Anda di halaman 1dari 99

FOTOGRAMETRI DIGITAL

Fotogrametri -dIGITAL Dosen Ir. Sawitri Subiyanto MSi. 1


Deskripsi Mata Kuliah
 Membahas metode fotorametri analog ke digital
 Membahas proses pembuatan peta foto
 Membahas tentang Triangulasi Fotogrametri
 Membahas proses peta rupabumi
 Quality Control Pembuataan Peta Rupabumi
(proses stereo plotting, kartografi, dll)
Cara Pembelajaran
 Pembelajaran dalam mata kuliah ini
dilakukan melalui
 kuliah,
 diskusi studi kasus, serta
 Praktikum Orientasi, Peta Foto dan Peta
Rupabumi
evaluasi hasil pembelajaran
 Ujian
 Ujian tengah semester 35%
 Ujian akhir semester 35%
 Tugas
 Tugas individu 10%
 Praktikum 20%
Definisi Fotogrametri

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni,


pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi
yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan
keadaan disekitarnya melalui proses perekaman,
pengamatan/ pengukuran dan interpretasi citra
fotografis atau rekaman gambar gelombang
elektromagnetik.

Definisi fotogrametri diatas mencakup dua bidang kajian, yakni :


(1)Fotogrametri metrik, bidang yang berkaitan dengan pengukuran/
pengamatan presesi untuk menentukan ukuran dan bentuk obyek, dan
(2)Fotogrametri interpretatif, yang berhubungan dengan pengenalan
dan identifikasi obyek.

5
SEJARAH FOTOGRAMETRI

Fotogrametri dengan penggunaan foto udaranya secara praktis digunakan


oleh seorang Perancis yakni Colonel Aime Laussedat pada tahun 1849
untuk pemetaan topografi yang kemudian dikenal sebagai bapak
fotogrametri. Untuk mendapatkan foto udara digunakan layang-layang dan
balon udara. Setelah itu pengembangan fotogrametri dilakukan oleh
beberapa pakar antara lain Deville 1886, Carl Pulfrich 1909, dll.1999
Penemuan pesawat udara oleh Wright Brothers tahun 1902 membawa
fotogrametri udara menjadi modern saat itu. Untuk aplikasi pembuatan
peta topografi pemotretan dengan pesawat udara dilakukan untuk pertama
kalinya adalah pada tahun 1913. Secara intensif foto udara juga digunakan
pada perang dunia pertama dan kedua, baik untuk survey rekonaisan
maupun untuk keperluan intelejen.

6
METODA PROSES PENGADAAN DATA

7
PERKEMBANGAN FOTOGRAMETRI

Workflow:
Traditional Analog System
Scanners DTM
Analog
Stereo Othophotos
Ploter
Line Map

RMK TOP Camera AGFA Film


Film Processing B/W or Vexcel Ultra Zeiss Update
Color Scan 5000 SCAI
Digital System Revision
LIDAR or Digital Camera 3D Images
Printer
LAMBDA 130
Analysis
DSM
Digital
Cam GIS

Temporary Raw Data process OPS


Mass INPHO Suites Archive System
Storage Altexis
TopIt
Falcon II
Digital WorkStation
LIDAR
Batymetry Summit Evolution
•Photogrammetric Activities (Digital Process):
B&W Orthophotos

Line Map

Color Orthophoto

Hard Copy or Digital


GIS Application
Summit Evolution WS
Click image for details

Contour map
•Photogrammetric Equipment (WorkStation):
Authorized dealer,
distributor and agent of
various equipment of
digital photogrammetric
process:

PlanScan Summit Evolution WS

Click image for


details
Media

Archive System Digital WorkStation


Printer
UltraMap Server Summit Evolution
LAMBDA 130
Delta Photogrammetric W/S
PRODUK FOTOGRAMETRI

Mosaik Foto : Uncontrolled (tanpa kontrol),


Semicontrolled (dengan sebagian kontrol) dan Controlled
(dengan kontrol)

Peta garis (linemap) -> format vektor

Peta foto (photomap) -> format raster

11
Contoh Mosaik Semi Kontrol

12
Contoh Peta Garis

13
Salah satu metoda
proses pengadaaan
data adalah
Fotogrametri

14
JENIS FOTO UDARA BERDASARKAN SUDUT
PENGAMBILANNYA

Foto udara dapat di bedakan berdasarkan beberapa aspek, antara lain dari sudut
pengambilannya, jenis emulsi dan jenis kamera yang digunakan.
Jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilan
 Foto Udara Vertikal
 Foto Udara Oblique (miring)
 Foto Udara High Oblique (miring sekali)
FOTO UDARA FOTO UDARA FOTO UDARA
TEGAK/VERTIKAL MIRING MIRING SEKALI

Jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilannya


15
FOTO UDARA BERDASARKAN JENIS EMULSINYA

 Black & White monochrome (BW), paling banyak digunakan


untuk aplikasi pemetaan, diantara jenis film yang paling murah.
 Black & White Infrared (BWIR), dapat meminimisasi pengaruh
adanya cuasa berkabut saat pemotretan
 Natural Color, untuk interpretasi pengenalan feature/ unsur
dengan ciri warna natural.
 Color Infrared (CIR), banyak digunakan untuk menejemen
sumber daya alam terutama untuk pengenalan feature yang
mempunyai kadungan air.

16
FOTO UDARA FORMAT BESAR

Berdasarkan jenis kamera yang dimaksud disini adalah berdasarkan ukuran


bingkai negatifnya (negative frame), yang dapat dibedakan menjadi :
Foto udara format besar, dengan ukuran 23 cmm x 23 cm. Jenis foto ini diambil
dengan kamera metrik dan paling umum digunakan dalam fotogrametri.

