Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI JOKO WIDODO

ANDHIKA DARAKA PUTRA


NO ABSEN : 06
Biodata Jokowi - Joko Widodo

Nama Populer : Jokowi


Nama Lengkap : Ir. Joko Widodo
Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Partai politik : PDI Perjuangan
Istri : Ny. Hj. Iriana Joko Widodo
Anak : Gibran Rakabumi Raka, Kahiyang Ayu, Kaesang Pangerap
Agama : Islam - Hobby : Penikmat musik rock
Riwayat Pendidikan :
- SDN 111 Tirtoyoso Solo, SMPN 1 Solo, SMAN 6 Solo
- Almamater : Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985
Pekerjaan : Pengusaha, Eksportir Mebel, Walikota Solo 2005-2010 dan 2010-2015
Karir

 Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo


(1990)
 Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang
dan Industri Surakarta (1992-1996)
 Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan
Indonesia Surakarta (2002-2007)
Penghargaan

 Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh


2008″
 Menjadi walikota terbaik tahun 2009
 Pak Joko Widodo jg meraih penghargaan Bung Hatta
Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama
membangun dan memimpin kota Solo.
 Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award
Ir. H. Joko Widodo yang lahir di Surakarta, 21 Juni 1961
lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi adalah
pengusaha mebel dan Beliau merupakan Walikota
Surakarta (Solo) selama dua kali masa bakti 2005-2015.
Dalam masa jabatannya, ia diwakili F.X. Hadi Rudyatmo
sebagai wakil walikota. Ketika itu, dia dicalonkan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tahun 2012 ini, Beliau
bersama dengan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (Ahok)
maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta.
Sikap apa yang Anda bawa dalam
menjalankan karier sebagai birokrat?
Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel. Saya enggak
berpikir macam-macam, wong enggak bisa apa-apa. Mau dinilai tidak baik, silakan,
mau dinilai baik, ya silakan. Saya kan tugasnya hanya bekerja. Enggak ada
kemauan macam-macam. Enggak punya target apa-apa. Bekerja. Begitu saja.
Bener, saya tidak muluk-muluk dan sebenarnya yang kita jalankan pun semua
orang bisa ngerjain. Hanya, mau enggak. Punya niat enggak. Itu saja. Enggak usah
tinggi-tinggi. Sederhana sekali.
Contoh, lima tahun yang lalu, pelayanan KTP kita di kecamatan semrawut. KTP
bisa dua minggu, bisa tiga minggu selesai. Tidak ada waktu yang jelas. Bergantung
pada yang meminta, seminggu bisa, dua minggu bisa. Tapi, dengan memperbaiki
sistem, apa pun akan bisa berubah. Menyiapkan sistem, kemudian melaksanakan
sistem itu, dan kalau ada yang enggak mau melaksanakan sistem, ya, saya injak.
Awalnya reaksi internal bagaimana?
Ya biasa, resistensi setahun di depan, tapi setelah itu, ya, biasa saja. Semuanya
kalau sudah biasa, ya semuanya senang. Ya, kita mengerti itu masalah kue, ternyata
ya juga bisa dilakukan.
Untuk mengubah sistem proses KTP itu, tiga lurah saya copot, satu camat saya
copot. Saat itu, ketika rapat diikuti 51 lurah, ada tiga lurah yang kelihatan tidak niat.
Enggak mungkin satu jam, pak, paling tiga hari, kata mereka. Besoknya lurah itu tidak
menjabat. Kalau saya, gitu saja. Rapat lima camat lagi, ada satu camat, sulit pak,
karena harus entri data. Wah ini sama, lah. Ya, sudah.
Nyatanya, setelah mereka hilang, sistemnya bisa jalan. Seluruh kecamatan
sekarang sudah seperti bank. Tidak ada lagi sekat antara masyarakat dan pegawai,
terbuka semua. Satu jam juga sudah jadi. Rupiah yang harus dibayar sesuai perda, Rp
5.000.
Anda juga punya pengalaman menarik dalam
penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang
kemudian banyak menjadi rujukan?
Iya. Sekarang banyak daerah-daerah ke sini, mau mengubah
mindset. Oh ternyata penanganan (PKL) bisa tanpa berantem.
Memang tidak mudah. Pengalaman kami waktu itu adalah
memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang sudah dijadikan
tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20
tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi
tempat dagang sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah
kekumuhan.
Lima tahun yang lalu, mereka saya undang makan di sini (ruang
rapat rumah dinas wali kota). Saya ajak makan siang, saya ajak
makan malam. Saya ajak bicara. Sampai 54 kali, saya ajak makan
siang, makan malam, seperti ini. Tujuh bulan seperti ini. Akhirnya,
Soal pendidikan, di beberapa daerah sudah
banyak dilakukan pendidikan gratis, apakah di
Solo juga begitu?

Kita beda. Di sini, kita menerbitkan kartu untuk siswa,


ada platinum, gold, dan silver. Mereka yang paling miskin
itu memperoleh kartu platinum. Mereka ini gratis
semuanya, mulai dari uang pangkal sampai kebutuhan
sekolah dan juga biaya operasional. Kemudian, yang
gold itu mendapat fasilitas, tapi tak sebanyak platinum.
Begitu juga yang silver, hanya dibayari pemkot untuk
kebutuhan tertentu.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai