Anda di halaman 1dari 36

Presentasi Kasus

Kejang Demam

Dipresentasikan oleh :
dr. Dwika Herdykiawan
ANAMNESIS
 Nama : An. K
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 13 bulan
 Agama : Islam
 Pekerjaan orang tua : Pedagang
 Alamat : Guwosarai Pajangan , Bantul
 Jaminan : Jamkesmas
 BB : 8kg
Tanggal : 22-1-2014,
Anamnesa UGD
 KELUHAN UTAMA :
Demam dan kejang
 Riwayat Penyakit Sekarang :
1 HSMRS os demam, sempat berobat ke bidan dan diberi obat
penurun panas namun panas tidak turun. 3 jam SMRS os
kejang 1 x lama 1 menit kejang seluruh tubuh sehabis kejang
os menangis mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), BAB
(+) N, BAK (+)
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat Kejang (-)
 Riwayat trauma fisik (-)
 Riwayat operasi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat orang tua keluarga kejang (-)
PEMERIKASAAN UMUM
 KU : CM sedang
 Kesadaran : Compos mentis, GCS (E 4V 5 M 6)
 Nadi : 92x/menit, isi dan tegangan: cukup, kuat,
reguler
 Suhu badan : 39,2 oC
 Pernafasan : 22/min, reguler.
 KEPALA :  Jantung :
- CA -/-,SI -/- Inspeksi: IC di intercostal 4-5
 Thorax linea midclavicularis sinistra
- Inspeksi : simetris, Palpasi: IC teraba di
ketinggalan gerak (-) intercostal 4-5 linea
- Palpasi : massa (-) midclavicularis sinistra
- Perkusi :- Perkusi:-
- Auskultasi : vesikuler +/+ Auskultasi: S1/S2 normal,
normal, RBB -/-, bising ( - ), gallop ( - )
 Abdomen
Inspeksi : DP//DD, distensi ( - )
Auskultasi : peristaltik (+) N
Perkusi : tympani di ke-4 kuadran
Palpasi : nyeri tekan (-) ,
Hepar : ttb
Lien : tak teraba
 EKSTREMITAS :
 Akral hangat +
 Capilarry Refil Time < 2 detik
 Nadi kuat +
Refleks Patologis Refleks Fisiologis
ka ki ka ki
N N

N N
Meningeal sign (-)
Differential Diagnosis
 Kejang demam
 Meningitis
 Ensephalitis
 Meningioensephalistis
 Epilepsi
TERAPI UGD
 Inf RL mikro 20 tpm
 Propiritic 1 x 80 mg
RENCANA PEMERIKSAAN:
 Pemeriksaan Laboratorium:
Darah lengkap
Pemerisaan Laboratorium
Daarah lengkap
 HB : 10,5 (11-17) G%
 AL : 8,2 (4-11)
 Diff Eosinofil : 0 (0-3) %
 Diff Stab : 0 (2-6) %
 Diff Basofil : 0 (0-1) %
 Diff Segmen : 61,4 (40-70) %
 Diff Limfosit : 28,2 (20-40) %
 Diff Monosit : 10,4 (2-8) %
 HMT : 33,2 (32-52) %
 AT : 272 (150-450)
 AE :4,33 (3,5-5,5)
 GDS : 82 (80-120)
Follow Up Bangsal AR Rahman
 22/1/2014
 S: demam (+),, mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), BAB (+) N, BAK
(+) N
O: RR 24x/min, T: 38,7 oC, N: 84x/min
Kep: CA-/-, SI -/-
Thorax: P/Ves +/+, Ronki -/- , Wheezing eks -/-
Abdomen: supel, BU(+)N, DP//DD, NT(-)
Ext: akral hangat, nadi kuat

A: KDS
P: Konsul dr. Sasmito Sp.A Advice:
- Inf. RL 20 tpm mikro
- Syr. Paracetamol 3 x ¾ cth
- Diazepam 2mg 3 x 1/3 tablet
Follow Up
 23/1/2014
S: demam (-) mual(-) muntah (-)
O: t 36,7C
N: 90 x/min
RR: 20x/min
A: KDS
P: - Inf. Rl 20 tpm mikro
- Syr Paracetamol 3 x ¾ cth
- Diazepam 2 mg 3 x 1/3 tablet
- Sy. Cefadroxil 2x cth I
- Cek UR
Follow Up
 24/1/2014
S: Kemaren malam demam
23/1/14(+) 1 x suhu 37,8 C kejang (-)
mual(-) muntah (-)
O: t 36,8 C
N: 90 x/min
RR: 20x/min
A: KDS
P: - Inf. Rl 20 tpm mikro
- Syr Paracetamol 3 x ¾ cth
- Diazepam 2 mg 3 x 1/3 tablet
- Sy. Cefadroxil 2x cth I
- UR : ?
Follow Up
 25/1/2014
S: Demam(-) kejang (-) mual(-)
muntah (-)
O: t 36,8 C
N: 90 x/min
RR: 20x/min
A: KDS
P: - BLPL
Definisi
 Kejang demam ialah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C)
yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
(SoetomenggoloTS , 1993)
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan – 5 tahun
Klasifikasi
 1. Kejang demam sederhana (Simple
febrile seizure)
 2. Kejang demam kompleks (Complex
febrile seizure)

(ILAE, 1993)
Kejang Demam Sederhana
 Kejang demam yang berlangsung singkat,
kurang dari 15 menit dan umumnya berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak
berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.

(ILAE, 1993)
Kejang Demam Komplek
 Kejang demam komplek adalah kejang demam
dengan salah satu ciri berikut :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi atau
kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

(Nelson, 1978)
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin
pada kejang demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah.

(Gerber and Berliner, 1981)


Con’t
Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis
(Baumer, 2004)
EEG (Elektroensefalografi)
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan
kejadian epilepsi.
Pencitraan
 Foto x-ray kepala dan pencitraan seperti Computed
Tomography Scan (CT-scan) atau Magnetic resonance
imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin
dan hanya atas indikasi :
- Kelainan neurogenik fokal yang menetap
(hemiparese)
- Paresis Nervus VI
- Papiledema

(Wong V, 2002)
Prognosis
 Kemungkinan Mengalami Kecacatan atau
Kelainan Neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam


tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan
neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.

(Ellenberg, JH, 1978)


Kemungkinan Mengalami Kematian
 Kemungkinan karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
(Consensus development conference sumary vol 3 no. 2)
Kemungkinan Berulangnya kejang demam
Faktor resiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang saat demam

(Berg, 1992)
Penatalaksanaan saat kejang
 Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan secara intravena.
 Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di
rumah adalah diazepam rectal .
- Dosis diazepam rectal 0,5-0,75 mg/kgBB atau
-Diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan
-Diazepam10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
Con’t

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti


dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5
menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB
Con’t
 Bila kejang tetap belum berhenti diberikan
fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20
mg/kgBB/Kali dengan kecepatan 1
mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit.
Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal.
 Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka
pasien harus dirawat di ICU

(IDAI, 2010)
Pemberian obat pada Saat Demam
 Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi resiko terjadi nya kejang demam, namun para ahli di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan.
Paracetamol 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali/hari
Ibuprofen 5-10mg/kg/kali 3-4kali/hari

(Kesepakatan saraf anak, 2005)


Antikonvulsan
 Pemakaian diazepam oral dosis 0,3mg/kg setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30%-
60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5mg/kg
setiap 8 jam pada suhu > 38,5 C.
(Rosman, 1993)

 Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam


tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

(Knudsen FU, 2002)


Indikasi obat rumat
 Pengobatan obat rumat hanya diberikan bila kejang demam
menunjukan ciri berikut (salah satu) :
 1. kejang lama > 15 menit
 2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang misalnya hemiparese
 3. Kejang fokal
 4. pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
 kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
 kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12
bulan
 kejang demam > 4 x pertahun
Jenis antikonvulsan obat rumatan
 Pemberiaan obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari
efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang.
 Dosis asam valproat 15-40 mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis
dan fenobarbital 3-4 mg/kgbb per hari dalam 1-2 dosis.
 Lama pengobatan obat rumatan diberikan 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan secara bertahap 1-2 bulan.

(Knudsen, 2000)
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
1. Berg AT, dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of the
circumstances surrounding the initial febrile seizure, NEJM 1992; 327:1122-7
2. Ellenberg JH dan Nelson KB. Febrile seizures and later intellectual performance.
Arch Neurol 1978; 35:17-21
3. Gerber dan Berliner. The child with a simple febrile seizure. Appropriate
diagnostic evaluation. Arch Dis Child 1981; 135:431-3.
4. ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993; 34:592-8.
5. Kesepakatan Saraf Anak, 2005
6. Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia 2000; 41:2-9.
7. Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosis in Febrile seizure. Pediatr 1978; 61:720-7.
8. Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999.
9. Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile Convulsion. HK J
Paediatr 2002;7:143-151

Anda mungkin juga menyukai