Anda di halaman 1dari 38

PERDARAHAN TRIMESTER I

ABORTUS
PENGERTIAN
• Berakhirnya suatu
kehamilan sebelum janin
viabel atau dapat hidup di
dunia luar. Batasan untuk
abortus juga bermacam-
macam, ada yang
mengatakan batas masa
gestasi sampai 28 minggu
(Depkes,1996), 22 minggu,
dan 20 minggu.
• Abortus adalah • Untuk batasan dengan
keluarnya janin sebelum berat badan janin,
mencapai viabilitas. dikatakan abortus bila
Dimana masa getasi berat badannya telah
belum mencapai 22 lebih dari 500 gram
minggu dan beratnya sampai 1000 gram.
kurang dari 500gr
(Derek liewollyn&Jones,
2002).
INSIDEN
• Keguguran spontan
berkisar antara 10-15 % 
banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila
telah terjadi
komplikasi.dan gejala
ringan shg tidak datang ke
dokter atau RSmah sakit.3
• Profil pelaku aborsi di • Para wanita pelaku
Indonesia tidak sama aborsi adalah:
persis dengan di Wanita Muda Lebih dari
Amerika. dalam buku separuh atau 57%
“Facts of Life” oleh wanita pelaku aborsi,
Brian Clowes, Phd. adalah mereka yang
berusia dibawah 25
tahun. Bahkan 24% dari
mereka adalah wanita
remaja berusia dibawah
19 tahun.
INSIDEN
Usia Jumlah %
• Dibawah 15 tahun 14.200 0.9%
• 15-17 tahun 154.500` 9.9%
• 18-19 tahun 224.000 14.4%
• 20-24 tahun 527.700 33.9%
• 25-29 tahun 334.900 21.5%
• 30-34 tahun 188.500 12.1%
• 35-39 tahun 90.400 5.8%
• 40 tahun keatas 23.800 1.5%
PENYEBAB

1. Faktor janin, gangguan pertumbuhan zigot,


embrio,janin, ataupun plasenta
2. Faktor maternal, infeksi, penyakit vaskular,
kelainan endokrin, faktor Imunologis, trauma,
kelainan uterus.
3. Faktor Eksternal, diantaranya ada radiasi, dan
obat-obatan.
Penyebab
4. Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah
kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada
plasenta.
Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan
kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan
pengaruh dari luar. Kelainan plasenta disebabkan
endarteritis pada villi koriales yang menghambat
oksigenasi plasenta sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian
(Prawirohardjo, S, 2002).
Keadaan ibu yang menyebabkan abortus
1) penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
2) toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian
sehingga terjadi abortus,
3) penyakit menahun,
4) kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri,
mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002).

• Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas.


Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam.
• Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara
mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan.
• Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah
mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Keadaan ibu yang menyebabkan
abortus
1) penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria,
2) toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin
menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus,
3) penyakit menahun,
4) kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi
serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan
kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002).
Tindakan klinik yang dapat kita lakukan untuk
mengetahui terjadinya abortus
1) terlambat haid kurang dari 20 minggu,
2) Pem fisik yang terdiri dari KU tampak lemah, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan suhu badan normal
atau meningkat,
3) perdarahan pervagina yang disertai keluarnya jaringan janin, mual, dan nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus,
4) pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan
pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium/tidak bau busuk dari vulva
Inspekulo,
5) perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium,
6) colok vagina dengan melihat porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada saat
perabaan adneksa, dan kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri
(Arif Mansjoer dkk, 2004).
Pemeriksaan penunjang yang
umumnya dilakukan antara lain:
• 1) tes kehamilan akan menunjukkan hasil
positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 hari
setelah abortus,
• 2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup,
• 3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada
missed abortion (Arif Mansjoer dkk, 2004).
KLASIFIKASI
1. Abortus Spontan
• Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis atau
mekanis (Sastrawinata,2004)
2. Abortus Buatan
a. Abortus provocatus atrificialis
yaitu abortus buatan yang dikarenakan adanya indikasi
untuk kepentingan ibu, misalnya: penyakit jantung,
hipertensi esensial, dan karsinoma serviks.
b. Abortus provocatus criminalis
yaitu pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang
sah atau orang yang tidak berwenang dan dilarang
hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang.
Secara KLINIS, Abortus dibedakan menjadi :
Abortus Iminens Abortus insipiens