Kamera metrik Wild RC-9 dan foto udara 23 cm x 23 cm

Untuk kamera metrik ukuran normal dikenal tiga sudut bukaan (angle field of view),
yakni :
Normal Angle (NA), f = 210 mm
Wide Angle (WA), f = 152 mm
Super Wide Angle (SWA), f = 88 mm
17
FOTO UDARA FORMAT KECIL

Foto udara format kecil (small format aerial photograph) - SFAP dengan ukuran 6
cm x 6 cm atau 24 mm x 35 mm. Gambar No.4 dan No.5 masing-masing menunjukan
jenis kamera untuk kedua ukuran foto diatas.

Kamera format 6 cm x 6 cm Kamera format 24 mm x 35 mm


Rollei 6002 Nikon AF 600

18
UKURAN FOTO UDARA

19
Informasi pada foto udara
(metrik 23 cm x 23 cm)

JAM ALTIMETER NIVEAU PJ.FOKUS

Tanda waktu (jam),


Altimeter = penunjuk ketinggian
FIDUCIAL terbang terhadap mean
MARK sea level,
FIDUCIAL
FIDUCIAL Niveau = indikator kedataran foto/
MARK
MARK
kamera saat
pemotretan,
Panjang fokus kamera
Fiducial mark (tanda tepi) = tanda
pada tengah-tengah
sisi atau pojok foto
untuk penentuan titik
utama foto.

FIDUCIAL
MARK

20
PERKEMBANGAN FOTOGRAMETRI

Workflow:
Traditional Analog System
Scanners DTM
Analog
Stereo Othophotos
Ploter
Line Map

RMK TOP Camera AGFA Film


Film Processing B/W or Vexcel Ultra Zeiss Update
Color Scan 5000 SCAI
Digital System Revision
LIDAR or Digital Camera 3D Images
Printer
LAMBDA 130
Analysis
DSM
Digital
Cam GIS

Temporary Raw Data process OPS


Mass INPHO Suites Archive System
Storage Altexis
TopIt
Falcon II
Digital WorkStation
LIDAR
Batymetry Summit Evolution
•Photogrammetric Activities (Digital Process):
B&W Orthophotos

Line Map

Color Orthophoto

Hard Copy or Digital


GIS Application
Summit Evolution WS
Click image for details

Contour map
•Photogrammetric Equipment (WorkStation):
Authorized dealer,
distributor and agent of
various equipment of
digital photogrammetric
process:

PlanScan Summit Evolution WS

Click image for


details
Media

Archive System Digital WorkStation


Printer
UltraMap Server Summit Evolution
LAMBDA 130
Delta Photogrammetric W/S
Trike

24
25
FOTOGRAMETRI

FOTO UDARA
DENGAN PERTAMPALAN
(60% - 70%)

FOTO
KIRI
FOTO
KANAN
PROYEKTOR
KIRI PROYEKTOR
KANAN
RESTITUSI MODEL 3D

MODEL 3D TRACING
TABLE

PROYEKSI
TEGAK

PETA

BOBBY SD - 1999

26
OVERLAP dan SIDELAP

r un 2
si d el a
p
ov er
l ap r un 1

27
Drift - Crab

28
DISTORSI FOTO UDARA
Akibat Pergerakan Pesawat
z

y Variasi skala

x
z

y Rotasi terhadap Rotasi terhadap


sumbu X,Y,Zdan skala
sumbu Z

x kappa

z
Rotasi terhadap
y sumbu X
Rotasi terhadap
sumbu X,Y& Z

x omega

Rotasi terhadap
y sumbu Y Rotasi terhadap
sumbu X & Y

x phi

29
DISTORSI FOTO UDARA
Akibat Perbedaan Relief Topografi

Pergeseran
relief
foto
udara p p

h t = Tinggi Terbang Pesawat

dH = Perb
reli Hr = Ketinggian Tanah Rata-rata
P

30
- Komponen Geometri Foto Udara dan
Skala Foto Udara
Skala foto udara secara merupakan perbadingan antara panjang fokus kamera dengan tinggi
terbang pesawat terhadap bidang rata-rata tanah. Atau merupakan jarak antara dua titik di
foto dengan jaraknya di tanah.

NB. Skala diatas hanya berlaku untuk foto udara vertikal dan daerah yang relatif datar.

31
PARALAKS

Pasangan sinar dari foto kiri dan


foto kiri foto kanan
kanan dalam satu bidang dan
o' o'' berpotongan di titik A
a' a''

Paralak-y = 0
Beda tinggi dZ sebagai fungsi dari
paralak-x

A'' foto kiri foto kanan


py o'
A' p a' a'' o''
x

p = paralak-x
x
py = paralak-y

Pasangan sinar dari foto kiri


kedudukan 1
dan kanan belum dalam satu dZ = f(px)
bidang dan saling bersilangan A' A'' kedudukan 2
p py = 0
bidang proyeksi x
Paralak-x dan y ≠ 0
p = paralak-x
A x
py = paralak-y

32
PERGERAKAN TITIK PADA FOTO TUNGGAL

bz by bx

(tilt) (tip) (swing)

33
PERUBAHAN PARALAKS Y AKIBAT PUTARAN ELEMEN
ORIENTASI

Proyektor kanan by’, bz’,


’, ’, ’

3
4
1 2
5 6

by' bz' '

3
4
1 2
5
6

by'' bz''

' ' '

Proyektor kiri by’, bz’, ’, ’,


’
'' '' ''

34
PENGLIHATAN STEREOSKOPIK

Metode mengukur atau memperkirakan suatu cara monoskopik


dan stereoskopik. Cara penglihatan dengan satu mata disebut
sebagai penglihatan monokular atau monocular vision, sedang
dengan dua mata disebut sebagai penglihatan binokular atau
binocular vision.

35
Monocular vision
(1) membandingkan secara relatif besarnya (size) obyek satu
dengan lainnya,
(2) terhalangnya obyek yang terletak dibelakang (lebih jauh)
terhadap obyek didepannya (lebih dekat),
(3) dari bayangan, dan
(4) pem-fokusan mata yang berbeda untuk obyek yang jauh dan
dekat.

