GINTING
NPM :1915100369
PRODI :AKUNTANSI
KELAS { :REG.1 1F
MATA KULIAH :MANAJEMEN
Analisis Rantai Nilai Ikan Cakalang Di Kota Ambon, Maluku ............................................. (Estu
Sri Luhur dan Risna Yusuf)
Jurnal Jurnal Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Gedung Balitbang
KP I Lt. 4
Volume Dan Vol. 12 No. 1 , Halaman 93-105
Halaman
Tahun 2017
Penulis Estu Sri Luhur dan Risna Yusuf
Riviewer Cindi Putri Ayu Br. Ginting (1915100369)
Tanggal 14 Oktober 2019
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji rantai nilai komoditas ikan cakalang
Penelitian sehingga diperoleh besaran nilai tambah dan tingkat efesiensi pada setiap simpul
rantai pasok.
Objek Objek dalam penelitian ini adalah nelayan, pedagang, pengelola
Penelitian
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif asosiatif
Penelitian
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.
Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara dengan 4 instansi terkait (PPN Ambon, PPI Erie, Dinas
Kelautan dan Perikanan Kota Ambon, serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Maluku), 11 orang nelayan dengan hasil tangkapan ikan cakalang, 13 orang
pedagang/ pemasar, 7 orang pengolah ikan asar, dan 5 unit pengolahan ikan (cold
storage).
Teknik Basis penggunaan responden pedagang dan pengolah adalah menggunakan
Analisis teknik snow ball sampling, yaitu satu responden kunci (nelayan)
Data memberikan informasi tentang responden kunci lain (pedagang dan
pengolah ikan asar) dalam satu jalur rantai pasok (supply chain).
Populasi 4 instansi terkait (PPN Ambon, PPI Erie, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Ambon, serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku)
Sampel 11 orang nelayan dengan hasil tangkapan ikan cakalang, 13 orang pedagang/
pemasar, 7 orang pengolah ikan asar, dan 5 unit pengolahan ikan (cold
storage).
Hasil Rantai pasok ikan cakalang menunjukkan pihak UPI/cold storage menjadi
Penelitian lembaga pemasaran terbesar (50%) dalam aliran pasok dari nelayan,
sedangkan pedagang pengecer dan pengolahmasing-masing mendapat porsi
25% dari hasil tangkapan ikan cakalang dari nelayan.
Rantai nilai ikan cakalang menunjukkan nilai tambah terbesar dihasilkan
pada saluran pemasaran kedua, yaitu sebesar Rp. 23.062,-/kg. Hal ini
disebabkan oleh adanya proses pengolahan pengasapan terhadap bahan baku
utama (ikan cakalang) yang mengakibatkan nilai jual akhir meningkat hingga
lima kali lipat.
Simpul rantai pasok nelayan cenderung tidak efisien pada ketiga saluran
pemasaran. Hal ini disebabkan nelayan tidak memiliki kekuatan dalam
menentukan harga jual akibat terbentuknya struktur pasar yang monopsoni.
Kelebihan Memaparkan secara lengkap pendahuluan dan penulisannya teratur.
Kekurangan Space penulisannya tidak teratur
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 16 No. 1 [April 2015] 51-64
Optimalisasi Kinerja Rantai Pasokan dan Rantai Nilai [Jannah dkk.]
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa hambatan yang terjadi pada rantai
nilai Tembakau Kasturi berdasarkan temuan lapang dapat didentifikasi
sebagai berikut: Kurangnya penerapan Good Tobacco Practices (GTP),
Biaya usaha tani yang besar, Kurangnya modal, Kelembagaan petani
yang tidak solid, Ketidakseimbangan jenis pasokan dan jenis kebutuhan
tembakau, Biaya transportasi dan tenaga kerja tinggi, Kurangnya
teknologi pengeringan, Tidak ada kepastian harga dan pasar, Rantai
pemasaran yang panjang, Struktur pasar yang monopsoni, Akses pasar
terbatas asimetri informasi.
