Anda di halaman 1dari 39

Dr. Ayu Trisna, Sp.

THT

1
Anamnesis
&
Pemx fisik:
• umur
• lokasi nyeri
Benda
BENDA
• sesak nafas Tindakan segera Asing
ASING
•Disfagi keluar
•Stridor
•Retraksi otot nafas

Pemeriksaan
Penunjang :
• Foto esofagus
• Foto torak
• Foto jar. lunak

2
- Stridor
- Disfoni -Laringoskopi
Benda asing di Laring - P. Heimlich
- retraksi di suprasternal, epigastrial, sela iga dan
klavikula

- Mengi
- Batuk
Benda asing di Trakea - Sesak nafas Bronkoskopi
- Palpatory thud
- Audible snap

- Disfoni,
- Batuk
Benda asing di - Sesak nafas - Bronkoskopi
Bronkus - Ro torak - Torakotomi
- atelektasis/empisema

3
- Odinofagi/disfagi
- Regurgitasi
Benda asing di
- Nyeri dada/epigastrium ESOFAGOSKOPI
Esofagus
- Ro. Jar. Lunak leher
- Esofagografi

Benda asing di MAE - Otalgia Ekstraksi corpal/ irigasi


-Sumbat an di telinga telinga

- hidung tersumbat
Ekstraksi dengan spekulum
Benda asing di Hidung - Ingus kental satu sisi hidung dan pengait
- Ingus berbau satu sisi hidung

4
Benda asing di sinus- Nyeri di daerah tersangkut corpal
piriformis -LI : corpal di sinus piriformis Laringoskopi untuk ekstraksi

Benda asing di - Rasa tertusuk di tenggorok


Ekstraksi dg menggunakan
faring/tonsil spatel lidah dan cunam

Benda asing di dasar - Odinofagi


lidah - Nyeri di leher Ekstraksi dengan pendekatan LI

5
ETIOLOGI :

1. Kelainan congenital laring


2. Oedema laring
3. Tumor laring
4. Spasme atau paralise pita suara
5. Corpus alienum laring
6. Trauma laring
7. Radang akut laring
8. Radang kronis laring

6
 Disfoni sampai afoni
 Sesak nafas (dispnea)
 Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu
inspirasi
 Retraksi pada saat inspirasi di suprasternal,
epigastrium, supraklavikula dan interkostal
 Gelisah
 Wajah pucat  sianosis

7
Jackson & Jackson membagi obstruksi laring dalam 4 stadium:

 Stadium I :
 Retraksi suprasternal minimal, pasien tenang, stridor inspirasi (+/-)
 Stadium II :
 Retraksi suprasternal makin dalam, retraksi epigastrium, pasien mulai
gelisah, stridor inspirasi
 Stadium III :
 Retraksi pada waktu inspirasi pada daerah suprasternal, epigastrum,
intercostal dan supraklavikula, pasien gelisah , dispneu berat, stridor
inspirasi- ekspirasi dan sianosis
 Stadium IV :
 Retraksi otot pernafasan bertambah dalam, sianosis, pasien tampak makin
melemah dan ngantuk, akhirnya meninggal karena asfiksia.
8
 Stridor inspirasi : obstruksi supraglottis
 Stridor ekspirasi : obstruksi subglottis
 Stridor insp. & eksp. : obstruksi glottis

TERAPI :
 Prinsip : menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau
membuat jalan nafas baru yang menjamin ventilasi.
 Tergantung stadium sumbatan laring

9
 Stadium 1 
 Tindakan konservatif : anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, oksigen
intermitten

 Stadium 2-3 
 Intubasi endotrakea dan trakeostomi

 Stadium 4 
 Krikotirotomi/ intubasi endotrakea

 Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasarkan


analisa gas darah
 Intubasi endotrakea tidak boleh melebihi 6 hari  trakeostomi,
karena dapat menimbulkan komplikasi : stenosis laring/trakea

10
 INDIKASI :
1. mengatasi sumbatan nafas
2. ventilasi
3. memudahkan mengisap sekret dari trakeobronkial
4. mencegah aspirasi sekret

 Ukuran ET dewasa dengan diameter 7 – 8,5 mm


 Lewat rongga hidung atau mulut
 Intubasi endotrakea tidak boleh lebih dari 6 hari dan selanjutnya sebaiknya
dilakukan trakeostomi

11
Keuntungannya :
- Perbaikan jalan nafas terjadi segera

- Menghindari tracheostomy tergesa-gesa

- Mudah memberikan anesthesia umum

- Menghindari terjadinya pneumothorax pada

obstruksi larynx yang berat.