Persepsi kedalaman berdasarkan ukuran dan halangan

36
Persepsi kedalaman (depth perception)

Persepsi kedalaman merupakan fungsi dari


sudut paralaktik = sudut perpotongan
sumbu optik mata kiri dan kanan manakala b
kedua mata terfokus pada suatu titik/ obyek. kiri kanan
dBA = dB - dA
dimana : dA = f (a) dan dB = f (b)
Jarak terdekat persepsi kedalaman
stereoskopik untuk rata-rata orang dewasa
kira-kira 25 cm, dengan basis sekitar 66 mm a DA
maka sudut paralaktik maksimum adalah
DB
 = 2 tan-1 (3.3/25) =
15 A
b
Persepsi kedalaman stereoskopik
maksimum kira-kira = 50 meter.Persepsi ( DB DA)
kedalaman stereoskopik merupakan fungsi
sudut paralaktik ( )
B

37
Penglihatan Stereoskopik Pasangan Foto

Syarat dapat melihat pasangan foto secara stereoskopik,


yakni :
(1) daerah yang akan diamati secara stereoskopik difoto dari
posisi eksposur yang berbeda yaitu pada daerah
pertampalannya
(2) skala dari kedua foto kurang lebih sama,
(3) pasangan obyek padai foto kiri dan kanan dan kedua mata
kurang lebih harus dalam satu bidang yang sama atau sumbu
optik kedua mata harus satu bidang.

38
Beberapa cara penglihatan stereoskopik :

(1) Anaglip, foto kiri dan kanan di cetak menggunakan basis warna yang berbeda
(hijau & merah), pengamatannya pun dilakukan dengan kacamata warna, kiri
hijau dan kanan merah. Cara ini digunakan pada beberapa alat lama jenis optis
dan produk softcopy.

(2) Polaroid, kedua foto diproyeksikan dengan dipolarisasi - 90, untuk melihat
stereo digunakan kacamata polaroid dengan sudut polarisasi yang sesuai, tidak
populer digunakan pada alat fotogrametri,

(3) Flickering, mata kiri dan kanan dipaksakan untuk melihat foto kiri dan kanan
secara bergantian dengan selang waktu sedemikian rupa hingga kedua mata
dibuat seolah-oleh melihat masing foto secara bersamaan. Cara ini pun tidak
begitu populer digunakan pada alat fotogrametri,

(4) Split, dengan batuan sistem pengamat optis, mata kiri dibuat hanya melihat
foto kiri dan mata kanan hanya foto kanan. Cara ini dinilai praktis, handal dan
paling populer dimanfaatkan pada alat fotogrametri
39
ALAT RESTITUSI Anal og
St er eo Pl ot t er

Analog
Rectifier
BINOCULAREYEPIECES

PHOTO CARRIERCOVER/DOOR PHOTO CARRIERCOVER/DOOR


DIGITALPLOTTER LEFT RIGHT

Anal yt i cal JOYSTICK


FLOATING MARK INTENSITYCONTROL

St er eo Pl ot t er JOYSTICK
ASP
2000
SCAN SPEED CONTROL

Analitik

ADAM
ASP-2000
Analytical Stereo Plotter

SoftCopy

Sof t copy
Phot ogr ammet r i c
I nst r ument

40
Generasi Alat Restitusi Foto Stereo

m Optik, seperti : Multipleks


m Optik-Mekanik, contoh : Zeiss-C8
m Mekanik contoh : Wild A9, A8, A10, Zeiss Planimat, Planicart,
PG2, PG3, dlsb.
m Automatic, contoh Wild B-8 Stereomat dengan image
correlators-nya.
m Analitik : UNAMACE, AP/C, AP2000,
m Softcopy : Leica (Wild-Zeiss), Vertuozo(China-Canada),
Helava, Intergraph, Socoph(ITB), dlsb.

41
PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBUATAN
PETA GARIS (RBI) SKALA 1 : 5.000 - 10.000
DAN PETA FOTO (ORTHOPHOTO)
DIAGRAM ALIR PEKERJAAN PERSIAPAN

Triangulasi Udara

Stereoploting Scanning

Hasil stereoplotting Rektifikasi & Orthophoto


Data Foto Udara

Editing, Pembentukan DEM Mosaicking


dan Kontur

Pembentukan Basis Data Kartografi &


Pencetakan Peta Foto

Kartografi &
Pencetakan Peta Garis

LAPORAN &
PENYERAHAN HASIL
Persiapan

Pengurusan Perijinan

Perencanaan Jalur Terbang dan Distribusi Titik Kontrol

Misalignment dan Boresight Calibration

Pemotretan Udara Pemasangan Tugu dan Premark

POSPAC download dan Pembuatan Sketsa dan


deskripsi titik kontrol
data processing konversi image

AT block adjustment Orientasi Dalam Pengukuran Titik Kontrol

Koreksi Registrasi Pass Point Pengolahan Data Titik Kontrol


dan Tie Point (GPS etc)

Parameter
Registrasi Titik Kontrol Koordinat
Posisi dan Orientasi Tanah
Titik Kontrol Tanah
Project Setup

StereoPlotting

Plotting Unsur : Plotting Detail Planimetris :

Hidrografi Transportasi
Breaklines Pemukiman
Spotheight dan Masspoint Tutupan lahan

Pembuatan DTM, breakline etc Editing Vektor 3D


Persiapan

Pengurusan Perijinan

Perencanaan Jalur Terbang dan Distribusi Titik


Kontrol

Misalignment dan Boresight Calibration

Pemotretan Udara Pemasangan Tugu dan


Premark

POSPAC download dan Pembuatan Sketsa dan


deskripsi titik kontrol
data processing konversi image

AT block Orientasi Dalam Pengukuran Titik


adjustment Kontrol
Koreksi Registrasi Pass Pengolahan Data Titik
Point dan Tie Kontrol (GPS etc)
Point
Parameter
Registrasi Titik Koordinat
Posisi dan Kontrol Tanah
Orientasi Titik Kontrol Tanah
Project Setup

StereoPlotting

Plotting Unsur : Plotting Detail Planimetris :

Hidrografi Transportasi
Breaklines Pemukiman
Spotheight dan Masspoint Tutupan lahan
DIAGRAM ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMETAAN SKALA 1:50.000 PAPUA RADAR

PERSIAPAN

Stereo Kompilasi
Data Radar

Hasil Kompilasi
Data Radar
A
Editing & Pemuktahiran data
Pembentukan dengan Citra Satelit Entry Data
DEM dan Kontur

Pembentukan
Survei Lapangan Basis Data

Penyusunan daftar nama-


A nama Geografis

Laporan Akhir &


Penyerahan
Diagram Alir
Pekerjaan Pemetaan RBI Skala 1 : 50.000 Dengan Radar

PERSIAPAN PEMUTAKHIRAN DATA

DATA RADAR CITRA SATELIT

INTERPRETASI CITRA PENGUMPULAN


DATA SEKUNDER
ORRI DSM

STEREOMATE PETA MANUSKRIP

TAMPILAN 3D QC TIDAK

SURVEY
DIGITASI ON SCREEN 3D DATA YA KELENGKAPAN
PLANIMETRIS LAPANGAN

EDITING DATA PLANIMETRIS


ON SCREEN 3D
Menghilangkan Spike & Depresi PETA HASIL SKL ENTRI DATA
LAPANGAN

TIDAK QC
EDITING DATA SPASIAL DAN
ATRIBUT
YA

EXPORT KE DXF
QC TIDAK

YA
EDITING VEKTOR
PETA PLANIMETRIS
(DTM, KONTUR)
PEMBENTUKAN BASIS DATA RBI

TIDAK QC
TEMA UNSUR
YA YA RUPABUMI
(Database format *.shp)
PETA RBI DIGITAL
PLANIMETRIS
SKALA 1:50.000
TERKOREKSI DTM TERKOREKSI :
(Database format *.dwg)
- Hidrografi - Breaklines
- Transportasi - Masspoint KARTOGRAFI
- Pemukiman - Spotheight
- Vegetasi - Sungai
- Bangunan terpencar TIDAK
QC
PEMBUATAN KONTUR
YA

TIDAK QC PETA RBI DIGITAL


SKALA 1:50.000
(Kartografi dalam format
YA *.mxd)

PEMUTAKHIRAN DATA TIDAK


QC

GASETIR
YA (Daftar Nama
Geografi)

PETA RBI 1:50.000


ALBUM
ALBUMDEM SOFTCOPY dan ALBUM FOTO
LAPORAN AKHIR
DEM ALBUM LAPANGAN
HARDCOPY
DIAGRAM ALIR TRIANGULASI UDARA

PERSIAPAN

Paper Print & Diapositif Daftar koordinat GPS


Foto Udara kinematik

Pemilihan Titik

Pricking

Pengamatan Koordinat Foto Blok Adjusment

Tidak
QC

Ya

Koordinat titik-titik
kontrol tanah (minor)
TRIANGULASI UDARA

PERALATAN YANG DIGUNAKAN :


Pencil Glass
Stereskop cermin (Shokisha)
Point Transfer Device (WILD PUG-4)
Analitikal steroploter (Planicomp P3)
Personal Computer (PC) atau Laptop
Alat tulis
Light Table

BAHAN YANG DIPERLUKAN


Foto udara tercetak (paper print)
Diapositif foto udara
Koordinat GPS kinematik
Komputer Kapasitas Besar/ Workstation
DIAGRAM ALIR STEREOPLOTING
Pengumpulan data

Diapositif Data
Foto Udara Triangulasi udara

Restitusi Foto Udara

Model Stereo

Stereoplotting 3D

Tidak
QC
Ya

Data Planimetris (3D) Data Pembentuk


 Transportasi DEM & Kontur
 Pemukiman  Hipsografi
 Vegetasi  Hidrografi

Hasil Stereoploting
STEREOPLOTING

PERALATAN YANG DIGUNAKAN :


Analitikal steroploter (Planicomp P3)

