Anda di halaman 1dari 9

STEREOTYPES & PREJUDICE IN

TRANSCULTURAL NURSING

DESI ARIYANA RAHAYU


STEREOTIPE
• Menurut Potter and Perry, stereotip adalah kepercayaan umum
mengenai orang, penggunaan stereotip dapat menghalangi
komunikasi dan dapat menghalangi hubungan antara klien-perawat.
• Menurut Smith (1999) stereotipe yakni seperangkat penilaian dari
kelompok lain dalam hubungannya dengan ingroup dalam situasi
terkini. Stereotip berasal dari bahasa latin yang berarti stereotip
yang artinya kaku dan tipos.
• Menurut Jeanny M Fatimah, stereotip merupakan gambaran
tertentu mengenai sifat-sifat dan watak dan pribadi individu atau
golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya
informasi dan sifat subjektif, dimana penilaian-penilaianya
mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-
lebihan.
• Menurut Quasthoff (1973:19) Stereotip adalah gambaran ciri-ciri
khas yang dimiliki orang tertentu atau sekelompok orang, dan
gambaran ini tidak dibentuk oleh orang atau kelompok orang
tersebut, melainkan oleh anggota masyarakat di luar kelompok.
MACAM STEREOTIPE
• STEREOTIPE GENDER: LAKI-LAKI, PEREMPUAN.
• STEREOTIPE RAS: MONGOLOID, KAUKASOID,
NEGROID, MELAYU.
• STEREOTIPE SUKU: CIRI FISIK, BAHASA,
KESENIAN, ADAT ISTIADAT.
• STEREOTIPE USIA: MUDA, TUA.
• STEREOTIPE EKONOMI: EKONOMI ATAS,
MENENGAH, BAWAH
HUBUNGAN STEREOTIPE
DENGAN KESEHATAN
• Maka dari itu peran perawat disini sangatlah penting untuk membuat suatu pandangan
dalam individu (pasien & keluarga pasien) yang memiliki latar belakang suku, budaya,
ras, adat dan agama yang berbeda sehingga nantinya tercipta sebuah stereotip yang
positif pada bidang kesehatan. Disini Perawat tidak hanya berfokus pada masalah
biologis pasien saja, namun juga ke masalah psikologis pasien.
• Dengan adanya transkultural nursing, dan memahami bagaimana Stereotip individu
(pasien) kita sebagai perawat bisa menyesuaikan diri dengan bagaimana pasien itu
bersikap, bagaimana pasien itu bicara dengan bahasanya, dan bagaimana perilaku pasien
untuk mendekati pasien dan menemukan akar masalah yang dialami pasien. Dengan
begitu pasien dan perawat akan terjalin hubungan yang baik dan akan terbentuk
kerjasama yang baik dalam proses pengobatan.
• Memahami Stereotip Individu dapat membantu perawat dalam mengenal berbagai
asumsi kebudayaan masyarakat. Sehingga perawat mampu menetapkan pelayanan
kesehatan yang tepat untuk diberikan kepada paseinnya.
• Selain itu, dari memahami Stereotip individu (pasien) juga kita dapat menemukan yang
menyebabkan penyakit pasien dari pola makan dan minum, perilaku kesehatan pasien,
dan bagaimana kepercayaan pasien terhadap konsep sehat sakitnya.
STEREOTYPE PERAWAT & DOKTER
• Stereotipe:
• Perawat lebih hangat tetapi kurang kompeten
daripada dokter.
• Perawat dan dokter pada dasarnya digambarkan
dengan stereotip ambivalen: perawat dipandang
sebagai komunal, kompeten secara sosial dan
peduli tetapi kurang kompeten, tidak agenik dan
kurang otonom.
• Sementara dokter dilihat sebagai agen, kompeten
dan otonom, tapi kurang komunal, kurang
kolektivis dan kurang sosial kompeten.
MANFAAT STEREOTIP PADA PERAWAT
Stereotype memiliki manfaat bagi perawat, diantaranya :
• Stereotip dapat membantu perawat untuk memulai komunikasi dengan
pasien dengan mengenal bagaimana bahasa pasien.
• Dengan mengenal bahasa pasien, stereotip juga membantu perawat untuk
dapat melakukan proses komunikasi yang baik dengan pasien.
• Dengan mengenal stereotip pasien perawat dapat menerapkan etika
sesuai budaya dan keyakinan pasien.
• Melalui stereotip perawat juga dapat memahami pemahaman sehat sakit
pasien.
• Dengan mengenal stereotip pasien, perawat dapat membantu pasien
dalam perubahan pada steriotip yang menyebabkan masalah kesehatan
• Stereotip dapat membantu perawat dalam penyesuaian diri terhadap
perilaku sekelompok pasien.
• Dapat mempermudah dalam penetapan sasaran pelayanan
• Serta sebagai bahan dalam melakukan pendekatan terhadap pasien.
PREJUDICE
• Prasangka adalah penilaian dari satu kelompok atau individu yang
terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok. Efek dari
prasangka adalah merusak dan menciptakan jarak yang luas. Sering
dikatakan bahwa prasangka adalah sikap sementara diskriminasi
adalah satu tindakan. Prasangka dipengaruhi oleh pilihan tentang
kebijakan public. Prasangka memiliki sumbangan terhadap oposisi
yang lebih besar terhadap kegiatan pihak yang menyetujui.
• Apakah stereotip dan prasangka betul-betul berbeda? Stereotip
adalah kognitif dan prasangka adalah afektif. Meskipun dalam
kenyataannya keduanya tercermin secara bersama-sama baik
kognitif maupun afektif.
• Prasangka dapat menjadi salah satu aspek distruktif tingkah laku
sosial manusia, sering menghasilkan kegiatan yang menyedihkan,
mengerikan dari tindak kekerasan. Prasangka sosial adalah gejala
dari psikologi sosial.
MACAM PRASANGKA
• Racism adalah prasangka ras yang menjadi
terlembagakan, yang tercermin dalam kebijakan
pemerintah, sekolah, dan sebagainya, dan dilakukan
oleh hadirnya struktur kekuatan sosial.
• Sexism prasangka yang telah digolongkan menentang
aggota dari salah satu jenis kelamin, berdasarkan pada
salah satu jenis kelamin.
• Ageism kecenderungan yang digolongkan terhadap
diskriminasi berdasar pada usia, prasangka berdasar
pada usia.
• Heterosexism keyakinan bahwa heteroseksual adalah
lebih baik atau lebih natural daripada homoseksuality.

Anda mungkin juga menyukai