• adalah peristiwa peradangan • Abortus inkompletus adalah


uterus pada kehamilan pengeluaran sebagian janin
sebelum 20 minggu dengan pada kehamilan sebelum 20
adanya dilatasi serviks. minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus..
• Abortus ini baru mengancam
• Abortus ini sedang
dan masih ada harapan untuk
berlangsung dan tidak dapat
mempertahankannya, ostium dicegah lagi, ostium terbuka,
uteri tertutup, uterus sesuai teraba ketuban, berlangsung
dengan umur kehamilan. beberapa jam saja dengan
wanita yang tidak pernah
melakukan aborsi.
Abortus Abortus
Kompletus Inkompletus
Penderita abortus kompletus pengeluaran sebagian janin
pada kehamilan sebelum 20
ditemukan perdarahan sedikit, minggu dengan masih ada sisa
ostium uteri telah tertinggal dalam uterus.
menutup,uterus sudah mengecil Perdarahan tidak akan
dan tidak memerlukan berhenti sebelum sisa janin
pengobatan khusus, apabila dikelurkan, dapat
menderita anemia perlu diberi menyebabkan syok.
sulfas ferrosus atau transfuse
Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan dengan lengkap, • Sebagian dari buah kehamilan
ostium tertutup, uterus lebih telah dikeluarkan, tetapi
kecil dari umur kehamilan atau sebagian (jaringan plasenta
ostium terbuka kavum uteri biasanya) masih tertinggal di
kosong dalam rahim, ostium terbuka
teraba jaringan.
• Missed Abortion Abortus Habitualis
• Missed abortion adalah • Abortus yang telah
kehamilan yang tidak berulang dan berturut-
normal, janin mati pada turut, sekurang-
usia kurang dari 20 hari kurangnya 3 kali
dan tidak dapat dihindari berturut-turut.
• Medical aborsi adalah
cara terakhir untuk
melindungi seperti
surgical aborsi dengan
mengetahui resiko
kehamilan ectropic ,
aborsi spontan, kelahiran
dengan berat yang
minim, dan kelahiran
premature sebagai
rangkaian kehamilan.
GAMBARAN KLINIS
• Gejala abortus inkomplit berupa amenorea,
sakit perut, dan mulas-mulas. Perdarahan bisa
sedikit atau banyak, dan biasanya berupa
stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus
atau jaringan.
DIAGNOSIS
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan :
- Anamnesis
• o Adanya amenore pada masa reproduksi
• o Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi
• o Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis
- Pemeriksaan Fisis
• o Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan
• o Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus, dapat
juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
• o Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
• o Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
- Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu
bekuan, waktu perdarahan, trombosit., dan GDS.
2. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi.
PENATALAKSANAAN
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan
cairan yang cukup.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat
• Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
• Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
• atau antibiotika spektrum luas lainnya
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil
konsepsi.
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
• Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah
tindakan kuretase dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi
seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pasien
dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter
bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah
perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan
untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga
terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.
KOMPLIKASI

• 1. Perdarahan
• 2. Perforasi
• 3. Syok
• 4. Infeksi
PERDARAHAN TRIMESTER II
(PLASENTA PREVIA)
PENGERTIAN
• Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir(FKUI,2000).
• Menurut Prawiroharjo (1992),plasentaprevia ialah
plasenta yang implantasinya tidak normal,rendah sekali
hinggamenutupi seluruh atau sebagian
ostiuminternum.
• Menurut Cunningham (2006), plasentaprevia
merupakan implantasi plasenta di bagian bawah
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta
menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen
bawah rahim.
Klasifikasi Plasenta Previa menurut
Buku AmerikaSerikat :
• Palsenta previa totalis;
bila seluruh ostea
ditutupi oleh placenta

