Anda di halaman 1dari 13

Kelompok XIX

PENGERTIAN
 Anal Fistula adalah sambungan abnormal diantara dua permukaan
epitel, tetapi umumnya dalam kondisi ini fistula merupakan lubang
pada permukaan kutan di dekat anus. (brooker, chris. 2008). Pada anal
fistula terbentuk saluran antara lubang di dalam dubur dan lubang
disekitar dubur ataupun ke organ lain seperti vagina. (budihardjo,
christopher. Tth). Pada permukaan kulit bias terlihat satu atau lebih
lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah
ataupun kotoran saat buang air besar.
 Anal fistula terjadi karena sebelumnya terdapat anal abses, yaitu
peradangan didalam dubur (tepatnya dari kelenjar anal/krypto
glandular) sampai ke bawah kulit sekitar dubur. Kulit menjadi merah,
sakit dan ada benjolan yang berisi nanah/pus. Jika abses pecah maka
setelah nanah keluar dan luka mengering aka nada dua kemungkinan
yaitu sembuh total atau sembuh dengan meninggalkan lubang kecil
yang terus-menerus mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur
darah. Kondisi inilah yang disebut anal fistula.
ANATOMI
 Anal Fistula memiliki panjang sekitar 4 cm, yang dikelilingi dengan
mekanisme sfingter anus. Setengah bagian atas dari anal fistula dilapisi
oleh mukosa glandular rektal. Mukosa bagian teratas dari kanalis anal
berkembang sampai 6-10 lipatan longitudinal, yang disebut columns of
Morgagni, yang masing masing memiliki cabang terminal dari arteri
rektal superior dan vena. Lipatan-lipatan ini paling menonjol di bagian
lateral kiri, posterior kanan dan kuadran anterior kanan, dimana vena
membentuk pleksus vena yang menonjol. Mukosa glandular relatif
tidak sensitif, berbeda dengan kulit kanalis, kulit terbawahnya lebih
sensitif (Churchill, 1990).
 Mekanisme spinter anal memiliki tiga unsur pembentuk, spinter
internal, spinter eksternal dan puborektalis. Spinter internal
merupakan kontinuasi yang semakin menebal dari muskular dinding
ginjal. Spinter eksternal dan puborektalis sling (yang merupakan
bagian dari levator ani) muncul dari dasar pelvis (Churchill, 1990).
PATOFISIOLOGI
 Hipotesis yang paling jelas adalah kriptoglandular, yang menjelaskan bahwa fistula ani
merupakan abses anorektal tahap akhir yang telah terdrainase dan membentuk traktus.
Kanalis anal mempunyai 6-14 kelenjar kecil yang terproyeksi melalui sfingter internal
dan mengalir menuju kripta pada linea dentata. Kelenjar dapat terinfeksi dan
menyebabkan penyumbatan. Bersamaan dengan penyumbatan itu, terperangkap juga
feces dan bakteri dalam kelenjar. Penyumbatan ini juga dapat terjadi setelah trauma,
pengeluaran feces yang keras, atau proses inflamasi. Apabila kripta tidak kembali
membuka ke kanalis anal, maka akan terbentuk abses di dalam rongga intersfingterik.
Abses lama kelamaan akan menghasilkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula,
dimana fistula mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rektum, dan
lobang lain di perineum di kulit perianal.
 Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan
rektum, dan lobang lain di perineum di kulit perianal. Fistel perianal sering didahului
oleh pembentukan abses. Abses perianal sering dimulai sebagai peradangan kriptus ani,
yang terletak pada ujung bawah kolum Morgagni. Kelenjar anus bermuara dalam kriptus
ani. Obstruksi atau trauma pada salurannya menimbulkan stasis dan predisposisi
terhadap infeksi. Abses perianal biasanya nyata, tampak sebagai pembengkakan yang
berwarna merah, nyeri, terletak di pinggir anus.
MANIFESTASI KLINIS
Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari
lubang kutaneus. Gejala lain mungkin pasase
flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih,
tergantung padasaluran fistula. Fistula bisa terasa
sangat nyeri
KOMPLIKASI
Komplikasi anal fistula antara lain adalah:
 Inkontinensia
 Rekurens
Stenosis kanalis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Fistulografi,
 Pemeriksaan harus dilengkapi dengan rektoskopi
 Fulografi
 Ultrasound endoanal / endorektal
 MRI
 CT-Scan
 Barium enema
 Anal manometri
PENATALAKSANAAN
. Penatalaksanaan Medis
Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian
analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka
panjang untuk mencegah fistula rekuren
 Terapi pembedahan
Fistulotomi
Fistulektomi
Seton
Advancement Flap
Lem fibrin (Fibrin Glue) atau sumbat kolagen
KONSEP DASAR ASKEP

A. Pengkajian
Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis
kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor
regitrasi, status pekawinan, agama, tanggalMR
B.Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
C. Diagnosa Keperawatan

 Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses


inflamas
 Gangguan konsep diri berhubungan dengan
perubahan pola
D. Intervensi Keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
 Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
 Intervensi :
 Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
 Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.
 Catat petunjuk non-verbal, mis.gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati dengan
abdomen.
 Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan/ menghilangkan nyeri
 Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit.
 Observasi/ catat distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD
 Mencoba untuk mentoleransi nyeri tanpa analgesik
 Rasional :
 Nyeri sebelum defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan
terus-menerus.
 Dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/ beratnya
masalah
 Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat
 Melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
 Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan
parut
 Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan pola defekasi.
Tujuan : Terjadi peningkatan rasa harga diri
Intervensi :
 Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan
penanganannya
 Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga
 Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
 Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat
penyakit dan penanganannya.
 Rasional :
 Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam
menghadapi perubahan dalam hidup
 Mengindentifikasi penguatan dan dukungan terhadap pasien.
 Pola koping yang efektif diasa lalu mungkin potensial destruktif ketika
memandang pembatasan yang ditetapkan.
 Pasien dapat mengindentifikasi masalah dan langkah-langkah yang
diperlukan untuk menghadapinya.
4. Implementasi
Sesuai Intervensi

5. Evaluasi
Sesuai implementasi

Anda mungkin juga menyukai