saja fenomena demikian tidak selamanya
berkonotasi negatif. Tujuan dibuatnya perjanjian
standar untuk memberikan kemudahan (kepraktisan)
bagi para pihak yang bersangkutan.Oleh karena
itu,bertolak dari tujuan itu,Mariam Darus
Badrulzaman mendefinsikan perjanjian standar
sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan
dituangkan dalam bentuk formulir
• Perjanjian baku banyak memberikan keuntungan dalam
penggunaanya,tetapi dari berbagai keuntungannya yang ada
tersebut terdapat sisi lain dari penggunaannya serta
perkembangan perjanjian baku yang banyak mendapat
sorotan kritis dari para ahli hukum,yaitu sisi kelemahannya
dalam mengakomodasikan posisi yang seimbang bagi para
pihaknya. Kelemahan-kelemahan perjanjian baku ini
bersumber dari karakteristik perjanjian baku yang dalam
wujudnya merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh
salah satu pihak dan suaru perjanjian terstandarisasi yang
menyisakan yang menyisakan sedikit atau bahkan tidak
sama sekali ruang bagi pihak lain untuk menegosiasikan isi
perjanjian hukum itu. Sorotan dari berlakunya perjanjian
baku selain dari segi keabsahannya adalah adanya klausul
klausul yang tidak adil dan sangat tidak memberatkan salah
satu pihak
• Perjanjian baku banyak memberikan keuntungan dalam
penggunaanya,tetapi dari berbagai keuntungannya yang ada
tersebut terdapat sisi lain dari penggunaannya serta
perkembangan perjanjian baku yang banyak mendapat
sorotan kritis dari para ahli hukum,yaitu sisi kelemahannya
dalam mengakomodasikan posisi yang seimbang bagi para
pihaknya. Kelemahan-kelemahan perjanjian baku ini
bersumber dari karakteristik perjanjian baku yang dalam
wujudnya merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh
salah satu pihak dan suaru perjanjian terstandarisasi yang
menyisakan yang menyisakan sedikit atau bahkan tidak
sama sekali ruang bagi pihak lain untuk menegosiasikan isi
perjanjian hukum itu. Sorotan dari berlakunya perjanjian
baku selain dari segi keabsahannya adalah adanya klausul
klausul yang tidak adil dan sangat tidak memberatkan salah
satu pihak
• Dari berbagai definisi yang ada tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa klausul pembebasan adalah klausul yang memberikan
pembatasan atau pembebasan tanggung jawab hukum salah satu
pihak atas bentuk ketidakterpenuhinya kewajiban atas perjanjian
tersebut
• Contoh dari klausul tersebut adalah :
• -Adanya pembebasan tanggung jawab pihak pengembang dalam
perjanjian pembeli rumah,dalam hal pengembangan tidak dapat
memenuhi janjinya untuk melaksanakan penyelasaian
pembangunan atas rumah yang dibeli,tepat pada waktunya
• -Adanya pembatasan tangungg jawab ganti rugi bagi perusahaan
penangkutan berkaitan berkaitan dengan kehilangan barang
bawaan penumpang
• -Adanya pembatasan terhadap tanggung jawab terhadap
kecelakaan jasmani yang diderita oleh penumpang
D.LAYANAN PURNAJUAL DAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Layanan purnajual (after sales service service)
merupakan kepentingan merupakan kepentingan
konsumen yang sangat vital dewasa
ini,Perkembangan teknologi yang sangat
cepat,misalnya pada teknologi perangkat
komputer ,sering membuat produsen harus
mengubah tipe-tipe produknya mengikuti selera dan
kebutuhan konsumen yang terus berganti dalam
waktu singkat.Akibatnya, jika ada kerusakan dari
suatu tipe produk,sering konsumen tertentu
menghadapi kendala memperbaiki barangnya karena
ketiadan suku cadang
Tampak masalah layanan purnajual adalah masalah
perlindungan konsumen yang tidak dapat dipisahkan
dengan tahapan-tahapan transaksi konsumen
lainnya,yang berlaku bukan lagi prinsip caveat
emptor,tetapi caveat venditor (produsen/penyalur
produk (penjual) atau kreditorlah yang bertanggung
jawab,yang lazim disebut tanggung jawab produk.
Tangung jawab dari si produsen dan pihak pihak yamg
menyalurkan produknya secara tanggung renteng
seluruhnya bersifat tanggung jawab jawab mutlak
(strict liability)atau tangung jawab tanpa kesalahan
(liabilty without fault)
Sejak dahulu menjadi kewajiban produsen untuk
menjamin barang yang dijualnya itu bebas dari cacat
tersembunyi .Jaminan ini merupakamn perikatan yang
otomatis dibebankan kepada produsen/penyalur
produk (penjual)atau kreditor.Jaminan undang undang
ini pun dalam praktik dicoba untuk diminimalisasi
dengan pernyataan sepihak (klausul eksnorasi) ,seperti
barang barang yang telah dibeli tidak dapat
dikembalikan
E. HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Hak atas kekayaan intelektual (intellectual property