BAHAN YANG DIPERLUKAN


Diapositif foto udara

DATA YANG DIPERLUKAN


Kalibrasi Kamera
Hasil AT
Index Model

Urutan Pengumpulan Tema Unsur


1. Data unsur Hidrografi
2. Data unsur Hipsografi
3. Data Transportasi
4. Data unsur pemukiman dan bangunan terpencar
5. Data unsur Vegetasi
Stereo Plotting
 Stereo Plotting adalah
pekerjaan pengumpulan
data dari sepasang foto
udara yang saling
bertampalan
menggunakan alat
stereoplotter. Seperti telah
disebutkan di atas,
pelaksanaan stereoplotting
digital dilaksanakan
dengan menggunakan alat
seperangkat komputer
dengan software Summit
Gambar DATEM Summit Evolution Stereo Plotter
dan kacamata 3D Environment
Stereo Plotting
Komponen pembentuk informasi geospasial dasar adalah data Rupabumi Indonesia
(RBI) sebagai representasi permukaan bumi yang mencakup 8 tema dasar yaitu:
1. Garis pantai sebagai representasi pemisah wilayah daratan dan
perairan;
2. Hipsografi sebagai representasi tiga dimensi permukaan bumi;
3. Perairan sebagai representasi wilayah aliran perairan;
4. Nama Rupabumi sebagai representasi identifikasi obyek rupabumi
secara harafiah mengikuti kaidah penamaan tertentu;
5. Batas Wilayah sebagai representasi pembagian wilayah administratif
secara politis;
6. Transportasi dan Utilitas sebagai representasi jaringan penghubung
aktifitas dan mobilitas buatan manusia;
7. Bangunan dan Fasilitas Umum sebagai representasi obyek yang
digunakan manusia dalam beraktifitas;
8. Penutup Lahan sebagai representasi zonasi obyek rupabumi
berdasarkan kriteria klasifikasi jenis tutupan lahan.
Stereo Plotting
Komponen pembentuk informasi geospasial dasar adalah data Rupabumi Indonesia
(RBI) sebagai representasi permukaan bumi yang mencakup 8 tema dasar yaitu:
1. Garis pantai sebagai representasi pemisah wilayah daratan dan
perairan;
2. Hipsografi sebagai representasi tiga dimensi permukaan bumi;
3. Perairan sebagai representasi wilayah aliran perairan;
4. Nama Rupabumi sebagai representasi identifikasi obyek rupabumi
secara harafiah mengikuti kaidah penamaan tertentu;
5. Batas Wilayah sebagai representasi pembagian wilayah administratif
secara politis;
6. Transportasi dan Utilitas sebagai representasi jaringan penghubung
aktifitas dan mobilitas buatan manusia;
7. Bangunan dan Fasilitas Umum sebagai representasi obyek yang
digunakan manusia dalam beraktifitas;
8. Penutup Lahan sebagai representasi zonasi obyek rupabumi
berdasarkan kriteria klasifikasi jenis tutupan lahan.
Stereo Plotting
Acuan umum tingkat detail (resolusi) untuk produksi IGD rupabumi adalah sebagai
berikut:
1. Horisontal : 0,2 mm ukuran obyek pada peta cetak (1,25 m pada
skala peta 1:5.000)
2. Vertikal : 0,5 interval kontur selang (1,25 m skala peta 1:5.000)
3. Stereo plotting terhadap tema-tema tersebut di atas harus
dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
 Perairan
 Breaklines
 Masspoints dan spotheight
 Jaringan transportasi
 Bangunan dan permukiman
 Tutupan lahan
Stereo Plotting
Stereo Plotting Garis Perairan
1. Stereoplotting untuk tema garis perairan atau jaringan
sungai harus dimulai dari sungai besar dilanjutkan
dengan anak sungai, dan kemudian alur atau sungai
musiman.
2. Stereoplotting harus dimulai dari hulu ke muara. Sesuai
dengan karakteristik sungai maka elevasi pada vertex
(n+1) tidak boleh lebih tinggi dari elevasi vertex (n).
3. Dalam satu daerah aliran sungai, segmen garis sungai
harus terhubung satu dengan lainnya membentuk satu
jaringan yang bermuara pada satu titik. Sungai dan alur
dapat bermuara pada garis pantai, garis tepi danau,
garis tepi air rawa, atau garis tepi perairan lainnya.
Stereo Plotting Garis Perairan
4. Pada daerah karst, aliran sungai dapat terhenti tanpa
diketahui kelanjutan muaranya. Bentuk topografi
daerah karst dicirikan dengan banyak cekungan. Apabila
ditemui hal seperti ini maka operator harus
memberikan keterangan yang dicantumkan pada peta
kerja lapangan untuk membantu surveyor di lapangan.

