Anda di halaman 1dari 62

STRABISMUS

Dr. Neneng Helijanti, Sp.M


Ilmu Kesehatan Mata
Universitas Tadulako 2017
STRABISMUS

EKSOTROPIA
ESOTROPIA
EKSOTROPIA

 Eksotropia:bentuk strabismus divergen dmn mata berp


utar shg kornea berdeviasi ke temporal dan fovea berot
asi ke nasal.
 fusistrabismus laten (heteroporia), intermitten dan m
anifes (heterotropia).
 Istilah comitant (concomitant) dan incomitant (noncom
itant) dipakai untuk menggambarkan penilaian motorik
.
 Arah deviasi: esotropia, eksotropia, hypertropia kanan
atau kiri dan siklotropia.
 Friedmann dkk:strabismus 498 bayi; 72,2 % menderita e
sotropia dan 23 % eksotropia.
 Survei di Scandinavia, Great Britain & AS  1 : 3

Etiologi.
 Tidak diketahui, diduga anatomi dan innervasi didalam o
rbita, herediter untuk eksotropia.
 Kelainan vertikal dan sudut deviasi yang berubah pada wakt
u mata bergerak ke atas atau ke bawah ( Pola A and V).

 Pola V : strabismus horizontal yang sudutnya berubah antar


a 150 – 300 pada waktu melihat ke atas dan 300 pada waktu
melihat ke bawah.

 Pola A : strabismus horizontal sudutnya 100 – 300 keatas da


n 300 ke arah bawah
 Gambar 1. Pola V Gambar 2. Pola A
Klasifikasi.

 Duane: deviasi basic, divergence excess dan convergence i


nsufficiency.
 Variasi lain: eksoporia konstan, eksotropia intermitten dan e
ksotropia konstan.
 Pembagian lain pseudoeksotropia, eksoporia, eksotropia int
ermitten, eksotropia konstan, convergence insufficiency dan
convergence paralysis.
Pseudoeksotropia.

 Penampakan dari eksodeviasi ketika mata sebenarnya l


urus.
 1. Sudut kappa positif tanpa kelainan okuler lain.
 2. Jauhnya jarak antara pupil.
 3. Sudut kappa positif dengan kelainan okuler seperti
letak makula yang lebih ke temporal pd ROP.
Eksoporia.

 Eksodeviasi yang masih dikontrol oleh fusi pada keadaan bin


ocular vision.
 Eksoporia dideteksi ketika binocular vision terputus
 Asimptomatis jika sudut strabismus kecil dan amplitudo fusi
adekuat, lama-kelamaan astenofia.
 Terapi biasanya tidak perlu bila tidak berlangsung ke arah e
ksotropia intermitten.1
Eksotropia intermitten.
 Eksodeviasi masih dapat dikontrol oleh fusi.
 stereoacuity dan fusi bifoveal sangat bagus.
 paling sering ditemukan.
 berdasarkan perbedaan antara alternating prism dan tes
cover diukur pada jarak jauh dan dekat dan perubahan
pada pengukuran jarak dekat yang dihasilkan oleh oklu
si unilateral atau lensa +3,00 dioptri :
Tipe basic , divergence excess, true divergence excess,
simulated divergence excess, convergence insufficiency,
Eksotropia intermitten (X-XT) karakteristik :
1. Onset umur 1 tahun
2. berdeviasi ketika pasien lelah, mengantuk, melamun, pa
da sore hari atau ketika melihat jauh.
3. tes cover onset intermitten eksotropia muncul
4. Mata yang tidak terlibat ditutup ketika terpapar
5. refraksi sama dengan anak normal
6. Ambliopia jarang terjadi.
7. deviasi dasar yang besar dan alternate fixation yang bif
ixasi pada objek yang menonjol/lensa minus digunakan
.
Gambaran klinis.