Kelebihan Isi jurnal singkat, padat, dan jelas, penggunaan kata yang tepat dan baku
Kekurangan Tidak memberitahukan deskripsi secara lengkap
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 2, No.
3, Juli 2013 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 99
Rantai Nilai Komoditas Kentang Granola di Desa
Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan
I MADE SUKAYANA
2. Metode Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2012 sampai maret 2013. Penentuan lokasi ini
dilakukan dengan metode purposive, yaitu suatu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja dan
terencana dengan dasar pertimbangan sebagai berikut : (1) Desa Candikuning merupakan salah satu
daerah yang penduduknya berusahatani komoditas kentang serta merupakan sentra produksi kentang di
Kecamatan Baturiti. (2) Petani di Desa Candikuning melakukan usahatani kentang secara kontinyu. (3)
Belum pernah dilakukan penelitian serupa di desa tersebut.
2.2 Metode Pengumpulan dan Variabel Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
observasi, wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuisioner, dan dengan
dokumentasi.
Menurut Antara (2006 ), populasi adalah kumpulan individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah
ditetapkan, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
Populasi dari penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani komoditas kentang di Desa
Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan yaitu sebanyak 50 rumah tangga petani kentang.
Responden dalam penelitian ini sebesar 30% dari keseluruhan populasi, sehingga jumlah responden yang
diambil sebanyak 15 petani kentang berdasarkan metode proposional random sampling. Untuk mengetahui
lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat, dipergunakan metode snowballing. Lembaga pemasaran yang
terlibat dalam penelitian ini ada tiga lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul sebanyak 4 orang,
pedagang besar sebanyak 2 orang, dan pedagang pengecer sebanyak 2 orang.
3. Simpulan dan Saran
3.1 Simpulan
Hasil penelitian di dapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
2. Metode Penelitian
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan metode purposive
sampling, penelitian dilaksanakan di desa Barus Jahe, Kecamatan Barus Jahe,
Kabupaten Karo, Sumatra Utara dimulai dari bulan Juli – November 2012.
Penentuan lokasi penelitian ini didasari dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Desa Barus Jahe merupakan salah satu sentra penghasil jeruk madu yang
terkenal di Kabupaten Karo.
2) Adanya kesediaan dari pemerintah desa dan juga penduduk di Desa Barus Jahe
dalam melakukan penelitian ini.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang dapat
dihitung, sedangkan data kualitatif adalah data yang tidak dapat dihitung dengan
satuan hitung. Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu share profit margin jeruk
madu dan data kualitatif dalam penelitian ini yaitu rantai nilai komoditas jeruk
madu, dan manajemen rantai nilainya. Sumber data yang digunakan adalah data
primer yang diperoleh langsung dari responden dan data sekunder yang diperoleh
dari literatur – literatur yang terkait dengan penelitian.
Metode yang digunakan dalam memperoleh data penelitian ini
adalah metode wawancara, dan metode kusioner. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 300 petani yang memiliki
memiliki areal jeruk madu di Desa Barus Jahe. Sampel yang digunakan
adalah 30 orang petani jeruk madu, hal ini sejalan dengan data ( Gay,
1976 ) yang menyatakan bahwa salah satu ukuran minimum yang
dapat diterima berdasarkan tipe penelitian yaitu penelitian korelasi
subjek terdiri atas 30 subjek.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
karateristik petani, ilmu usaha tani, pendapatan petani, struktur rantai
nilai, konsep pemasaran, saluran pemasaran, dan subsistem agribisnis
hulu. Data dikumpulkan kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan
metode deskriptif correlations dengan dibantu oleh SPSS. Dalam
penelitian ini metode deskriptif correlation digunakan untuk mengukur
variabel konsep pemasaran dan saluran pemasaran.