Kerugiannya : kalau intubasi cukup lama :


ulcerasi mucosa, pembentukan jaringan granulasi, oedema
subglottis, laryngeal dan tracheal stenosis.

12
1. BERDASARKAN LOKASI :
 High : cincin 1 – 2
 Low : cincin 3 – 4
2. BERDASARKAN KEPERLUANNYA :
 Orderly : dipersiapkan
 Emergency
3. BERDASRKAN SAYATAN KULIT :
 Horizontal : yang umum dipakai
 Vertical : dalam keadaan emergency

13
Indikasi berdasarkan keperluannya :
- Keperluan terapi :
Penderita obstruksi laring stadium III & IV
- Prosedur elektif :
 Persiapan operasi traktus respirasi bag. atas.
 Cedera berat kepala
 Trauma tembus kepala & torak
 Orotrakea intubasi susah pada waktu tindakan
anestesi umum.

14
Fungsi Tracheostomy :

- Mengurangi dead-space 10 – 50 %

- Mengurangi tekanan aliran udara pernafasan

- Proteksi terhadap aspirasi

- Pasien bisa menelan tanpa adanya reflex apnoe

- Mudah membersihkan trakea

- Menyediakan saluran untuk pengobatan / humi-

difikasi cabang tracheobronchial.


- Mengurangi kekuatan batuk

15
 Mengisap sekret melalui kanul sering mungkin 
mencegah asfiksia
 Cuci kanul dalam (anak kanul) minimal 2 kali/hari
 Kanul luar dicuci setiap 2 minggu sekali  pada
pemakaian kanul yang lama
 Kain kasa dibawah kanul diganti setiap basah

16
17
PERASAT HEIMLICH

-Cara 1 :
Dari pasien yang tersedak, dilakukan Cara 2 :
penekanan mendadak daerah Epigastrium Pasien dibaringkan terlentang,
dengan kedua belah tangan yang kedua Dilakukan penekanan mendadak
tangan saling menggenggam pada daerah epigastrium dengan
kedua tangan

18
 Tergantung : besar,bentuk, posisi benda
 Menutupi laring,tersangkut diantara pita suara, di
subglotis
 Sumbatan total laring  asfiksia
 Sumbatan tidak total  disfoni-afoni, batuk, odinofagi,
mengi, sianosis, hemoptisis
 Pasien dapat menunjukkan letak benda asing tersangkut
 Terapi untuk sumbatan total:
- Perasat dari Heimlich
 Terapi untuk sumbatan tidak total:
- Laringoskop/ bronkoskop/ trakeostomi

19
 G/ : batuk tiba-tiba dan berulang dengan rasa
tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gagging),nafas berbunyi (mengi) pada saat
membuka mulut ( astmatoid wheezing)
 Gejala patognomonik palpatory thud
(sentuhan benda asing pada pita suara berupa
getaran di daerah tiroid ) atau audible snap (hal
diatas dapat didengar dgn stetoskop)
 Terapi : bronkoskopi atau trakeostomi

20
 Bronkus kanan >>> ( posisi lebih horizontal)
 75% kasus terjadi pada anak < 2 tahun
 Gejala  tergantung jenis benda asing dan Gejala awal sering
asimtomatis dan Ro torak tampak tidak ada kelainan
 Benda organik yang bersifat higroskopis  sumbatan bronkus
menghebat
 Benda anorganik iritasi ringan pada jaringan dan umumnya
mudah didiagnosis karena pada Ro. Tampak radio-opak
 Bila gejala tidak jelas dan ada riwayat tersedak / aspirasi benda
asing sebaiknya pasien diobservasi 24-48 jam

21
 Terapi :
- Bronkoskopi segera pada kasus benda asing
organik
- Torakotomi  bronkoskopi gagal seperti
benda asing yang tajam dan tersangkut
dijaringan

22
23
TINDAKAN BRONKOSKOPI

24
 Anamnesa  jenis makanan, waktu dan perjalanan
keluhan, lokasi sumbatan, gejala penyerta
 Pemx fisik  Inspeksi dan palpasi leher, rongga mulut
 Pemx radiologi  Ro : foto polos esofagus,
esofagografi, CT scan/MRI
 Terapi Esofagoskopi