 Onset sebelum umur 5 tahun


 deviasi sering menjadi manifes pada waktu mata tidak berfik
sasi, lelah atau stres,sore hari bersama dengan kelelahan, s
akit, melamun, mengantuk atau ketika anak dimarahi.
 Pada paparan matahari sering menyebabkan refleks menut
up pada mata yang satunya
Pemeriksaan klinis.

 Anamnese, umur pertama kali onset muncul, keseringa


n dan keadaan spesifik

 ketajaman penglihatan, pergerakan bola mata, pemeriksaan


refraksi dibawah pengaruh sikloplegi, cover test, pengukuran
sudut deviasi, estimasi keadaan binocular vision.
Indikasi pengobatan.

 gejala, sering dan lamanya fase tropia.

 Wright :juling pada waktu terpapar cahaya, manifes gejala as


tenofianya, diplopia, progresifitas, fase tropia meningkat kes
eringan atau lamanya waktu
Pengobatan non-operatif

 tidak terlalu efektif.


 convergence insufficiecy, latihan konvergensi.
 oklusi monokular pada mata yang dominan.
 untuk pasien miop ringan, untuk memberikan koreksi l
ensa minus lebih.
Pengobatan secara operatif.
 resesi m.rectus lateral.
 Wright: hasilnya menjadi comitan.
 prosedur resesi-reseksi menghasilkan incomitant sesud
ah operasi, sering dengan esodeviasi pada sisi mata yan
g dioperasi.
 kesulitan untuk fusi, diplopia pada sisi pandangan
# resesi m.rectus lateral menurut Wright :
15 = 4,0 mm 30 = 7,0 mm
20 = 5,0 mm 35 = 7,5 mm
25 = 6,0 mm 40 = 8,0 mm
50 = 9,0 mm
 Limbal approach pada resesi m. rectus medial.

Gambar 3. Insisi konjungtiva pada limbal approach


 Gambar 4. Isolasi otot
Gambar 5. Memisahkankan ligamen Check
Gambar 6. Insisi septum intermuskularis
Gambar 7. Memisahkan kapsula Tenon anterior
 Gambar 8.Menguatkan otot dengan jahitan
Gambar 9. Memotong otot

Gambar 10. Membuat tempat insersi baru


Gambar 11. Menguatkan otot
Gambar 12. Menguatkan otot
Gambar 13. Konjungtiva diletakkan kembali ke posisi asal
Eksotropia konstan.
 lebih sering pada dewasa
 deviasi intermitten yang tidak terkompensasi atau kegagala
n visual
satu mata
 penyebab dapat diperbaiki, potensia mempunyai single atau
binocular vision.
 Terapi resesi m. rectus lateral dengan / tanpa mengencangk
an m. rectus medialis.
 eksotropia kongenital, eksotropia sensori, eksotropia konsek
utif, Exotropic Duane Syndrome, kelainan neuromuskuler, di
ssociated horizontal deviation.
Eksotropia kongenital.

 sebelum umur 6 bulan berhub dengan kegagalan perkemba


ngan neurologis atau kelianan kraniofasial.

 Potensi untuk stereopsis dan fiksasi bifoveal jelek.

 Operasi yang cepat bisa menolong untuk mempertahankan f


usiperifer tetapi sedikit literatur yang mendukung
Eksotropia sensori.

 keadaan yang mengurangi tajam penglihatan pada satu


mata dapat menyebabkan eksotropia sensori.
 anisometrop, kekeruhan kornea atau lensa, atropi saraf
optik dan lesi makula.
 eksotropia sensori dapat diperbaiki tajam penglihatann
ya, fusi perifer kadang-kadang berubah kembali
Eksotropia konsekutif.

 eksotropia yang mengikuti operasi strabismus esotropia


.