Menghitung besarnya margin pemasaran dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Mm= Pe – Pf ( 1 )
Dimana :
Mm = marjin pemasaran di tingkat petani
Pe = harga di tingkat kelembagaan pemasaran tujuan pemasaran dari
petani
Pf = harga di tingkat petani
Selain itu untuk menghitung biaya total usaha tani dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TC=FC + VC ( 2 )
Dimana :
TC=Total biaya
FC=Biaya tetap
VC=Biaya variabel
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola rantai pada rantai nilai pemasaran jeruk
madu dimulai dari petani sebagai produsen, stakeholders, dan pasar akhir. Petani jeruk madu
sebagai produsen jeruk madu juga sebagai penentu harga awal untuk harga jeruk madu itu
sendiri yang menjual hasil panennya ke stakeholders. Stakeholders yang ikut terlibat
memasarkan hasil panen yaitu pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan agen yang
menyalurkan hasil panen ke pasar akhir atau konsumen.
Konsumen sangat berperan dalam menentukan banyak sedikit jumlah permintaan
jeruk madu yang dibutuhkan di pasar. Melalui permintaan ini juga harga jeruk madu di
pasaran terkadang mengalami fluktuasi. Oleh karena itu konsumen yang ada di Tanah Karo
saat ini membutuhkan ketersediaan jeruk madu secara berkala. Walaupun Tanah Karo
merupakan sentra penghasil jeruk madu, akan tetapi sebagian masyarakatnya masih ada
yang tidak memilih untuk berkebun sayur – mayur daripada jeruk madu itu sendiri.
Konsumen disini bukan hanya masyarakat sekitar Tanah Karo melainkan juga wisatawan
yang sering berkunjung berwisata di daerah wisata Berastagi.
Kegiatan petani dengan para pedagang pengumpul sering dapat dilihat di kebun
milik petani. Dimana biasanya pedagang pengumpul langsung melihat sendiri hasil panen
milik petani dan transaksi berikutnya terjadi di kebun milik petani tersebut. Begitu juga
dengan kegiatan pedagang pengumpul dengan pedagang pasar yang ada di Pasar Buah
Berastagi, pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki langganan tersendiri dalam
menjual hasil panen milik petani. Cara ini sekaligus memudahkan pedagang pengumpul
ataupun petani untuk memasarkan barang nya tanpa harus menunggu dengan waktu yang
lama. Dari sinilah jeruk madu langsung dipasarkan ke beberapa pedagang pasar, konsumen,
hingga ke luar kota sekaligus. Dengan beberapa rincian biaya yang didapat oleh pelaku
pemasaran jeruk madu tiap-tiap transaksi hingga ke konsumen akhir tentunya.
4. Kesimpulan
1. Terdapat 3 pola rantai nilai komoditas buah jeruk madu di daerah
penelitian ini yaitu:
saluran I : Petani → Pedagang pengumpul → Pasar →
Konsumen,
saluran II : Petani → Pasar → Pedagang pengecer → Konsumen
Judul Manajemen Rantai Nilai Jeruk Madu di Desa Barus Jahe Kecamatan
Barus Jahe Kabupaten Karo Sumatra Utara
Jurnal PS Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Volume Dan Halaman Vol. 2, No. 4, Halaman 247 -256
Tahun 2013
Penulis RINA JULIANA TARIGAN ,DWI PUTRA DARMAWAN ,I GEDE
SETIAWAN ADI PUTRA
Riviewer Cindi Putri Ayu Br. Ginting (1915100369)
Tanggal 15 Oktober 2019
Tujuan Penelitian Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pola rantai nilai
komoditas buah jeruk di daerah penelitian , untuk
mengetahui share keuntungan yang diperoleh pada masing-
masing rantai nilai, untuk menganalisis manajemen yang
diterapkan sepanjang rantai nilai.
Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 300 petani yang
memiliki memiliki areal jeruk madu di Desa Barus Jahe.
