Kegawat Daruratan THT
Kegawat Daruratan THT
THT
1
Anamnesis
&
Pemx fisik:
• umur
• lokasi nyeri
Benda
BENDA
• sesak nafas Tindakan segera Asing
ASING
•Disfagi keluar
•Stridor
•Retraksi otot nafas
Pemeriksaan
Penunjang :
• Foto esofagus
• Foto torak
• Foto jar. lunak
2
- Stridor
- Disfoni -Laringoskopi
Benda asing di Laring - P. Heimlich
- retraksi di suprasternal, epigastrial, sela iga dan
klavikula
- Mengi
- Batuk
Benda asing di Trakea - Sesak nafas Bronkoskopi
- Palpatory thud
- Audible snap
- Disfoni,
- Batuk
Benda asing di - Sesak nafas - Bronkoskopi
Bronkus - Ro torak - Torakotomi
- atelektasis/empisema
3
- Odinofagi/disfagi
- Regurgitasi
Benda asing di
- Nyeri dada/epigastrium ESOFAGOSKOPI
Esofagus
- Ro. Jar. Lunak leher
- Esofagografi
- hidung tersumbat
Ekstraksi dengan spekulum
Benda asing di Hidung - Ingus kental satu sisi hidung dan pengait
- Ingus berbau satu sisi hidung
4
Benda asing di sinus- Nyeri di daerah tersangkut corpal
piriformis -LI : corpal di sinus piriformis Laringoskopi untuk ekstraksi
5
ETIOLOGI :
6
Disfoni sampai afoni
Sesak nafas (dispnea)
Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu
inspirasi
Retraksi pada saat inspirasi di suprasternal,
epigastrium, supraklavikula dan interkostal
Gelisah
Wajah pucat sianosis
7
Jackson & Jackson membagi obstruksi laring dalam 4 stadium:
Stadium I :
Retraksi suprasternal minimal, pasien tenang, stridor inspirasi (+/-)
Stadium II :
Retraksi suprasternal makin dalam, retraksi epigastrium, pasien mulai
gelisah, stridor inspirasi
Stadium III :
Retraksi pada waktu inspirasi pada daerah suprasternal, epigastrum,
intercostal dan supraklavikula, pasien gelisah , dispneu berat, stridor
inspirasi- ekspirasi dan sianosis
Stadium IV :
Retraksi otot pernafasan bertambah dalam, sianosis, pasien tampak makin
melemah dan ngantuk, akhirnya meninggal karena asfiksia.
8
Stridor inspirasi : obstruksi supraglottis
Stridor ekspirasi : obstruksi subglottis
Stridor insp. & eksp. : obstruksi glottis
TERAPI :
Prinsip : menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau
membuat jalan nafas baru yang menjamin ventilasi.
Tergantung stadium sumbatan laring
9
Stadium 1
Tindakan konservatif : anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, oksigen
intermitten
Stadium 2-3
Intubasi endotrakea dan trakeostomi
Stadium 4
Krikotirotomi/ intubasi endotrakea
10
INDIKASI :
1. mengatasi sumbatan nafas
2. ventilasi
3. memudahkan mengisap sekret dari trakeobronkial
4. mencegah aspirasi sekret
11
Keuntungannya :
- Perbaikan jalan nafas terjadi segera
12
1. BERDASARKAN LOKASI :
High : cincin 1 – 2
Low : cincin 3 – 4
2. BERDASARKAN KEPERLUANNYA :
Orderly : dipersiapkan
Emergency
3. BERDASRKAN SAYATAN KULIT :
Horizontal : yang umum dipakai
Vertical : dalam keadaan emergency
13
Indikasi berdasarkan keperluannya :
- Keperluan terapi :
Penderita obstruksi laring stadium III & IV
- Prosedur elektif :
Persiapan operasi traktus respirasi bag. atas.
Cedera berat kepala
Trauma tembus kepala & torak
Orotrakea intubasi susah pada waktu tindakan
anestesi umum.