5. Aliran Drainase yang tertutup oleh unsur buatan


manusia harus dikompilasi selama masih
memungkinkan untuk diinterpolasi arah aliran dan
ketinggian.
Stereo Plotting Garis Tepi Perairan
 Garis tepi perairan adalah garis batas daratan dan air yang menggenang. Garis
tepi danau/situ, garis pantai/pulau, dan garis tepi rawa, dan garis tepi empang
masuk dalam kategori ini.
 Karakteristik geometri garis tepi perairan ditentukan sebagai berikut:
1. Garis tepi perairan tidak terpotong oleh kontur
2. Setiap vertex pada garis tepi perairan mempunyai elevasi yang sama
3. Elevasi setiap vertex pada garis pantai harus nol
4. Garis pantai dan garis tepi danau/situ tidak terpenggal oleh muara sungai
5. Sungai harus berhenti pada garis tepi danau/situ
6. Sungai harus berhenti pada garis pantai
7. Sungai dapat memotong garis tepi rawa apabila operator atau surveyor
dapat melihat aliran sungai tersebut Garis tepi perairan adalah garis batas
daratan dan air yang menggenang. Garis tepi danau/situ, garis
pantai/pulau, dan garis tepi rawa, dan garis tepi empang masuk dalam
kategori ini.
Gambar Visualisasi Produksi Garis Pantai Skala
1:5.000
Stereo Plotting Garis Tepi Perairan
 UUIG Pasal 13 ayat 3 menyatakan secara jelas bahwa garis pantai
yang disajikan pada Peta Rupabumi Indonesia (RBI) mengacu
pada kedudukan muka air laut rata (mean sea level). Sementara
kedudukan muka air laut saat data akuisisi dapat dianggap muka
air laut sesaat namun umum digunakan sebagai garis pantai
pada Peta RBI.
 Penerapan datum tinggi yang seragam menjadi salah satu
prasyarat untuk memperoleh data geospasial yang seamless dan
konsisten. Pada wilayah yang telah memiliki distribusi Stasiun
Pasut dan Titik Tinggi Geodesi yang cukup memadai, muka laut
rata-rata dapat diturunkan dengan pengukuran ketinggian 0
(nol) meter.
Stereo Plotting Garis Tepi Perairan
 Sementara pada wilayah lain yang tidak memiliki infrastruktur
referensi tinggi yang memadai, dapat dilakukan pendekatan
dengan menggunakan model geoid global seperti Earth
Gravitational Model 2008 (EGM 2008).
 Dalam hal ini, garis pantai akan dikompilasi dengan
menggunakan pendekatan:
1. Muka laut sesaat, yaitu kenampakan garis pantai pada saat
perekaman data sebagai representasi batas daratan dan
lautan;
2. Muka laut rata-rata, yaitu kompilasi ketinggian 0 (nol) meter
setelah dilakukan penyeragaman datum tinggi Digital
Elevation Model (DEM) yang digunakan.
Stereo Plotting Breaklines
1. Data breaklines digunakan untuk membantu pembentukan DTM
dan kontur. Kerapatan breaklines bergantung pada bentuk
topografinya.
2. Pada daerah yang bergunung dan terjal maka breaklines lebih
rapat dibanding dengan daerah datar.
3. Pada waktu pengumpulan data ini, operator stereoplotting harus
memperhatikan bentuk dan aliran alur sungai agar dapat
menentukan breaklines dengan tepat sehingga dapat
menghasilkan bentuk kontur dan DTM yang representatif.
Stereo Plotting Breaklines
1. Data breaklines digunakan untuk membantu pembentukan DTM
dan kontur. Kerapatan breaklines bergantung pada bentuk
topografinya.
2. Pada daerah yang bergunung dan terjal maka breaklines lebih
rapat dibanding dengan daerah datar.
3. Pada waktu pengumpulan data ini, operator stereoplotting harus
memperhatikan bentuk dan aliran alur sungai agar dapat
menentukan breaklines dengan tepat sehingga dapat
menghasilkan bentuk kontur dan DTM yang representatif.
Gambar Mass-point (titik putih), Breaklines (coklat), jaringan
sungai (biru), dan Spotheight yang digunakan untuk
pembentukan DEM
Gambar
Breaklines
(coklat)
Stereo Plotting Masspoint dan Spotheight
• Pembentukan tema hipsografi terutama diarahkan untuk
menyediakan Digital Terrain Model (DTM) yang representatif
untuk kepentingan penyajian pada Peta RBI.
• Representasi hipsografi pada Peta RBI utamanya adalah Kontur
dan Titik Ketinggian (Spot Height).
• Kontur merupakan fitur rupabumi dalam bentuk garis yang
menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama.
• Proses penurunan kontur dilakukan dengan metode interpolasi
dan penghalusan (smoothing) tertentu, sehingga fitur yang
dihasilkan dapat merepresentasikan aspek elevasi wilayah terkait
secara estetik dan menarik namun tetap akurat dan representatif.
• Resolusi spasial data digital elevation model yang dibutuhkan
adalah maksimum 1 meter dalam kerapatan orisinal dan bukan
kerapatan post-gridding.
Gambar. Mass-point (titik hitam), Breaklines Gambar . DEM raster dengan ukuran cell5
(coklat), jaringan sungai (biru), dan Spotheight meter dan kontur dengan interval 12,5
yangdigunakan untuk pembentukan DEM meter
Stereo Plotting Masspoint dan Spotheight
Ketentuannya :
1. Pada skala 1:5.000, masspoints diplot dengan kerapatan
antara 10 s.d. 20 meter.
2. Untuk kemiringan >10% kerapatan masspoint adalah 10
meter sedangkan untuk kemiringan lereng ≤ 10% kerapatan
masspoints 20 meter.
3. Spotheight adalah titik tinggi yang ditempatkan pada puncak
gunung/bukit atau pada cekungan.
Stereo Plotting Masspoint dan Spotheight
Ketentuannya :
1. Spotheight dan masspoints tidak boleh ditempatkan pada
area perairan. .
2. Untuk daerah datar dimana hanya terdapat beberapa garis
kontur maka spotheight harus ditempatkan pada setiap titik
tengah kotak grid peta.
3. Untuk daerah datar dimana hanya terdapat beberapa garis
kontur maka spotheight harus ditempatkan pada setiap titik
tengah kotak grid peta.
Stereo Plotting Transportasi
1. Semua jaringan transportasi yang dapat terlihat pada foto harus diplot
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Plotting jaringan transportasi dilakukan pada garis tengahnya (centerline).
3. Jaringan transportasi tidak terputus pada lokasi perpotongan dengan
sungai.
4. Semua jaringan transportasi yang ada pembatas tengah harus diplot 3 garis
(2 bahu jalan dan 1 pembatas tengah sebagai centerline)
5. Semua jaringan transportasi yang dapat terlihat pada foto harus diplot
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
6. Plotting jaringan transportasi dilakukan pada garis tengahnya (centerline).
7. Jaringan transportasi tidak terputus di lokasi perpotongan dengan sungai.
8. Semua jaringan transportasi yang ada pembatas tengah harus diplot 3 garis
(2 bahu jalan dan 1 pembatas tengah sebagai centerline)
Stereo Plotting Bangunan dan Permukiman
1. Semua bangunan diplot sesuai dengan ukuran dan bentuk
sebenarnya.
2. Tinggi bangunan diplot pada atap bangunan sehingga bangunan
memiliki ketinggian terhadap terain disekitarnya.
3. Kumpulan bangunan/gedung yang berjarak rapat antara satu
dengan yang lain dapat diblok sebagai satu kesatuan.
4. Bangunan dikatakan rapat apabila jarak satu dengan lainnya 2.5
meter atau kurang.
5. landas pacu dan dermaga apabila terlihat pada foto harus
digambarkan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sebenarnya.
Bare Earth Non Earth
Model
Stereo Plotting Tutupan lahan Tutupan lahan
1. Unsur rupabumi yang masuk kategori ini terdiri dari: sawah, kebun, tegalan,
hutan, belukar, tanah kosong, padang rumput, dan hutan bakau.
2. Operator harus melakukan interpretasi kemudian mendelinasi batas vegetasi serta
memberi teks label seperti yang tampak pada gambar di atas tersebut.
3. Area tutupan lahan terbentuk dari gabungan data jalan, sungai, batas
permukiman, dan batas vegetasi.

sungai
Teks label Vegetasi

jalan Garis batas vegetasi


Kompilasi Data Hasil Stereo Plotting
Pekerjaan kompilasi data :
 Data unsur Hidrografi
 Data unsur Hipsografi
 Data Transportasi
 Data unsur
pemukiman dan
bangunan terpencar
 Data unsur Vegetasi

