tertanam dalam jiwa yang darinya muncul perbuatan- perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (imam al-Ghazali) Pembentukan Akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. TUJUAN Menurut Ali Abdul Halim Mahmud tujuan pembentukan akhlak setidaknya memiliki tujuan yaitu: Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal sholeh. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun nonmuslim. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah. Mempersiapkan insan beriman dan saleh, yang mau merasa bangga dengan persaudaraannya sesama muslim Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang siap melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam selama dia mampu Mempersiapkan insan beriman dan saleh insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan jiwanya demi tegaknya syari’at Islam. Hakikat akhlak menurut al-Ghazali harus mencakup dua syarat : a. Perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali atau kontinu dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan (habit forming). b. Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksi dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan-tekanan atau paksaan-paksaan dari orang lain, atau pengaruh-pengaruh atau rayuan dan sebagainya. POLA RASULULLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI Pola yang digunakan Nabi SAW dalam membentuk karakter sahabat-sahabatnya hingga menjadi generasi unggul dalam berbagai karakter Islami? Berikut ini penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa pola pembentukan karakter sahabat, yaitu: 1. Berawal dari pendidik yang berkarakter Secara bahasa, pendidik adalah “orang yang mendidik.” Dalam perspektif Islam, pendidik menempati posisi yang sangat penting dalam proses pendidikan atau pembentukan karakter Islami, baik pendidik dalam makna orangtua, guru maupun masyarakat. Dialah yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didiknya. Potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terdapat pada anak didik harus diperhatikan perkembangannya agar tujuan pendidikan/ pembentukan karakter dapat tercapai seperti yang diharapkan. Rasulullah SAW berhasil membentuk karakter sahabat karena beliau adalah pribadi yang berkarakter, pendidik yang profesional. Sebagai pribadi yang berkarakter, Rasulullah SAW selalu menampilkan sifat lemah lembut, peduli, tegas, kerja keras, mau berbagi, konsisten, sehingga sahabat sangat mencintai dan merindukannya. 2. Berbasis Agama Pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak untuk kebaikan kehidupan manusia, mewujudkan keseimbangan yang sempurna pada kepribadian, menggabungkan antara iman, akhlak, ilmu dan amal. Pendidikan tidak akan bermakna tanpa unsur-unsur itu. Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik muslim agar menjadi beradab. Inilah yang membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan Barat. Pendidikan Islam membuat seseorang memiliki iman yang kuat, akhlak yang mulia, ilmu yang luas serta amal yang banyak. Adapun prinsip pendidikan/pembentukan karakter Islami, adalah: Menjadikan Allah SWT sebagai tujuan
Memperhatikan perkembangan akal/rasional
Memperhatikan perkembangan kecerdasan
emosional Melalui keteladan dan pembiasaan. 3. Berbasis Masjid
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai
pendidik, Rasulullah SAW telah membuat kebijakan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Kebijakan pertama yang diambil beliau adalah membangun masjid di Quba dan dilanjutkan dengan membangun masjid Nabawi di Madinah. Adapun Fungsi masjid pada masa Nabi SAW adalah: (1) masjid sebagai pusat ibadah mahdhah, (2) masjid pusat untuk mendamaikan seseorang atau kelompok yang sedang berbantah-bantahan; (3) masjid tempat menyambut tamu; (4) masjid tempat proses belajar mengajar; FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
Menurut Hamzah Ya’kub Faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya akhlak atau moral pada prinsipnya dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor utama yaitu factor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang datang dari diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya. unsur-unsur yang ada dalam dirinya yang turut membentuk akhlak atau moral, diantaranya adalah : a. Instink (naluri) Instink adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis. b. Kebiasaan Perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. c. Keturunan Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifatsifat tertentu dari orang tua kepada keturunannya, maka disebut al- Waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat orang tua terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak langsung. d. Keinginan atau kemauan keras Kehendak ini adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam e. Hati Nurani “suara batin” atau “suara hati” yang dalam bahasa arab disebut dengan “dhamir”. Dalam bahasa Inggris disebut “conscience”. Sedangkan “conscience” adalah sistem nilai moral seseorang, kesadaran akan benar dan salah dalam tingkah laku. Fungsi hati nurani adalah memperingati bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. 2. Faktor ekstern Adapun faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi : a. Lingkungan Lingkungan (Milleu) adalah suatu yang melingkupi suatu tubuh yang hidup. Misalnya lingkungan alam mampu mematahkan /mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang ; lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku. b. Pengaruh keluarga Orang tua (keluarga) merupakan pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan dengan alam luar tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya di hari kemudian. Dengan kata lain, keluarga yang melaksanakan pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan akhlak. c. Pengaruh sekolah Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga dimana dapat mempengaruhi akhlak anak. d. Pendidikan masyarakat Masyarakat dalam pengertian yang sederhana adalah kumpulan individu dalam kelompok yang diikat oleh ketentuan negara, kebudayaan, dan agama Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Arti dari pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari- hari dengan cara melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada al- Qur’an dan al-Sunnah. Untuk membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai al-Qur;an dan al- Sunnah Nabi sebagai identitsa kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendiidkan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. SEKIAN DAN TERIMAKASIH