Anda di halaman 1dari 50

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

MATA KULIAH : FISIOLOGI

Fisiologi keseimbangan cairan

oleh : dr. Wahyu Indah Dewi Aurora


Learning Objektif
- fungsi cairan tubuh
- pengeluaran cairan tubuh
- ekskresi air ekstra renal
- penyebaran air dalam tubuh
- volume cairan tubuh dan factor yang
mempengaruhi ADH
- pengaturan water intake, perasaan
haus
- gangguan metabolisme air (dehidrasi,
water intoksikasi dan oedem).
Cairan tubuh
 60% dari berat tubuh manusia terdiri dari
cairan
 Persentase ini dapat berubah tergantung
umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas
 Cairan dalam tubuh terdiri dari cairan, zat
yang terlarut ( zat makanan, elektrolit)
Komposisi cairan tubuh
 Semua cairan tubuh adalah air larutan
pelarut, substansi terlarut (zat terlarut):
1. Air adalah senyawa utama dari
tubuh manusia. Rata-rata pria
Dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata
wanita mengandung 55% air dari berat
badannya.
SOLUT( TERLARUT)
2. Substansi terlarut (zat terlarut):
 Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi
(terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik.
 Non-elektrolit : Substansi yang berdisosiasi
dalam larutan, tidak bermuatan
 Ex: asam amino, lipid,glukosa, bilirubin, urea
FUNGSI CAIRAN TUBUH
 Mengatur temperatur tubuh
 Pelumas pada cairan sendi
 Protektive
 Reactant yaitu substansi yang
berperan dalam reaksi kimia dalam
tubuh
 Pelarut
 Media transport nutrisi dan zat yang
dikeluarkan tubuh hasil metabolisme
Sumber cairan tubuh
Jaringan lemak lebih kurang
mengandung air dibanding otot
Sumber :
Air yang diminum
Bersama makanan
Hasil metabolisme
Pengeluaran cairan tubuh
harian
Keringat  ±100 ml – 2 liter/hari
Feses ± 100 ml/hari
Ginjal ± 0,5 – 2 liter/hari
Invisible water loss ( difusi kulit
dan saluran respirasi)  ± 700
ml/hari
Massa Tubuh Total

ICF = Intra cellular fluid = CIS = cairan


intra selular
45% 40% ECF = extra cellular fluid = CES = cairan
Solids Solids ekstra selular

2/3 ICF
55% 60%
Fluids Fluids
Cairan
80% interstisial
1/3 ECF
20% Plasma

Perempuan Laki-laki
CES: - Plasma
- Cairan interstisial:
- Cairan limfe - Aqueous humor & vitreous body
- Cairan serebrospinal - Endolimfe, Perilimfe
- Cairan synovial - Cairan pleura, pericardium,
peritoneum

Pertukaran cairan dan elektrolit:


- Filtrasi - Difusi
- Reabsorbsi - Osmosis
Pertukaran cairan tubuh dan
keseimbangan osmotik
 Plasma-intersisial
 tekanan hidrostatik
dan koloid osmotik
 CES dan ICS  osmotik zat terlarut
Pengaturan Ekskresi Cairan
Tubuh
 Sistem saraf simpatis
 Faktor hormonal
 Mengatur :
- Volume darah
- Volume cairan ekstraseluler
- Tekanan arteri
iNtegrasi mekanisme ginjal
dalm pengaturan volume
darah dan CES
 Melalui 4 mekanisme :
1. Saraf simpatis
2. Renin Angiotensin Aldosteron
3. Homon ADH
4. Mekanisme haus
Kontrol sistem saraf simpatis

 Volume darah  tekanan darah


PD paru dan PD intratorak aktivasi sistem
saraf simpatis ginjal penurunan
ekskresi air dan natrium
 Kontriksi arteriol ginjal  penurunan GFR
 Peningkatan reabsorpsi air dan Na di
tubulus
 Pelepasan renin, produksi angiotensin II
dan aldosteron
 Bilaterjadi pendarahan masive 
penurunan regangan baroreseptor di
sinus carotis dan arkus aorta
RAA sistem
 RENIN terbentuk apabila tjd penurunan
NaCl di makula densa  mengaktifkan RAA
sistem
 Angiotensin II  Salah satu pengontrol
ekskresi natrium  osmolalitas cairan
 Bila asupan Na /osmolaritas CES meningkat
) angiotensin II menurun  menghambat
reabsorbsi tubulus terhadap natrium dan air
ekskresi
 Hasil akhir : volum sirkulasi normal
Peran angiotensin II dalam
mengatur tekanan darah
 Volume sirkulasi  Angiotensin
dihasilkanPeningkatan reabsorbsi Na
dan air air akan menuju ke tempat
osmolalitas zat nya tinggi  volume CES
meningkat  TD meningkat
 Aktivasi sist. baroreseptor
Peran Aldosteron
 Meningkatkan reabsorbsi di tubulus
koligentes kortikalis  reabsorbsi air dan
sekresi kalium meningkat
 Angiotensin II  pembentukan aldosteron
Hormon ADH (Anti Diuretik
Hormon)
 Dibentuk pada kelenjar hipofisis post 
osmoreseptor di nc preoptik
 ADH  membentuk volume urine pekat dan
mengeluarkan garam dalam jumlah normal
 Terjadi pada saat volume cairan tubuh
 Vol cairan tubuh  ADH  reabsorbsi air
oleh ginjal & meminimalisir penurunan vol
CES & tekanan arteri  urine pekat
Mekanisme Umpan Balik
Osmoreseptor ADH
Defisit Air
-

