Dokter Gina BBLR, MITRA GATHERING
Dokter Gina BBLR, MITRA GATHERING
Asfiksia/trauma
Asphyxia/trauma
28%
28%
BKB/BBLR
LBW/preterm
24%
24%
4x
2000 – 2499 > 2500
10x
> 3000 – 3499
Terutama karena:
Prematuritas & Kelainan Bawaan
Klasifikasi Bayi berdasarkan
Berat Badan
50%
SMK 25%
10%
KMK
Klasifikasi Bayi berdasarkan
Usia Gestasi
Postur
Sudut
Pergelangan
Tangan
Rekoil
Lengan
Sudut
Poplitea
Tanda
Selempang
Tumit ke
Telinga
2/16/2020 nanid_06 14
NILAI TOTAL MINGGU
Angka (Neromuskular+
Fisis)
Maturitas − 10 20
−5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
2/16/2020 nanid_06 15
50 44
BMK
90%
75%
50%
SMK 25%
10%
KMK
PENYEBAB & FAKTOR RESIKO
Riwayat partus preterm
Faktor sosial seperti status sosial ekonomi
Usia ibu (< 20 atau > 40 tahun)
Ibu pecandu narkotik
Penyakit infeksi pada ibu,
seperti infeksi genital vaginosis bakterial
dan infeksi traktus urinarius
Kehamilan ganda,
khususnya pada kasus riwayat infertilitas
yang berhasil diobati.
MASALAH PERAWATAN BKB/ BBLR
Bentuk tubuh :
- luas permukaan tubuh
- jaringan subkutan yang tipis
- brown fat belum terbentuk
Daya tahan tubuh rendah
Fungsi organ tubuh immatur :
- struktur jaringan tubuh
- sistem pernafasan
- saluran pencernaan makanan & hati
- metabolisme
PENYULIT – PENYULIT
1. CNS : Apnea, Perdarahan intra ventrikularis
2. Hipotermia, karena : - Luas permukaan tubuh
- Jaringan lemak subkutan
- Cadangan makanan sedikit
3. Sistem Pernafasan : Asfiksia, RDS (Resporatory Distress
Sydrome)
Terutama pada BBLR yang kurang bulan, disebabkan o.k.
kekurangan surfactan
4. Asidosis metabolik
5. Infeksi
6. Sistem Pencernaan :NEC (Necrotizing Enterocolitis)
7. Hipoglikemia
8. Polisitemia (terutama BBLR dengan KMK)
9. MAS (Meconium Aspiration Syndrome)
10. IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
TATA LAKSANA UMUM
PERAWATAN BBLR
A. MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH
B. MENCEGAH INFEKSI
C. PENGAWASAN NUTRISI -- ASI
D. PEMANTAUAN BERAT BADAN
E. MEWASPADAI BEBERAPA PENYAKIT YG
BERHUBUNGAN DENGAN
PREMATURITAS
LUAS PERMUKAAN TUBUH
BROWN FAT BELUM TERBENTUK
PUSAT TERMOREGULASI BELUM SEMPURNA
B. METODE KANGURU
“Incubator”
“BABY BONDING”
MENCEGAH INFEKSI
ANTIBIOTIK YG TEPAT
PENGAWASAN NUTRISI
(sesuaikan kondisi bayi)
A. PARENTERAL
B. ENTERAL-- ASI
Sumber : Jadcherla SR et al. Gastroesophageal Reflux in the Preterm Neonate NeoReviews 2005 : 6(2); e87
GSC - NECROTIZING ENTEROCOLITIS (NEC)
Angka kejadian 1-3 per 1,000 kelahiran hidup.
Pada BKB/BBLR <1500 g : 7-10 %
90% pasien NEC adalah BKB. Terjadi karena
sistem imun gastrointestinal yang belum matang.
Faktor lain yang berkaitanan dengan NEC adalah
perubahan nutrisi enteral & adanya kolonisasi
bakteri.
Hipotesis : sinergi dari tiga faktor di atas nutrisi
merubah kolonisasi bakteri dalam usus BKB yang
belum berkembang sehingga timbul proses
inflamasi dengan segala akibatnya.