25
26
 Anestesi :
 lokal
 umum
Cara : - posisi penderita terlentang
high & low
- esofagoskop dimasukkan
melalui mulut
- evaluasi kedalam esofagus

27
 Komplikasi : jarang
- perdarahan
- perforasi
 Dicegah dengan cara mengingat
prinsip esofagoskopi

28
29
 Kegawatdaruratan THT
 Perdarahan hidung : Ringan, banyak (profus)
tergantung sumber yaitu anterior septum nasi
(little’s area) atau dari posterior dari cabang
pembuluh darah yang lebih besar
 Penyebab ?, sumber ?
 Penatalaksanaan tergantung penyebab atau
sumber

30
Perdarahan anterior :
Kaustik atau tamponanterior

Anamnesis dan
Pemeriksaan fisik :
-Umur
-Keadaan umum Tindakan segera:
-Tensi & nadi -Perbaiki KU
-Trauma -Cari sumber
- tumor EPISTAKSIS Perdarahan
- Deviasi septum -Hentikan
- Infeksi perdarahan
- Hipertensi
- Kelainan darah
- Barotrauma
- Gangguan endokrin

Pemeriksaan
Penunjang :
Perdarahan
-DL
Posterior – tampon belloq
-Faal hemostasis
-EKG (atas indikasi)
-Uji faal ginjal
-Uji faal hepar
-Ro tl hidung & sinus para nasalis
-CT scan (atas indikasi

31
32
 Epistaksisi anterior :
- Asal : pleksus kisselbach di septum anterior, a.
etmoidalis anterior
- Perdarahan ringan
- sering korek hidung
 Epistaksis posterior :
- Asal : a. etmoidalis posterior, a. sfenopalatina
- Perdarahan hebat
- Pada px hipertensi,arteroskelosis atau
kardiovaskular
33
Manajemen penatalaksanaan epistaksis :
 Memijat hidung pada ala nasi selama 10 menit

 Perdarahan Anterior
1. Menekan hidung dari luar 10-15 menit, bila tidak berhasil :
tampon anterior dipertahankan 2x24 jam ( terbuat dari kasa yang
diberi vaselin atau salep antibiotika)
2. Pasang tampon sementara yang dibasahi adrenalin 1/5.000 –
1/10.000 atau pantocain/ lidocain 2% selama 10-15 menit, tindakan
ini hati-hati dilakukan pada penderita dengan riwayat hipertensi
3. Sumber perdarahan terlihat  kaustik dg larutan Nitras Argenti
20-30% dan bila tidak berhasil  tampon anterior,
dipertahankan 2x24 jam
34
 Perdarahan Posterior:

Perdarahan hebat / profius seperti dari A. Sfenopalatina, A.


ethmoid posterior
1. Tampon anterior padat yang dibasahi dengan vaselin
atau kemicetin salep selama 48 jam.
2. Pemasangan Belloque tampon pada perdarahan profus
pada kasus perdarahan posterior yang tidak berhenti
dengan tampon anterior

35
 Sering di jumpai
 E/:
 kecelakaan lalulintas, kecelakaan tempat kerja/
rumahtangga/olahraga dan perkelahian
 Pemx fisik :
 gangguan jalan nafas, perdarahan dari hidung/mulut,
tensi, edema dan hematom hidung, deformitas hidung,
krepitasi tulang hidung, luka terbuka di hidung

36
 Pemeriksaan penunjang : Ro hidung, ro water’s
 TINDAKAN SEGERA:
1. Bebaskan jalan nafas
2. Hentikan perdarahan
3. Infus bila perlu
4. Pada trauma tertutup 
 Tidak ada edema  reposisi segera 1-2 jam setelah trauma
 Edema (+)  reposisi setelah edema (-)
5. Trauma terbuka  eksplorasi dan reposisi

37
 Komplikasi neurologik
 Robeknya duramater
 Keluar cairan serebrospinal
 Pneumosefalus
 Laserasi otak
 Hematome epidural/subdural
 Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak
 Komplikasi pada mata
 Hematom mata
 Kerusakan n. optikus
 Epifora
 Ptosis, dll
 Komplikasi pada hidung
 Bentuk hidung berubah
 Obstruksi hidung krn fraktur/dislokasi/hematom septum
 Hiposmia/anosmia
 Epistaksis posterior krn robeknya arteri ethmoid
 Duktus nasolakrimalis, dll

38
 Kelompok I : Trauma laring
 Kelompok II :Tuli mendadak

Dikumpul hari sabtu

39

Anda mungkin juga menyukai