Osmoralitas CES
osmoreseptor

Sekresi ADH

Reabsorbsi H2O

Ekskresi H2O
Pengaturan Osmolaritas CES &
nATRIUM
2 sistem utama dalam pengaturan
osmolalitas CES & Na  sistem
osmoreseptor & mekanisme rasa haus
 Dipengaruhi hormon ADH
 Produksi urin yang encer atau pekat
MEKANISME GINJAL
MENGELUARKAN URIN PEKAT/ENCER
 Hipervolemia  ginjal menghasilakan urine encer
sekitar 20 ltr/hr, konsentrasi 50 mOsm/ltr
 Pengaruh ADH  permeabilitas tubulus distal &
duktus coligentes  reabsorbsi air meningkat  urin
pekat
 Keadaan hipervolemia  ADH / (-)  urin encer di
tubulus ascenden henle  absorbsi zat terlarut
meningkat di tub. Distal/koligentes  urin encer
 Konsentrasi zat terlarut dalam urine yang dikeluarkan
relatif konstan
Mekanisme rasa haus
 Pusat rasa haus : antero ventral dari ventrikel
ketiga dekat nuc. Preoptik (hipotalamus)
 Neuron berfungsi sebagai osmoreseptor 
sensitif thd perubahan osmolaritas cairan
 Rasa haus timbul :
> osmolaritas CES meningkat
> volume cairan CES & tek. Arteri
menurun
> angiotensin II meningkat
> kekeringan pada mulut
 Penurunan rasa haus :
> osmolaritas CES menurun
> volume darah meningkat
> angiotensin II menurun
> distensi lambung
Dehidrasi

Saliva Osmolaritas darah Volume darah

Mulut & pharynx Stimulasi osmoreseptor


kering Tekanan darah
hypothalamus
Produksi renin oleh
Sel2 juxtaglomeral
ginjal

Stimulasi pusat
Angiotensin II
Haus hypothalamus

Rasa haus Minum Cairan tubuh

Regulasi Pemasukan Cairan


Asupan NaCl Konsentrasi plasma Na+ Osmosis air dari CIS
& Cl-  Interstisial  plasma

Volume darah

Regangan atrium jantung Produksi renin

Atrial Natriuretic Peptide (ANP) Angiotensin II

GFR Aldosterone

Na+ & Cl- via urine (Natriuresis) Reabsorbsi NaCl oleh ginjal

Kehilangan air di urine via osmosis Volume darah

Regulasi Hormonal Na+ & Cl- Renal


• Osmolaritas cairan tubuh  ADH  protein aquoporin 2
 membran apical sel  permeabilitas terhadap air 
osmosis ke darah

• Volume darah
• Dehidrasi
• Hiperventilasi
• Vomitus ADH
• Diare
• Demam
• Keringat banyak
• Combustio (luka bakar)
Keseimbangan Elektrolit
Konsentrasi Elektrolit & Anion Protein di Plasma, Cairan
Interstisial, dan Cairan Intrasel
mEq/L

Plasma

175 Cairan interstisial


Cairan intra sel
150 142 145 140

125 100 117 3

2 2 100
100

75
20 2 50
50 2 2 35 24 27 15

1 1 20
25 10
5 3 0.2
44

0
Na+ K+ Ca+2 Mg+2 Cl- HCO3- HPO42- SO42- Anion
Protein
Fungsi elektrolit
• Fungsi ion dari elektrolit:
1. Kontrol osmosis air
2. Keseimbangan asam – basa
3. Aliran listrik  potensial aksi (pada neuron)
4. Kofaktor enzim

• Cairan interstisial >< plasma  protein  tekanan koloid


osmotik plasma
• Cairan ekstra sel: Na+ & Cl-
• Cairan intra sel: K+, protein, HPO42-
Natrium
- Pengaruhi ½ osmolaritas CES (142 mOsm/L dari 300
mOsm/L)
- Aldosteron  reabsorbsi Na+ meningkat
- Hyponatremia  ADH  ekskresi air meningkat
- Hormon ANP  ekskresi Na+ meningkat
- Gagal ginjal retensi Na+  volume darah ,
- Hiperaldosteronisme edema
- Insufisiensi adrenal  aldosteron

