Anda di halaman 1dari 11

Bab IV

PROFIL KOMUNITAS
Data Demografis

• UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling berdiri sejak


tahun 1958 bertempat di Kelurahan Sumberejo
Sejahtera Kemiling Kec.Tanjungkarang Barat.
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

• Desa Sumberejo Sejahtera merupakan salah satu dari


empat desa/kelurahan yang termasuk ke dalam
wilayah kerja Puskesmas Kemiling. Desa Sumberejo
Sejahtera memiliki luas wilayah 257,4 Km2, jumlah
penduduk 12.124 jiwa.
Sarana Kesehatan Komunitas
• Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

• Puskesmas Kemiling sudah merupakan puskesmas yang


terakreditasi, sehingga sarana dan prasarananya telah
lengkap.
Sumber Daya Kesehatan
• Setiap desa memiliki satu puskesmas pembantu (Pustu)
dan satu pos kesehatan keluarga (Poskeskel) yang
berfungsi untuk menunjang dan membantu
memperluas jangkauan Puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih
kecil, serta jenis dan kompetensi pelayananan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan tenaga
kesehatan.

• Pengetahuan tentang suatu penyakit yang terdapat


dalam lingkungan masyarakat di dapatkan secara
langsung dari program penyuluhan yang dilakukan oleh
Puskesmas Kemiling.
Data Kesehatan Masyarakat Komunitas
• Data kesehatan kejadian skabies di Puskesmas Rawat
Inap Kemiling belum dapat disajikan secara sistematis
dikarenakan pendataan yang kurang adekuat.
Diperkirakan jumlah kejadian skabies di Puskesmas
Rawat Inap Kemiling meliputi 3-5 kasus perbulan.
• Terapi yang diberikan Puskesmas Rawat Inap Kemiling
terhadap penyakit skabies berupa pemberian
permetrin 5% serta edukasi langsung kepada pasien
dan melakukan penjemuran kasur secara berkala. Dari
kegiatan skrining kesehatan kulit yang dilakukan
didapatkan data sebagai berikut.
Tabel 4. Skrining Kesehatan Kulit
No Jenis Penyakit Jumlah Penderita
1. Skabies 30
2. Dermatitis Kontak Alergi 2
3. Dermatitis Kontak Iritan 3
4. Dermatitis Atopi 5
5. Tinea Corporis 7
6. Tinea Cruris 2
7. Neurodermatitis 6
8. Impetigo 16
9. Varicella 13
10. Prurigo 5
Bab VI
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Masalah komunitas yang terjadi di lingkungan
Puskesmas Kemiling merupakan penyakit skabies yang
berulang di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
perilaku santri Pondok Pesantren dan Panti Asuhan M
yang memungkinkan tingginya penularan penyakit
skabies diantaranya adalah penggunaan handuk
bersama dan jarang mengganti seprai.

Prioritas penyebab masalah yang paling utama setelah


diidentifikasi adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit skabies.
Simpulan
Alternatif pemecahan masalah antara lain melakukan
pembentukan kader di setiap posyandu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit skabies dan membuat jadwal penjemuran
kasur dan karpet minimal 1 kali setiap 2 minggu serta
membentuk program kerja tambahan di Puskesmas
tentang penyakit skabies.

Advokasi yang dilakukan adalah mengajukan


pembentukan kader penyakit skabies di setiap
posyandu kepada kepala Puskesmas.
Saran
Membentuk kader di setiap posyandu untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit skabies.

Menjadwalkan kegiatan menjemur kasur setiap dua minggu


sekali.

Membentuk program kerja tambahan di Puskesmas tentang


penyakit skabies.
Daftar Pustaka
• Badri, M. 2007. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo.Media Litbang
Kesehatan.7(2). 20-7
• Boediardja S. 2003. Skabies pada Bayi dan Anak. Editor: Boediardja S, Sugito T, Kurniati D, Elandari. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
• Brown R.G., Burns T. 2002. Lecture Notes Dermatology. Edisi ke- 8. Jakarta: Penerbit Erlangga. pp: 42-47
• Burns DA. Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals. In: Burns T, Breathnac S, Cox N, and Griffiths C,
ed. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed. Oxford: Blackwell; 2004.p. 33.37-33.46.
• Gandahusada S., Ilahude H.D., Pribadi W. (ED). 2000. Parasitologi Kedokteran. Jaakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 264-266.
• Handoko R.P. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
pp: 122- 125
• Handoko R.P., 2009. Skabies. In: Djuanda A., Hamzah M., and Aisah S. Ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 122-125.
• Meinking TL, Burkhart CN, Burkhart CG. and Elgart G. Infections, Infestations, and Bites.In: Bolognia JL, Jorizzo JL, and
Rapini RP, ed. Dermatology. 2nded. New York: Elsevier; 2008.p. 1291-5.
• Orkin M. and Maibach HI.Ectoparasitic Disease.In: M. Orkin., H.I. Maibach., and M.V. Dahl, ed. Dermatology. 1st ed.
Connecticut: Appleton & Lange; 1991.p.205-9.
• Weller R, Hunter J, and Savin J. Infestations. In: Weller R, Hunter J, and Savin J, ed. Clinical Dermatology. 4th ed. Oxford:
Blackwell; 2008.p. 262-6
• Stone SP, Goldfarb JN, and Bacalieri RF. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7thed. New York: Mc-Graw Hill;
2008.p. 2029-32.
• Puskesmas Kemiling. 2019. Buku Profil Puskesmas Tahun 2019. Bandar Lampung: Puskesmas Kemiling.

Anda mungkin juga menyukai