 Pengobatan tergantung besarnya deviasi, tipe dan bany


aknya operasi sebelum eksotropia ini berkembang, ada
nya keterbatasan dari duksi, lateral incomitance dan tin
gkatan tajam penglihatan pada setiap mata.
Exotropic Duane Syndrome.

 eksotropia, wajah memutar ke arah menjauhi mata yang terk


ena, adduksi

 penyempitan palpebra, retraksi bola mata dan khas gerakan


berlebihan ke atas dan bawah pada saat adduksi
Kelainan neuromuskuler.

 kelumpuhan N.III, internuclear ophthalmoplegia atau myaste


nia gravis.
 Dissociated strabismus :komponen vertikal, horizontal dan to
rsional.
 Terapi biasanya unilateral atau bilateral resesi m. rectus late
ral
Convergence paralysis.

 biasanya sekunder terhadap lesi intrakranial,


 onsetnya akut dan ketidak mampuan pasien untuk mem
akai prisma base-out.
 lesi di corpora quadrigemina atau nukleus N.III.
 Pengobatan prisma base-in pada jarak dekat untuk meringa
nkan diplopia.
 Oklusi pada satu mata pada jarak dekat dan operasi otot ma
ta adalah kontraindikasi
Penutup.

 Eksotropia adalah strabismus divergen,


 Fusinya: laten (heteroporia), intermitten dan manifes (h
eterotropia).
 penilaian motorik : bentuk comitan dan incomitan,
 arah deviasi: esotropia, eksotropia, hipertropia kanan/ki
ri dan siklotropia.
 Eksotropia intermitten bentuk paling sering.
 Pengobatan tergangtung gejala, sering dan lamanya fas
e tropia.
 Pengobatan yang dilakukan bisa non-operatif dan opera
tif.
 operatif : limbal approach untuk resesi m.rectus laterali
s.
ESOTROPIA
- Melihat : mata rantai dari stimulasi cahaya s
ensasi dan persepsi
- Ketajaman penglihatan & binokularitas tdk l
gsg sama dgn org dws.
- perkembangan visus baik bila 6 psg otot eks
trinsik BM serta ssp mampu memfusi 2 gbr
- Eso : kedlm, trepo : berputar.
Infantile esotropia
 6 bln pertama kehidupan
 Herediter, autosomal resesif
 Cerebral palsy, hidrosefalus, mental retardasi, medn
igomielocele, intraventrikular hemorhagik, abducens
palsy
 Ambliopia, > 30 ∆, stabil, nistagmus horisontal, astig
mat, miopia, def abduksi, kepala miring.
 R/: koreksi ambliopia/ggg refraksi, resesi rektus med
ial.
Classic congenital esotropia

 Umur 6 bln, fiksasi silang, #ggg CNS,k


epala miring, herediter.
 R/: resesi & reseksi + myektomi oblik i
nf
Manifes laten nistagmus
 Abduksi meningkat
 Kepala miring
 Nigtasmus saat ke 2 mata terbuka
 Hanya satu mata dipazkai melihat
Nistagmus blockage syndr
 Insiden ↓ , ~ down sindr, oclar albiisme, cerebr
al palsy, hidrocefalus, esotropia 80-90∆.
 Nistagmus  mata lurus kedepan
 Resesi 7 mm ke 2 rektus medial, reseksi 10 m
m rektus lateral
Accomodative esotropia
 Deviasi konvergen ~ refleks akomodasi
 Onset 6 bln – 7 thn, umur rata rata 2,5 th
n, asimptomik, herediter, ambliopia
REFRAKTIF AKOMODATIF ESOTROPIA

 Hiperopia 4 – 7 D
 Terapi ambliopia, koreksi hiperopia dgn
siklopentolat/atropin, operasi.
NON REFRAKTIF ACCOMODATIVE ES
OTROPIA

 Esotropia > melihat dekat


 > hipermetrop
 Kacamata bifokal, long acting cholenest
erase inhibitor, resesi rektus medial
Partially accomodative esotropia

 Hipermetrop, Ratio AC/C tinggi→ esotropia j


arak jauh da dekat.
 Kacamata, Operasi bila hiperopik > + 4.00 D
on accomodative Acquired esotropia
 Onset bervariasi, umur 1-8 thn, 10,4 % dari seluruh esotrop
ia.
 Penyakit, trauma, emosi, tiba tiba, intermitten
 Deviasi melihat jauh & dekat

Basic Acquired esotropia


 6 bl – akhir masa kanak kanak, deviasi dekat = jauh.
 Terapi ambliopia, operasi.
 Acute esotropia
– Akut, diplopia tiba tiba, fisik, stres, emosi, idiopatik, hiper
metrop,
– 30-60 ∆, terapi kacamata prisma dan operasi.