Sampel Sampel yang digunakan adalah 30 orang petani jeruk madu
Hasil Penelitian Hasil penelitian mendapatkan bahwa manajemen rantai nilai yang ada di
Desa Barus Jahe, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo Sumatra Utara
sudah berjalan dengan cukup baik. Ini terbukti dengan adanya sebagian besar
petani jeruk madu yang langsung menjual hasil panennya ke pasar, dimana
upaya ini dilakukan untuk mengantarkan nilai maksimum keuntungan
mereka kepada konsumen akhir dengan biaya yang serendah mungkin
Kelebihan Menyajikan kesimpulan dan abstrak secara lengkap
Kekurangan Terkadang mengandung kata-kata yang tidak di mengerti
ANALISIS RANTAI NILAI PEMASARAN IKAN LAYANG DI DESA
KEMA III
KECAMATAN KEMA KABUPATEN MINAHASA UTARA
Marla Wahiu1; Siti Suhaeni2; Srie J. Sondakh2
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam
Ratulangi Manado
2) Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam
Ratulangi Manado
Koresponden email : marlawahiu@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari peneltian ini, yaitu: (1) Mengetahui saluran pemasaran ikan Layang di
Desa Kema III. (2)Menganalisis perhitungan nilai tambah dan selisih margin pemasaran antar
pelaku rantai nilai ikan Layang di Desa
Kema III. (3) Menganalisis rantai nilai pada setiap saluran pemasaran ikan Layang di Desa
Kema III.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan dan memaparkan hasil
analisis yang diperoleh dengan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti. Deskriptif
kuantitatif digunakan dalam penghitungan nilai tambah, biaya produksi, harga jual dan
margin disetiap simpul pada mata rantai nilai. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan : 1) Di
Desa Kema III terdapat 3 saluran pemasaran, dan yang efektif adalah saluran pemasaran
yang ke 3 karena merupakan saluran yang terpendek, yaitu nelayan menjual langsung ke
UPI. 2)Margin pemasaran yang terkecil dari ketiga saluran pemasaran yang ada di Desa
Kema III adalah saluran pemasaran yang ke 3 yaitu 0 karena yang diterima produsen sama
dengan yang dibayarkan konsumen. 3) Rantai nilai yang diciptakan dari ketiga saluran
pemasaran yang ada diperoleh nilai tambah yang terkecil pada saluran 2 yaitu sebesar Rp.
7.671/Kg dan yang terbesar pada saluran 1 yaitu Rp. 10.069,- per kg. Namun yang paling
efektif dan efisien yaitu pada saluran ke tiga karena Farmer’s share (FS) lebih besar dari marjin
pemasaran (MP) dengan marjin pemasaran sepenuhnya untuk UPI. Sedikitnya pelaku usaha
yang terlibat akan membuat biaya
transportasi dapat dikurangi sehingga marjin untuk UPI dan nilai FS memiliki nilai tertinggi
dibandingkan rantai pemasaran lainnya.
Kata Kunci: pemasaran, pedagang perantara, rantai nilai
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia yang kaya akan hasil lautnya, dimana terdiri dari 17.508
pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah lautannya
meliputi 5,8 juta km² atau 70% dari luas total teritorial
Indonesia. Sepanjang garis pantai dan bentangan perairan laut
ini terkandung kekayaan sumberdaya alam yang berlimpah
mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui (dapat pulih)
hingga yang tidak dapat diperbaharui yang sangat bermanfaat
bagi manusia. Usaha perikanan memiliki peran penting dalam
penyediaan bahan pangan dan pendorong ekonomi suatu
wilayah khususnya pada daerah pesisir. Usaha perikanan
tangkap adalah sebuah kegiatan usaha yang berfokus untuk
memproduksi ikan dengan cara menangkap ikan (Sambuaga
dkk, 2016), dimana usaha perikanan tangkap merupakan salah
satu usaha yang dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan ikan
dalam rangka menjaga ketahanan pangan suatu wilayah
(Wulandari dkk, 2016).
METODE PENELITIAN
Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah suat penelitian kualitatif yang berusaha menemukan
makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang
mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Emzir,2010).
Metode Pengambilan Data
F = Fungsi
K = Kapasitas produksi;
(orang);