Sumber : Udall, J. N. Gastrointestinal host defense and necrotizing enterocolitis. J. Pediatr. 1990:117,S33-S43 Claud
EC et al. Hypothesis: inappropriate colonization of the premature intestine can cause neonatal necrotizing
enterocolitis. FASEB J. 2001;15:1398-1403.
Tata laksana NEC
Pada awal penyakit, dilakukan tata laksana
medik dengan memperhatikan perbaikan
ventilasi; menjaga keseimbangan elektrolit
dan asam basa; sirkulasi dipertahankan
agar tetap berlangsung optimal;
Antibiotika berspektrum luas diberikan
secara empiris, sesuai pola kuman yang ada
Nutrisi enteral dihentikan dan dilakukan
dekompresi lambung.
Bila terjadi perforasi atau kegagalan tata
laksana medik , tindakan bedah harus
segera dilakukan.
Sumber : Dimmitt RA, Moss RL. Clinical Management of Necrotizing Enterocolitis NeoReviews. 2001;2: E110-e117
Tindakan Pencegahan NEC
Upayakan pemberian ASI
Stimulasi fungsi usus – pemberian asupan nutrisi
minimal dan diencerkan.
Pemberian - small frequent feeding.
Hentikan pemberian minum bila terdapat residu
nutrisi – khususnya bila bercampur empedu.
Pertimbangkan dengan matang pemberian nutrisi
pasien PDA, Infus melalui pembuluh umbilikus,
Pemberian indometasin.
Pemberian antibiotika secara rasional untuk
menghindarkan resistensi bakteri.
Pertimbangkan terapi tambahan – adjuvant therapy
-IgG/IgA enteral; probiotik; asidifikasi formula
Sumber : 1. McKeown RE et al, Role of delayed feeding and of feeding increments in necrotizing
enterocolitis. J Pediatr 1992; 121:764-770
2. Lin HC et al. Oral probiotics reduce the incidence and severity of necrotizing enterocolitis
In very low birth weight infants. Pediatrics. 2005;115 :1 –4
Gangguan susunan saraf pusat
Sumber : Ment LR,, et al: Outcome of children in the indomethacin intraventricular hemorrhage
prevention trial. Pediatrics 2000; 105(3 Pt 1):485-491
Hidrosefalus Pasca Perdarahan
Penyebab dilatasi ventrikel pasca
perdarahan intraventrikular :
Adanya bekuan darah yang mengganggu
aliran cairan serebro spinal.
Hambatan absorpsi cairan serebrospinal
karena kerusakan villi arachnoid.
Terjadi arakhnoiditis oblitertif.
Sumbatan yang disebabkan jaringan
nekrotik.
Dan lain-lain
Sumber : Levy ML, et al. Outcome for preterm infants with germinal matrix hemorrhage and
progressive hydrocephalus. Neurosurgery 1997; 41:1111-1117
Periventricular leukomalacia (PVL)
Periventricular leukomalacia (PVL) –
adalah infark masa putih di sekitar
ventrikel lateral yang terjadi karena
iskhemia otak.
Kejadian Periventricular leukomalacia
ditemukan pada 25% BKB/BBLR
dengan berat badan yang < 1500
gram.
Sumber : Volpe JJ. Neurologic outcome of prematurity. Arch Neurol 1998;
55:297-300
Faktor Risiko
Periventricular Leukomalacia
BBLSR
Hipoksi/Iskhemia/Syok berat
Sepsis/meningitis
Kejang
Perdarahan Intraventrikular
Henti Kardiorespiratorik
Episode apnea
Bronchopulmonary dysplasia
Sumber : York J, Devoe M. Health Issues in Survivors of
Prematurity. South Med J 95(9):969-976, 2002.
Tata laksana gangguan SSP
Tata laksana optimal pada BKB/BBLR dapat
memperbaiki mortalitas, tetapi mengantarkan
bayi pada berbagai kelainan SSP yang
mungkin memerlukan perawatan terus
menerus.
Kelainan SSP tersebut dapat berupa
gangguan perkembangan saraf antara lain
gangguan belajar, mental retardasi, gangguan
sensori ataupun palsi serebral
Kesimpulan : Agar bayi dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal upaya teraman
adalah mempertahankan dan memperpanjang
kehidupan bayi dalam rahim.