 Cyclic esotropia
– Sangat jarang, umur prasekolah, kpongenital, intermitte
n, siklus 48 jam, ambliopia.
– Tangani ambliopia, operasi, phenobalbital & amphetami
n.
 Sensory deprivation esodeviation
– Anisometrop, ambliopia, lesi organik satu mata
– Terapi : hilangkan penghalang, fokus bayangan retina, r
esesi rektus medial + reseksi rektus layeral, myektomi o
blik inf.
 Divergence insuficiency
– Esodeviasi >jauh, terapi : prisma base out, resesi rektus
lateral.
 Divergence paralysis
– Tumor dipontin, trauma kepala, kel neurologik.
 Spasme of near synkinetik refleks
– Intermitten, pseudomiopia

 Surgical esodeviation

– Esodeviasi spontan post op eksodeviasi, diplopia tba tib


a, paresus unilateral/bilateral N abducens, Esotropia > j
auh .
– Terapi: prisma base out, miotikum, operasi.
Incomitant esotropia
 Sixth N palsy
 Paresis rek lat, kepala miring, diplopia, lesi i
ntrakranial, inf,imun.MRI : tanda neurologik.
 Operasi setelah follow up 6 bln.Mekemahka
n m rek lat, resesi/resksi mata parese. Botox.
Med rektus restriction
 Thyroid oftalmopathy, frak ddg or
bita, overreseksi rek med.
Thyroid oftalmopahty
 Elevasi, abduksi/adduksi.eksoftalm
os,retraksi palpebra
Duane’s Sind
 Disfx neurogenik btg otak umur 4 mgg, retrak
si bola mata ke orbita, tuli, ggg bicara.
Mobius sindr
 Fasial diplegi kongenital
 Terbatas grk mata horisontal, lagoftalmos, ma
lformasi telinga, bifida uvula
• Operasi

- Meningkatkan Fx mata, kosmetik, hilangk


an diplopia, koreksi posisi kepala
- Melemahkan otot :resesi, marginal mioto
mi, poor fixation suture.
- Menguatkan otot : reseksi, melipat otot, m
ajukan ltk otot
- ubah arah gerakan otot :
vert transposisi rek horisontal, hummelshei
ms, jensen.
Tabel 1. Penanganan Resesi da
n Reseksi
 ET Recess MROU Resect LRO
U
15 Δ 3 mm 4 mm
20 Δ 3.5 mm 5 mm
25 Δ 4 mm 6 mm
30 Δ 4.5 mm 7 mm
35 Δ 5 mm 8 mm
40 Δ 5.5 mm 9 mm
50 Δ 6 mm 10 mm
60 Δ 7 mm 10 mm
ET Recess MR and Resect LR
Tabel 2. Hasil koreksi operasi dalam
prisma dioptri

Operasi Koreksi ( prisma dioptri )

1 mm MR Resesi 5
1 mm MR Reseksi 2,5
1 mm LR Resesi 2,5
1 mm LR reseksi 2,5
GENETIK
 Hipokrates : Genetik pd strabismus
 Ing & Pang : esotropia > klt putih
 Esotropia 48 % dlm kel strabismus.
 Anomali kromosom, 59 % anomali 49 xxxy, 3
3% trisomi 21
Strabismus

Kerja otot : Paralitik dan non paralitik


Manifestasinya : tropia dan phoria
Posisi mata : Esophria/tropia/ dan ekso…..
Hyper…./hypo……

Anda mungkin juga menyukai