Contoh Raw Data Hasil Kompilasi


DIAGRAM ALIR EDITING 3D, PEMBENTUKAN DEM & KONTUR

Unsur-Unsur
Pembentukan DEM & Kontur
 Hipsografi (Masspoint, Breakline,
Spotheight)
 Hidrografi (Sungai, Danau, Garis pantai,dll)

Editing Unsur-unsur
Pembentuk DEM

Konversi ke format ASCII XYZ

GRIDING
Proses pembentukan grid dengan
menginterpoloasi nilai Z dari setiap Node
dengan metode interpolasi Krigging

DEM

Tidak
QC

Ya

Konversi menjadi DEM raster Pembentukan Kontur


format BIL 32 bit

DEM Raster & Kontur


Pembentukan DTM
 Model Elevasi Digital (DTM) adalah merupakan sekumpulan titik-
titik 3D (tiga dimensi) yang mewakili informasi spasial yang unik
terhadap suatu referensi tertentu, sehingga dapat membentuk
suatu relief bentuk permukaan bumi.
 Data DTM ini selanjutnya dipakai untuk :
 Pembentukan kontur
 Dipakai sebagai data masukan untuk Ortho Rectified Image
(ORI) dalam pemutakhiran data.
 Masukan data untuk pembentukan DTM dan kontur adalah data-
data dari hasil stereo kompilasi berupa :
 Unsur Hispografi berupa Masspoint, Spotheight dan Breakline.
 Data Hidrografi (unsur perairan) berupa Sungai, Danau, Rawa,
Garis tepi Pantai, dsb.
Pembentukan Garis Kontur
 Editing unsur - unsur pembentuk DTM
 Untuk unsur-unsur hidrografi, arah garis harus sama dengan arah
aliran (vertex pertama adalah hulu dan vertex terakhir adalah muara);
Elevasi pada vertex (n+1) lebih rendah atau sama dengan elevasi
vertex (n); Elevasi pada setiap vertex untuk garis tepi perairan seperti
garis pantai, garis tepi danau, empang dan rawa harus sama.
 Pertemuan node dengan node atau node dengan vertex harus snap
secara tiga dimensi
 Konversi ke format ASCII XYZ
Data masukan berupa data vektor garis 3D dan point 3D yang disimpan
dalam format DXF, selanjutnya dikonversi ke format ASCII XYZ
menggunakan perangkat lunak DXF2XYZ.
 Griding
Keluaran proses konversi ASCII XYZ digunakan sebagai masukan pada
proses pembentukan grid dengan resolusi 20 meter. Metode griding yang
digunakan adalah metode interpolasi Kriging. Perangkat lunak yang
digunakan adalah Surfer v.6.
Ketentuan Pembentukan Garis Kontur
Proses selanjutnya dari hasil kriging tersebut diatas adalah dilakukan
pembentukan kontur dengan interval kontur 2.5 meter dan kontur bantu
dengan interval 1.25 meter untuk daerah yang relatif datar.
Kontur yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
 Interval kontur indeks untuk skala 1:5.000 adalah 10 meter.
 Interval kontur selang untuk skala 1:5.000 adalah 2,5 meter.
 Untuk daerah relatif datar diberi garis kontur bantu dengan interval
setengah dari interval kontur selang.
 Garis kontur tidak saling berpotongan.
 Garis kontur tidak terputus, kecuali untuk kontur bantu.
 Garis kontur dengan elevasi yang sama tidak memotong sungai yang
sama lebih dari satu kali.
 Garis kontur tidak memotong garis tepi perairan (danau, empang, air
rawa, dan pantai).
 Pada lokasi perpotongan garis kontur dengan sungai maupun anak
sungai maka pola kontur cenderung menjorok ke arah hulu.z
Pembentukan DTM dan Garis Kontur
 Konversi ke DTM Raster
Hasil Gridding tersebut diatas selanjutnya dikonversi menjadi format DTM
Raster BIL 32 bit. Perangkat lunak yang digunakan adalah Global Mapper
V.10 dan menggunakan custom shader yang diberikan oleh pemberi
pekerjaan

 Output kegiatan
Output dari kegiatan pembentukan DTM dan Kontur adalah DTM raster
dalam format BIL 32 Bit dan Kontur yang akan ditampilkan pada peta
rupabumi skala 1 : 5.000
Pembentukan DTM dan Garis Kontur
Contoh
DTM
Raster
DIAGRAM ALIR BASIS DATA RUPABUMI

Hasil Editing 3D &


Pembentukan Kontur

Data Cleaning
(Edgematching & Topologi

Tidak
QC

ya

Proses pembentukan data base


menggunakan lisp & Tool Bakosurtanal

Pembuatan Meta data format FDGC

Basis data format


SHP & DWG
BASIS DATA RUPABUMI
Sistem Pengelompokan unsur
No. Tema unsur Kelompok Kode Tipe Geometri
Rupabumi Unsur Point Line Area Text
1. Bangunan 10000 v v v
PERALATAN YANG 2. Transfortasi 20000 v v
3. Hipsografi 30000 v v
DIGUNAKAN : 4. Batas Administrasi 40000 v v
PC dengan Processor 5. Penutup Lahan 50000 v
Intel Core2Duo 1.8 GHz, 6. Perairan 60000 v v
DDRAM 2 Gb 7. Toponim 64000 v

DATA YANG Sistem Penamaan File


DIPERLUKAN : 1. NLP_1PT ( untuk Bangunan : Point )
Data hasil Editing 3D 2. NLP_1LN ( untuk Bangunan : Line )
dan Pembentukan 3. NLP_1AR ( untuk Bangunan Area )
Kontur 4. NLP_2LN ( untuk Transfortasi : Line )
5. NLP_2AR ( untuk Transfortasi : Area )
6. NLP_3PT ( untuk Hipsografi : Point )
7. NLP_3LN ( untuk Hipsografi : Line )
8. NLP_4LN ( untuk Batas Administrasi : Line )
9. NLP_4AR ( untuk Batas Administrasi : Area )
10. NLP_5LN ( untuk Penutup Lahan dan Fungsi : Line )
11. NLP_5AR ( untuk Penutup Lahan dan Fungsi : Area )
12. NLP_5TX ( untuk Penutup Lahan dan Fungsi : Text )
13. NLP_6PT ( untuk Perairan : Point )
14. NLP_6LN ( untuk Perairan : Line )
15. NLP_6TX ( untuk Toponim : Text )
BASIS DATA RUPABUMI
Struktur object data / Atribut