rights) dalam garis besarnya mencakup antara lain
hak cipta ,merk,paten, dan desain produk
industri.Tiga jenis hak yang terakhir dikenal juga
sebagai hak milik industri (Industrial property
rights).Diluar itu ,sering juga disebutkan jenis lain
dari hak atas kekayaan intelektual ,seperti layoout
design,undisclosed information(trade secret) dan
sebagainya
Hak atas kekayaan intelektual adalah hak-hak yang
diberikan kepada pelaku usaha untuk monopoli.Oleh
karena itu,tidak mengherankan jika dalam Pasal 50
Undang-Undang No5 Tahun1999 tentang larangan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
,dinyatakan bahwa larangan monopoli itu tidak berlaku
untuk perjanjian yang berkaitan dengan hak atas
kekayaan intelektual ,seperti lisensi,paten,merek
dagang,hak cipta ,hak cipta,desain produk industri
,rangkaian elektronika terpadu,dan rahasia
dagang,serta perjanjian yang berkaitan dengan
waralaba
F. ASURANSI

Yusuf Shofie mengutarakan bahwa bisnis


perasuransian di Indonesia hamper sama tuanya
dengan bisnis perbankan.
Dibandingkan industri perbank, industri
perasuransian kurang banyak mendapat perhatian
konsumen.
Pertama, asuransi yang bersifat suka rela (voluntary),
misalnya asuransi kebakaran, asuransi kendaraan
bermotor, asuransi jiwa, dan lain-lain. Kedua,
asuransi yang bersifat wajib (compulsory)
berdasarkan ketentuan undang-undang, misalnya
pertanggungan wajib kecelakaan penumpang
(undang-undang No.33 tahun 1964). Jaminan social
tenaga kerja (diselenggarakan PT Astek berdasarkan
undang-undang No.3 tahun 1992), Asuransi social
pegawai Negeri (dikelola PT Taspen berdasarkan
peraturan pemerintah No.25 Tahun 1981), Asuransi
ABRI/ASABRI (dikelola berdasarkan peraturan
pemerintah No.67 tahun 1991).
G. PRODUK PANGAN YANG
MEMBAHAYAKAN KONSUMEN
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang
tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Tanpa makan dan minum yang cukup jumlah
dan mutunya, manusia tidak akan produktif dalam
melakukan aktivitasnya. Masalah pangan
menyangkut pula keamanan, keselamatan dan
kesehatan baik jasmani maupun rohani
Konsumen harus dilindungi dari berbagai makanan
yang tidak aman dan merugikan konsumen.
Keamanan pangan merupakan salah satu factor
penting yang harus diperhatikan dalam konsumsi
sehari-hari. Dengan demikian, sesungguhnya pangan
selain harus tersedia dalam jumlah yang cukup,
harga yang terjangkau juga harus memenuhi
persyratan lain, yaitu sehat,aman,dan halal.
Artinya, pangan tidak boleh mengandung bahan
berbahaya seperti cemaran pestisida, logam berat,
mikroba pantogen ataupun tercemar oleh bahan
bahan yang dapat mengganggu kepercayaan.

Anda mungkin juga menyukai