14
Fungsi Tracheostomy :
- Mengurangi dead-space 10 – 50 %
15
Mengisap sekret melalui kanul sering mungkin
mencegah asfiksia
Cuci kanul dalam (anak kanul) minimal 2 kali/hari
Kanul luar dicuci setiap 2 minggu sekali pada
pemakaian kanul yang lama
Kain kasa dibawah kanul diganti setiap basah
16
17
PERASAT HEIMLICH
-Cara 1 :
Dari pasien yang tersedak, dilakukan Cara 2 :
penekanan mendadak daerah Epigastrium Pasien dibaringkan terlentang,
dengan kedua belah tangan yang kedua Dilakukan penekanan mendadak
tangan saling menggenggam pada daerah epigastrium dengan
kedua tangan
18
Tergantung : besar,bentuk, posisi benda
Menutupi laring,tersangkut diantara pita suara, di
subglotis
Sumbatan total laring asfiksia
Sumbatan tidak total disfoni-afoni, batuk, odinofagi,
mengi, sianosis, hemoptisis
Pasien dapat menunjukkan letak benda asing tersangkut
Terapi untuk sumbatan total:
- Perasat dari Heimlich
Terapi untuk sumbatan tidak total:
- Laringoskop/ bronkoskop/ trakeostomi
19
G/ : batuk tiba-tiba dan berulang dengan rasa
tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gagging),nafas berbunyi (mengi) pada saat
membuka mulut ( astmatoid wheezing)
Gejala patognomonik palpatory thud
(sentuhan benda asing pada pita suara berupa
getaran di daerah tiroid ) atau audible snap (hal
diatas dapat didengar dgn stetoskop)
Terapi : bronkoskopi atau trakeostomi
20
Bronkus kanan >>> ( posisi lebih horizontal)
75% kasus terjadi pada anak < 2 tahun
Gejala tergantung jenis benda asing dan Gejala awal sering
asimtomatis dan Ro torak tampak tidak ada kelainan
Benda organik yang bersifat higroskopis sumbatan bronkus
menghebat
Benda anorganik iritasi ringan pada jaringan dan umumnya
mudah didiagnosis karena pada Ro. Tampak radio-opak
Bila gejala tidak jelas dan ada riwayat tersedak / aspirasi benda
asing sebaiknya pasien diobservasi 24-48 jam
21
Terapi :
- Bronkoskopi segera pada kasus benda asing
organik
- Torakotomi bronkoskopi gagal seperti
benda asing yang tajam dan tersangkut
dijaringan
22
23
TINDAKAN BRONKOSKOPI
24
Anamnesa jenis makanan, waktu dan perjalanan
keluhan, lokasi sumbatan, gejala penyerta
Pemx fisik Inspeksi dan palpasi leher, rongga mulut
Pemx radiologi Ro : foto polos esofagus,
esofagografi, CT scan/MRI
Terapi Esofagoskopi
25
26
Anestesi :
lokal
umum
Cara : - posisi penderita terlentang
high & low
- esofagoskop dimasukkan
melalui mulut
- evaluasi kedalam esofagus
27
Komplikasi : jarang
- perdarahan
- perforasi
Dicegah dengan cara mengingat
prinsip esofagoskopi
28
29
Kegawatdaruratan THT
Perdarahan hidung : Ringan, banyak (profus)
tergantung sumber yaitu anterior septum nasi
(little’s area) atau dari posterior dari cabang
pembuluh darah yang lebih besar
Penyebab ?, sumber ?
Penatalaksanaan tergantung penyebab atau
sumber
30
Perdarahan anterior :
Kaustik atau tamponanterior
Anamnesis dan
Pemeriksaan fisik :
-Umur
-Keadaan umum Tindakan segera:
-Tensi & nadi -Perbaiki KU
-Trauma -Cari sumber
- tumor EPISTAKSIS Perdarahan
- Deviasi septum -Hentikan
- Infeksi perdarahan
- Hipertensi
- Kelainan darah
- Barotrauma
- Gangguan endokrin
Pemeriksaan
Penunjang :
Perdarahan
-DL
Posterior – tampon belloq
-Faal hemostasis
-EKG (atas indikasi)
-Uji faal ginjal
-Uji faal hepar
-Ro tl hidung & sinus para nasalis
-CT scan (atas indikasi
31
32
Epistaksisi anterior :
- Asal : pleksus kisselbach di septum anterior, a.
etmoidalis anterior
- Perdarahan ringan
- sering korek hidung
Epistaksis posterior :
- Asal : a. etmoidalis posterior, a. sfenopalatina
- Perdarahan hebat
- Pada px hipertensi,arteroskelosis atau
kardiovaskular
33
Manajemen penatalaksanaan epistaksis :
Memijat hidung pada ala nasi selama 10 menit
Perdarahan Anterior
1. Menekan hidung dari luar 10-15 menit, bila tidak berhasil :
tampon anterior dipertahankan 2x24 jam ( terbuat dari kasa yang
diberi vaselin atau salep antibiotika)
2. Pasang tampon sementara yang dibasahi adrenalin 1/5.000 –
1/10.000 atau pantocain/ lidocain 2% selama 10-15 menit, tindakan
ini hati-hati dilakukan pada penderita dengan riwayat hipertensi
3. Sumber perdarahan terlihat kaustik dg larutan Nitras Argenti
20-30% dan bila tidak berhasil tampon anterior,
dipertahankan 2x24 jam
34
Perdarahan Posterior:
35
Sering di jumpai
E/:
kecelakaan lalulintas, kecelakaan tempat kerja/
rumahtangga/olahraga dan perkelahian
Pemx fisik :
gangguan jalan nafas, perdarahan dari hidung/mulut,
tensi, edema dan hematom hidung, deformitas hidung,
krepitasi tulang hidung, luka terbuka di hidung
36
Pemeriksaan penunjang : Ro hidung, ro water’s
TINDAKAN SEGERA:
1. Bebaskan jalan nafas
2. Hentikan perdarahan
3. Infus bila perlu
4. Pada trauma tertutup
Tidak ada edema reposisi segera 1-2 jam setelah trauma
Edema (+) reposisi setelah edema (-)
5. Trauma terbuka eksplorasi dan reposisi
37
Komplikasi neurologik
Robeknya duramater
Keluar cairan serebrospinal
Pneumosefalus
Laserasi otak
Hematome epidural/subdural
Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak
Komplikasi pada mata
Hematom mata
Kerusakan n. optikus
Epifora
Ptosis, dll
Komplikasi pada hidung
Bentuk hidung berubah
Obstruksi hidung krn fraktur/dislokasi/hematom septum
Hiposmia/anosmia
Epistaksis posterior krn robeknya arteri ethmoid
Duktus nasolakrimalis, dll
38
Kelompok I : Trauma laring
Kelompok II :Tuli mendadak
39