Retinopathy of Prematurity - ROP
GANGGUAN PENGLIHATAN
Retinopathy of prematurity
(ROP) merupakan kelainan
mata yang ditandai dengan
proliferasi abnormal pembuluh
darah retina yang khusus
ditemukan pada BKB.
Retina dengan suplai
darah yang kurang
disertai gangguan
oksigenisasi.
Fakta pada ROP
Kelainan khusus hanya terlihat pada
BKB/BBLR
Angka kejadian ROP 16-17% pada
bayi kurang bulan.
Kejadian meningkat sampai 60% bila
berat badan lahir kurang 1251 grams.
Banyak faktor risiko yang turut
berperan dalam kejadian ROP
Sumber : Arroe M, Peitersen B Retinopathy of prematurity: review of a seven-year
period in a Danish neonatal intensive care unit. Acta Pediatr 1994; 83:501-505
Faktor Risiko ROP
Bayi Kurang Bulan dengan masa gestasi < 32
minggu.
Berat Badan Lahir Rendah (kurang atau sama
dengan1500 gram)
Berbagai kelainan BKB seperti : Perdarahan
intraventrikular, Respiratory distress
syndrome, Sepsis, Anemia, Defisiensi Vitamin
E dan penyakit berat lainnya.,
Bayi yang lama dalam ventilator
Pemberian transfusi darah
Pemberian oksigen yang berlebihan
Berbagai faktor ibu pranatal antara lain :
diabetes, preeclampsia, perokok berat, IUGR
Sumber : Laws F et al. Cryotherapy and laser treatment for acute retinopathy of prematurity:
refractive outcomes, a longitudinal study. Br J Ophthalmol 1997;81:12-15
Tata lakasana ROP
Bila laser atau cryotherapy tidak mampu
mencegah lanjutnya penyakit
dilakukan tindakan bedah.
SCLERAL BUCKLE
Meletakkan pita silikon yang dapat
melekatkan kembali lapisan retina ke
dinding orbita.
VITRECTOMY
Melakukan insisi jaringan ikat yang
terbentuk sehingga retina yang tadinya
meregang kembali normal dan terjadi
perlekatan kembali ke dinding orbita.
Fakta Hearing Loss pada Neonatus
Angka kejadian di AS 1-3 bayi per 1,000 kelahiran
menderita hearing loss .
3 per 1,000 kelahiran lainnya menderita hearing loss
ringan.
Sekitar 5% BKB dengan masa gestasi kurang dari 32
minggu menderita hearing loss pada usia 5 tahun.
Hearing loss – kelainan bawaan yang sering ditemukan
pada neonatus; 20 kali lebih banyak dari prevalensi
phenlyketonuria (PKU),
Di AS – identifikasi sering terlambat sampai usia 12 - 25
bln. Keterlambatan masa kritis stimulasi ke pusat
pendengaran di otak terlambat. Hal ini menghambat
perkembangan pendengaran dan bicara yang
selanjutnya akan mengganggu perkembangan sosial,
emosional dan kepandaian.
• Herrgard E, et al Hearing loss at the age of 5 years of children born preterm--a matter of definition.
Acta Paediatr 1995;84:1160-4.
• http://www.asha.org/about/legislation-advocacy/federal/ehdi/talking_points.htm
Faktor risiko hearing loss
pada BKB dan BBLR
Berat badan lahir kurang dari 1500 gram
Infeksi kongenital seperti CMV
Anomali Kraniofasial, termasuk kelainan pinna dan
liang telinga.
Hiperbilirubinemia yang mendapat transfusi tukar.
Pemberian obat-obatan yang bersifat ototoksik.
Meningitis bakterial
APGAR scores 1 menit 0-4 atau 5 menit 0-6.
Ventilasi mekanik lebih dari 5 hari.
Perawatan NICU lebih dari 48 jam.
METODE KANGURU
kondisi ibu & bayi stabil
kontak lekat ibu & bayi : kehangatan, ASI, dan
“baby bonding”
KESIMPULAN…...