- Diuretik  ekskresi Na+  hipovolemia


Kalium
- Resting membrane potential & repolarisasi
- Aldosterone  sekresi K+

Kalsium
- 98%  skeleton & gigi
- Pembekuan darah, neurotransmiter, tonus otot,
eksitabilitas saraf & otot
- Hormon parathyroid & calcitriol  Ca2+
-Ca2+ plasma  PTH  stimulasi osteoclasts

lepas Ca2+  darah (resorbsi )


reabsorbsi Ca2+ (ginjal)
Calcitriol  absorbsi Ca2+ (GIT)
Magnesium
• Magnesium
- Kofaktor enzim
- Pompa Na+ – K+
- Aktivitas neuromuskular
- Transmisi sinaps
- Fungsi myokardium
 Bicarbonate (HCO3-)
- Ginjal: pengatur utama HCO3-
Phosfat
• Fosfat (H2PO4-, HPO42-, PO43-)
- 85% kalsium fosfat (tulang)
- HPO42-  buffer H+, molekul organik,
asam nukleat, ATP
- PTH  resorbsi HPO42-  darah
- Calcitriol  absorbsi fosfat & Ca+2
Gangguan cairan tubuh dan
elektroklit
 Dehidrasi
 Edema
 Water intoksikasi
 Hipo/hipernatremi
 Hipo/hiperkalemi
EDEMA
 Kelebihan cairan dalam jaringan
 Edema intra/ekstraseluler
 Edema ekstraseluler terjadi akibat :
> tekanan kapiler
> protein plasma
> permeabilitas kapiler
> hambatan aliran limfe
Water intoksikasi
 Over hidrasi  hiponatremia
Gangguan Keseimbangan
Na+
Na + :ion utama
luar sel (145 mEq / L)
dalam sel (10 mEq / L)
Menjaga osmolalitas cairan
ekstra sel
HIPONATREMIA &
HIPERNATREMIA
 Hiponatremia  kehilangan NaCl atau
cairan CES
 Terjadi dehidrasi hipoosmotik
-muntah, diare, penyakit addison, gg.ginjal,
ADH
 Hipernatremia  kehilangan air /
kelebihan Na
- Dibetes insipidus, sekresi aldosteron
Fungsi Kalium
Kation utama dalam sel
Repolarisasi membran
Neuro-autonomik
Respons Neuromuscular terhadap ransang
Deposisi Glycogen & Metabolism protein
Pengeluaran hormon pancreas
Penentu pH intracellular
GANGGUAN KESEIMBANGAN K+
K+ : kation terbesar di sel (150 - 160mEq/L)
di luar sel 3,5 – 5,5 mEq/L

Fungsi utama : menjaga potensial listrik membran sel

Gejala gangguan K : sangat tergantung kecepatan


perubahan K didlm & luar sel
Keseimbangan K diatur oleh :
1. Distribusi K+ di dlm & luar sel
1. Insulin : K+ ekstra sel intrasel shg sewaktu DM
cenderung hiperkalemi
2. Asidosis : H+ luar sel ↑ H+ masuk dlm sel.
Untuk menjaga keseimbangan listrik, K+
keluar sel hiperkalemi
3. Alkalosis : kebalikannya
2. Ekskresi K+ oleh ginjal (di eks di tubuli)
1. Aldosteron : eks K+ ↑ sdgkan Na retensi
2. Diuretik osmosis : eks K+ ↑
3. Asidosis : eks K+ ↓
4. PGK , eksresi menurun
HIPERKALEMIA
Etiologi :
1. Intake ↑ -pisang, jeruk
- pemberian K i v
- hemolisis yang hebat
Tdk akan terjadi hiperkalemi bila ginjal berfungsi dengan baik
2. Perpindahan kalium ke ekstra sel
1. Asidosis 3. intoksikasi digitalis
2. Deff insulin 4. ketoasidosis
3. Eksresi ↓
1. Gagal ginjal 3. diuretik hemat K
2. Insuf adrenal
4. Pseudohiperkalemia
Leukositosis hebat ( > 100.000 / mm3 ) → wkt darah
diambil → K keluar sel
5. Obat-obat
ACE I, ARB, NSAID, aldosteron antagonis
HIPOKALEMI
 Etiologi :
1. Tanpa defisit K total tubuh
1. Alkalosis
2. Sekresi insulin yang menetap
2. Dengan defisit K total tubuh
1. Intake ↓, anoreksia
2. Hilang → sal cerna: GE, muntah
ginjal : hiperaldosteron,
loop diuretik
Thank you

Anda mungkin juga menyukai