Feature Class BUILDING / 10000 Feature Class ADMINISTRATIVE BOUNDARY / 40000 Feature Class TOPONYM / 64000
Geomatric Type : POINT; LINE; AREA Geomatric Type : LINE Geomatric Type : POINT – TEXT
Field Name Field Type Field Width Field Name Field Type Field Width Field Name Field Type Field Width
KODE_UNSUR Character 6 KODE_UNSUR Character 6 KODE_UNSUR Character 6
NAMA_UNSUR Character 50 NAMA_UNSUR Character 50 NAMA_UNSUR Character 50
TOPONIM Character 50 TOPONIM Character 50 TOPONIM Character 50
PELAKSANA Character 50 PELAKSANA Character 50 PELAKSANA Character 50
UPDATED Character 10 UPDATED Character 10 UPDATED Character 10

Feature Class TRANSPORTATION / 20000


Feature Class LAND COVER & FUNCTION / 50000
Geomatric Type : POINT; AREA
Geomatric Type : AREA
Field Name Field Type Field Width
Field Name Field Type Field Width
KODE_UNSUR Character 6
KODE_UNSUR Character 6
NAMA_UNSUR Character 50
NAMA_UNSUR Character 50
TOPONIM Character 50
TOPONIM Character 50
PELAKSANA Character 50
PELAKSANA Character 50
UPDATED Character 10

Feature Class HYPSOGRAPHIC / 30000 Feature Class HIDROGRAPHIC / 6000


Geomatric Type : POINT; LINE Geomatric Type : LINE
Field Name Field Type Field Width Field Name Field Type Field Width
KODE_UNSUR Character 6 KODE_UNSUR Character 6
NAMA_UNSUR Character 50 NAMA_UNSUR Character 50
ELEVASI Real 8.2 TOPONIM Character 50
PELAKSANA Character 50 PELAKSANA Character 50
UPDATED Character 10 UPDATED Character 10
KARTOGRAFI & PENCETAKAN PETA GARIS

PERALATAN YANG DIGUNAKAN :


PC dengan Processor Intel Core2Duo 1.8 GHz, DDRAM 2 Gb
Plotter design jet 500 ps

DATA YANG DIPERLUKAN :


Data hasil stereoplotting dalam format CAD
Basis data rupa bumi dalam format SHP.
Index sheet dan Map Frame

PENYAJIAN UNSUR
Penyajian Relief
Nama - nama
Simbol-simbol
Margin dan Informasi Tepi
Overlap Area

TATA LETAK PETA


Skala 1 : 1000, 1 : 2.500 dan 1 : 5.000 mengacu pada SPR-77
Skala 1 : 10.000 mengacu pada SPR-71
KARTOGRAFI & PENCETAKAN PETA GARIS
KARTOGRAFI & PENCETAKAN PETA GARIS
DIAGRAM ALIR REKTIFIKASI & ORTHOPHOTO

Diaspositif Foto udara


Parameter Orientasi
DEM

Scaning Diaspositif

Rectifikasi & Orthorektifikasi

Tidak
QC

Ya

Orthophoto

Mosaik Orthophoto
& Pemotongan berdasarkan NLP

Kartografi dan Pencetakan

Peta Foto
REKTIFIKASI & ORTHOPHOTO

PERALATAN YANG
DIGUNAKAN :
PC dengan Processor Intel
Core2Duo 1.8 GHz, DDRAM
2 Gb
Scanner fotogrametri
Plotter design jet 500 ps

DATA YANG
DIPERLUKAN :
Data kalibrasi kamera
Titik kontrol minor
Data Digital Elevation
Model (DEM)
Index sheet dan Map
Frame
KARTOGRAFI PETA FOTO
HASIL

1. Data digital Peta Garis dalam format AutoCAD 2004 (CAD);


2. Data digital Peta Foto;
3. Basis data rupabumi format ESRI Shape Files (SHP);
4. Digital Elevation Model (DEM) format BIL 32 bit dan USGS DEM;
5. Laporan Akhir kegiatan (hardcopy) sebanyak 10 buku;
6. Album Peta Garis dan Peta Foto tercetak pada skala 1: 2.500
s/d 1:10.000 (sesuai luas pulau), yang merupakan hasil proses
kartografi ArcGIS, dengan ukuran A0 dilipat menjadi ukuran
album A4 sebanyak 4 set;
7. Album Peta Garis dan Peta Foto tercetak pada skala 1: 2.500
s/d 1:10.000 (sesuai luas pulau), yang merupakan hasil proses
kartografi ArcGIS, dengan ukuran A3 sebanyak 4 set;
8. Album DEM tercetak pada ukuran A3 sebanyak 4 set;
9. Semua data digital diserahkan dalam DVD-ROM yang telah
diberi label (sticker DVD) dengan identitas data serta
perusahaan;
10. Semua data terkait dan laporan akhir di back-up dalam
eksternal Hard Disk.
STRUKTUR ORGANISASI

PPK-PBW Proyek Manager Administrasi

Ketua Tim Pelaksana

Koordinator Tim Ahli

Ahli Ahli
Ahli Fotogrametri Ahli Kartografi Ahli Pembentukan Basis
DEM & Kontur Rektifikasi & Data
orthophoto

Operator Operator Operator


Fotogrametri DEM & Kontur Kartografi
Operator Pembentukan
Operator Rektifikasi &
Basis Data
orthophoto

Anda mungkin juga menyukai