• Palsenta previa
partialis; bila sebagian
ostea ditutupi oleh
placenta
ETIOLOGI
• a. Umur dan paritas: Pada primigravida umur >35
tahun lebih sering dibandingkan umur < 25 tahun
dan pada multipora lebih sering
• b. Endometrium hipoplastis: kawin dan hamil umur
muda.
• c. Endometrium bercacat pada bekas persalinan beru
lang-ulang, bekas operasi, curettage, dan manual
placenta.
• d. Corpus luteum bereaksi lambat, dimana
endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
• e. Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.
• f. Kadang-kadang pada malnutrisi
PATOFISIOLOGIS
• Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen
atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh
organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta
previa. Karena segmen bawah agak merentang
selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam
usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran
anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus
sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi

TANDA DAN GEJALA
• Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa
diantaranya adalah :
• Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya
dan berulang.
• Darah biasanya berwarna merah segar.
• Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
• Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai
kelainan letak janin.
• Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak
banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa
dalam sebelumnya.
KOMPLIKASI
• Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan
komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
adanya plasenta
previa adalah sebagai berikut :
• Pada ibu dapat terjadi Perdarahan hingga syok
akibat perdarahan, Anemia karena
perdarahan Plasentitis, Endometritis pasca
persalinan
• Pada janin dapat terjadi :Persalinan
premature, Asfiksia berat
PENATALAKSANAAN
• Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan
untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta
previanya yaitu :
– Kaji kondisi fisik klien
– Menganjurkan klien untuk tidak coitus
– Menganjurkan klien istirahat
– Mengobservasi perdarahan
– Memeriksa tanda vital
– Memeriksa kadar Hb
– Berikan cairan pengganti intravena RL
– Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
– Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur
kehamilan
DIAGNOSA KEPERWATAN
• Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya
perdarahan.
• Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan
kelainan letak placenta.
• Risiko terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan
adanya perdarahan.
• Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene
sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
• Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kur
angnya pengetahuan tentang kehamilan yang
bermasalah.
PERDARAHAN TRIMESTER III
PENGERTIAN
Solusio Plasenta
• Terlepasnya sebagian
atau seluruh plasenta
yang implantasinya
normal, sebelum janin
dilahirkan, pada masa
kehamilan atau
persalinan, disertai
perdarahan
pervaginam, pada usia
kehamilan ³ 20 minggu.
Klasifikasi Solusio Plasenta
• a. Ringan : perdarahan kurang dari 100 – 200 cc, uterus
tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,
pelepasan plasenta kurang dari 1/6 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%.
• b. Sedang : perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang,
terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah
mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%.
• c. Berat : uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat
tanda renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan
plasenta dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian
permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• USG : menilai implantasi plasenta dan seberapa luas
terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya,
biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan bawaan
dan derajat maturasi plasenta.
• Laboratorium : darah perifer lengkap, fungsi
hemostasis, fungsi hati, atau fungsi ginjal (disesuaikan
dengan beratnya penyulit atau keadaan pasien).
Lakukan pemeriksaan dasar : hemoglobin, hematokrit,
trombosit, waktu pembekuan darah, waktu
protrombin, waktu tromboplastin parsial, dan elektrolit
plasma.
• Pemeriksaan Lain : atas indikasi medik.
Terapi Bedah
• 1. Partus per vaginam dengan kala dua
dipercepat.
• 2. Seksiosesarea atas indikasi medik.
• 3. Seksiohisterektomi bila terdapat
perdarahan postpartum yang tidak dapat
diatasi dengan terapi medikamentosa atau
ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya
boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai