Anda di halaman 1dari 31

EL RAHMAYATI, S.Kp., M.

Kes
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG
KEPERAWATAN
Bagian Kedua tentang Tugas dan Wewenang

Pasal 30 ayat(1)

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan


Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan,
Perawat berwenang:

j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada


Klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas
dan obat bebas terbatas.
Pasal 33 ayat (4)
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:

c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal


tidak terdapat tenaga kefarmasian

Pasal 35 ayat (1)


Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensinya
• Memantau respon klien terhadap pengobatan
• Memberikan pendidikan untuk klien dan keluarga tentang
program pengobatan
• Menginformasikan kepada dokter obat masih efektif/tidak
efektif/tidak dibutuhkan lagi
• Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus
meminum obat pada waktunya
• Mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan obat secara
mandiri
• Menggunakan proses keperawatan dalam mengintegrasikan
terapi obat dalam perawatan
• Klien Yang Benar
• Obat Yang Benar
• Dosis Yang Benar
• Waktu Yang Benar
• Rute Yang Benar
• Dokumentasi Yang Benar
• Pendidikan Kesehatan
Klien yang benar dapat dipastikan dengan :
memeriksa identitas klien dengan meminta klien menyebutkan
namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan
nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang
identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali
pengobatan.

Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus


memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan.
• Dalam keadaan dimana klien tidak memakai
gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau
klinik berobat jalan), perawat juga bertanggung
jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap
orang pada saat memberikan pengobatan
• Obat yang benar berarti klien menerima obat
yang telah diresepkan. Perintah pengobatan
mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter
gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang
memiliki izin praktik dengan wewenang dari
pemerintah. Perintah melalui telepon untuk
pengobatan harus ditandatangani oleh dokter
yang menelepon dalam waktu 24 jam.
Komponen dari perintah pengobatan adalah :

(1) tanggal dan saat perintah ditulis


(2) nama obat
(3) dosis obat
(4) rute pemberian
(5) frekuensi pemberian
(6) tanda tangan dokter atau pemberi asuhan
kesehatan.
• Meskipun merupakan tanggung jawab perawat
untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika
salah satu komponen tidak ada atau perintah
pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak
boleh diberikan dan harus segera menghubungi
dokter tersebut untuk mengklarifikasinya ( Kee
and Hayes, 1996 )
Untuk menghindari kesalahan, label obat harus
dibaca tiga kali :
(1)pada saat melihat botol atau kemasan
obat,
(2) sebelum menuang / mengisap obat dan
(3) setelah menuang / mengisap obat.

Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu


mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan
ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin,
quinidin dan quinine, Demerol dan dikumarol, dst.
• Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien
tertentu.
• Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
• Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat,
dengan mempertimbangkan variable berikut :
(1) tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan
(diminta),
(2) dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus
dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/hari.
• Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus
mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio
dan proporsi. Jika ragu-ragu, dosis obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat
lain.
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan
harus diberikan.
Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari,
seperti
b.i.d ( dua kali sehari )
t.i.d ( tiga kali sehari )
q.i.d ( empat kali sehari )
q6h ( setiap 6 jam ),

sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.


Jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang,
maka obat diberikan sekali sehari.

Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan


beberapa kali sehari pada selang waktu yang
tertentu .

Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang


lainnya diberikan pada saat makan atau bersama
makanan ( Kee and Hayes, 1996 ; Trounce, 1997)
1. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat
dapat diberikan ½ jam sebelum atau sesudah waktu
yang tertulis dalam resep.
2. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan
seperti captopril, sebelum makan
3. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang
dapat mengiritasi perut ( mukosa lambung ) bersama-
sama dengan makanan.
4.Tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah
klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik,
seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan
kontraindikasi pemberian obat.
5.Periksa tanggal kadaluarsa. Jika telah melewati
tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik (
tergantung peraturan ).
6.Antibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang
sama sepanjang 24 jam ( misalnya setiap 8 jam bila
di resep tertulis t.i.d ) untuk menjaga kadar darah
terapeutik.
Rute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai.
Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
(1) oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet ,
atau kapsul . ;
(2) sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
(3) topikal ( dipakai pada kulit ) ;
(4) inhalasi ( semprot aerosol ) ;
(5) instilasi ( pada mata , hidung , telinga , rektum atau
vagina ) ; dan empat rute parenteral : intradermal ,
subkutan , intramuskular , dan intravena.
a. Nilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum
memberikan obat – obat per oral
b. Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat
. Teknik steril dibutuhkan dalam rute parenteral .
c. Berikan obat- obat pada tempat yang sesuai .
d. Tetaplah bersama klien sampai obat oral telah
ditelan.
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari
seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai
mengenai obat yang telah diberikan .
Ini meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan tanggal , inisial
dan tanda tangan perawat .

Respon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk


beberapa macam obat seperti;
(1) narkotik – bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan
rasa nyeri atau
(2) analgesik non-narkotik,
(3) sedativa,
(4) antiemetik
(5) reaksi yang tidak diharapkan terhadap
pengobatan, seperti iritasi gastrointestinal atau
tanda – tanda kepekaan kulit.

Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan


lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat
lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir
obat itu belum diberikan (Taylor, Lillis and LeMone,
1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).
1. Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan


setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ) ,
yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat suatu keputusan .
2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan .


Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika
memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah –
langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan .
Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera
didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat
primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan
pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam
pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi
perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya
pada pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and
LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).
Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja
dan efek terapeutik obat, perawat harus mampu;
Melakukan observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus
melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat
karena
• Pemberian obat tidak boleh dipandang sebagai pengganti
perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana
dengan pemberian obat saja.
• Pemberian obat harus dikaitkan dengan tindakan perawatan.
• Ada berbagai pendekatan yang dapat dilakukan oleh
perawat dalam mengevaluasi keefektifitasan obat yang
diberikan kepada pasien.
• Perawat mempunyai peran yang penting dalam
mengobservasi pasien terhadap kemungkinan
terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini,
perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada
pasien serta kemungkinan efek samping yang dapat
terjadi.
• Beberapa efek samping obat khususnya yang
menimbulkan keracunan memerlukan tindakan segera
misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi,
menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya
memberitahu dokter.
• Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/
minum obat di rumah mengenai tanda-tanda atau
gejala efek samping obat yang harus dilaporkan
pada dokter atau perawat.
• Setiap pasien mempunyai ketahanan yang berbeda
terhadap obat. Beberapa pasien dapat mengalami
alergi terhadap obat-obat tertentu.
• Perawat mempunyai peran penting untuk mencegah
terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian
obat. Data tentang alergi harus diperoleh sewaktu
perawat melakukan pengumpulan data riwayat
kesehatan.
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama,
yaitu :

1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat


itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas),
untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat
yang berbeda-beda.

Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C


(tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 - 10°C, vaksin
cacar air harus < 5°C.
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi
mata, bukan tempat umum dan terkunci.

3. Kadaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi


stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang
lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna
(dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi
basah / bentuknya rusak.
• Perawat mempunyai tanggung jawab dalam
melakukan pendidikan kesehatan pada pasien,
keluarga, dan masyarakat luas. Hal ini termasuk
pendidikan yang berkaitan dengan obat.

• Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang


manfaat obat secara umum, sedangkan informasi
yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung
jawab perawat tetapi tanggung jawab dokter.
DOKTER;
MEMBERI
RESEP

AHLI FARMASI;
MENYIAPKAN
PERAWAT DAN
MENDISTRIBUSI
KAN OBAT

Anda mungkin juga menyukai