Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS DOKTER INTERNSHIP

PPOK ESASERBASI AKUT

DI SUSUN OLEH

dr. Ely Ernita


PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA

 Keadaan umum : Sakit Sedang


 Kesadaran : Compos Mentis
 TD : 160/100 mmHg
 Nadi : 125 ×/menit
 Nafas : 34x/
 Suhu : 39,0derjat celcius
 BB : 80 kg
ILUSTRASI KASUS
 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ngangka Sembiring


Usia : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : sudah menikah
Agama : islam
Pekerjaan : petani
Alamat : jl. Dusun kampung 1
Tanggal masuk RS : 28 januari 2020
No. Rekam Medik : 036711
ANAMNESIS

 Keluhan Utama : Pasien datang dengan


keluhan sesak,sesak yang dialami os lebih
kurang 2 hari yang lalu dan memberat hari ini.
Sesak tidak hilang pada saat os istrahat. Os juga
mengeluhkan demam yg dialami os 2 hari (+),
batuk berdahak (+) yg dialami os lebih kurang 1
bulan ini(+), mual(+),muntah(-),keringat malam
(-) BB naik(+),Nafsu makan (+). Riwayat
merokok (+) os mengatakan pada saat muda os
perokok aktif ,sehari bisa menghabiskan
1bungkus rokok. Tapi setelah sakit ini os
mengatakan berhenti merokok.
 Riwayat Penyakit Sekarang : PPOK eksaserbasi
Akut
 Riwayat Penyakit Sebelumnya : HT + Bronkitis

 Riwayat Penyakit dalam keluarga : Tidak ada


 Riwayat Pengobatan Sebelumnya : Tidak ada
 Kepala : Normosephali
 Mata : Konjungtiva anemis(-),sklera ikterik(-)
 THT : Dalam batas normal
 KGB : tidak ada pembesaran kgb
 DADA

Paru
Inspeksi :simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kanan = kiri
Perkusi : hipersonor(+)
Auskultasi : vesikular wheezing (+)
 Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : TDP
Perkusi : TDP
Auskultasi : TDP

 ABDOMEN
Inspeksi : Dalam Batas Normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrim (-) hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : TDP
Auskultasi: bising usus(+) N
 PUNGGUNG : DBN
 Alatkelamin : DBN
 Anggota gerak : normal

 Kekuatan : 55555/55555 55555/55555


55555/55555 55555/55555

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan darah lengkap

 KGD

 EKG
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 12,5 P:13,0-18,0


G/Dl W:12,0-16,0

Lukosit 16.000 /Mm3 4.000-11.000

Jumlah 209.000 /Ul 150.000-


Trombosit 400.000
Hematokrit 39.0 % P :39.-54 W:
36-47
Glukosa Darah 102 Mg/Dl <140
Ad Random
PEMERIKSAAN EKG
 Diagnosa kerja :
 Dypsnoe ec susp DD - PPOK
- Bronkitis

 Penatalaksanaan :
Terapi:
- 02 2-5 liter/i
- IVFD RL 10 gtt/i
- Inj. Norages 1 amp(k/p)
- Inj. Ranitidine 1 amp/ 8jam
-Inj. Ceftiaxone 1gr/ 12jam
- Bisoprolol 5mg 1x1
- PCT 3x500mg
- Ambroxol 3x1
 Anjuran : DL,KGD,EKG
 Konsul Dokter Sp.PD

Prognosis
 Quo Ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo Ad functionam : Dubia ad malam
 Quo Ad sanactionam : Dubia ad malam
FOLLOW UP
Tanggal 28 S: sesak (+),batuk P:
januari 2020 berdahak (+),demam(+) - tirah baring
O: - diet MB
TD :160/100mmHg -02 2-3 liter/i
HR;125x/i - IVFD RL 20 gtt/i
RR: 34x/i - nebul combivent /8
T: 39,0 C jam
A: PPOK Eksaserbasi - inj Norages 1 amp
akut /8jam
- inj cefotaxime 1
gr/8jam
- Acetylsistein 3x200mg
- retaphyl 2 x 300mg
- ambroxol syr 3xCthII
Tanggal 29 S: sesak nafas(+), P:
januari 2020 sakit kepala(+) batuk - tirah baring
berdahak(+) - diet MB
O: -02 2-3 liter/i
TD :130/80 mmHg - IVFD RL 20 gtt/i
HR 94 x/i - nebul combivent /8 jam
RR: 30x/i - inj Norages 1 amp K/P
T: 37,6 - inj cefotaxime 1
Thorax : whiziing(+) gr/8jam
A: PPOK Eksaserbasi - Acetylsistein 3x200mg
Akut - retaphyl 2 x 300mg
- ambroxol syr 3xCthII
- PCT 3x500mg
Tanggal 30 januari S: sesak nafas P : terapi lain
2020 berkurang lanjautkan
(+),batuk
berdahak(+)
O:
Sens: CM
TD :120/80 mmHg
HR 82 x/i
RR: 24x/i
T: 36,7
Thorax:whiziing
berkurang(+)
A: PPOK
Eksaserbasi Akut
Tanggal 31 januari S: batuk P : terapi lain
2020 berdahak(+) lanjautkan
O:
Sens: CM
TD :130/70 mmHg
HR 82 x/i
RR: 24x/i
T: 36,6
Thorax:whiziing
berkurang(+)
A: PPOK
Eksaserbasi Akut
tanggal 1 februari 20 S : batuk P : PBJ
menurun(+),sesak - Salbutamol 3 x 4
menurun(+),mual(+ mg
) - Retaphyl SR 2 x
O; sens: CM 300mg
TD ; 150/70 - Ambroxol syr 3 x
HR: 78x/I cth II
RR: 24x?I - Omeprazole 1 x1
Temp: 37,0 C - Domperidon 3
A: PPOK x10 mg.
PPOK
 Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah


penyakit pernapasan umum yang mempengaruhi lebih
dari 10% dari orang dewasa berusia ≥ 40 tahun.
Penyakit ini merupakan kelompok penyakit paru yang
di tandai oleh peningkatan resistensi saluran napas yang
terjadi akibat penyempitan lumen saluran napas bawah
dan ditandai dengan gejala berupa batuk berdahak dan
sesak napas.
 Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2020


diperkirakan prevalensi PPOK akan meningkat dari peringkat ke-6
menjadi peringkat ke-3 terbanyak di dunia. Data Nasional Center of
Health Statistics, jumlah penderita PPOK di Amerika Serikat tahun
2011 mencapai 15 juta jiwa dan diprediksi akan menjadi penyebab
penyakit kematian ke-3 pada tahun 2030. Sedangkan laporan
lainnya di Kanada pada tahun 2009-2010, penderita PPOK
mencapai sekitar 777.200 jiwa. Prevalensi PPOK di Jepang
mencapai 10,9%.
Di Indonesia PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10
penyebab tersering kematian. Prevalensi PPOK di Indonesia
berkisar 3,7 per 100.000 penduduk dengan perbandingan antara
laki-laki dan perempuan adalah 4:1.
 Faktor Risiko

a. Merokok
b. Polusi
c. Faktor genetik
d. Infeksi
e. Jenis Kelamin
f. Usia
 Patogenesis

Kerusakan struktur paru akibat respon inflamasi terjadi


saat pajanan gas beracun seperti asap rokok yang
mengaktifkan makrofag alveolar dan sel epitel jalan
napas sehingga membentuk faktor kemotaktik.
Selanjutnya faktor kemotaktik tersebut akan menginduksi
infiltrasi sel-sel hematopoetik pada paru yang dapat
menimbulkan kerusakan struktur paru.
Respon epitel saluran pernapasan juga berpengaruh
terhadap pajanan gas atau asap rokok berupa
peningkatan jumlah kemokin seperti Interleukin 8 (IL-
8), Macrophage Inflamatory Protein-1 α (MIPI-α) dan
Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP).
 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari PPOK meliputi:
a.Batuk produktif  sputum purulen dalam
jumlah yang banyak.
b. Dispnea
c. Anoreksia
d. Takikardi
e. Berkeringat serta hipoksia
 Diagnosa dan Klasifikasi PPOK

Diagnosa PPOK dimulai dari anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang .
a. Anamnesa

Faktor risiko seperti usia dan riwayat pajanan baik


berupa asap rokok, polusi udara maupun polusi
tempat kerja .
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peranan yang
terpenting untuk menegakkan diagnosis pada
PPOK.
 Pada inspeksi dapat ditemukan sianosis sentral,
bentuk dada barrel chest, penggunaan otot bantu
napas, pelebaran sela iga, pursed-lips breathing dan
edema tungkai sebagai tanda mengalami gagal jantung
kanan.
 Perkusi dijumpai hipersonor dan batas jantung
mengecil, letak diafragma rendah serta hepar
terdorong pada emfisema dan palpasi fremitus
melemah serta sela iga melebar.
 Pada auskultasi dijumpai suara napas melemah dan
dapat disertai dengan mengi.
Pemeriksaan Penunjang
 Spirometri

Pemeriksaan spirometri merupakan pengukuran


volume paru statik dan dinamik dengan menggunakan
spirometri.
 Radiologi

Pada derajat PPOK ringanhanya tampak sedikit


penambahan gambar corakan bronkovaskuler.
Pada derajat PPOK sedang terlihat sebagian paru
yang hiperinflasi atau hiperlusen
pada derajat PPOK berat hingga sangat
beratGambaran hiperlusen akan meliputi seluruh
lapangan paru disertai dengan diafragma letak rendah.
 Laboratorium darah rutin
Pemeriksaan laboratorium darah rutin meliputi:
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit serta
bertujuan melihat adanya timbul polisitemia yang
menunjukkan telah terjadi hipoksia kronik.
 Analisis gas darah

Pemeriksaan analisis gas darah dilakukan


terutama untuk menilai gagal napas. Apabila kadar
PaO2 menurun dibawah nilai normal akan terjadi
insufisiensi pernapasan dan terjadi kegagalan napas
bila PaO2 turun hingga 50 mmHg
 Mikrobiologi sputum
Mikrobiologi sputum pewarnaan gram dan kultur
resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman serta
pemilihan antibiotik yang tepat untuk terapi bila terjadi
eksaserbasi.
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan spirometri, The
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD
2014) membagi klasifikasi keparahan PPOK menjadi 4 tahap .

 Tahap I: PPOK Ringan


Batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pasien
sering tidak menyadari bahwa faal paru mulai menurun.FEV1
/FVC < 70% FEV1≥ 80% prediksi.
 Tahap II: PPOK Sedang

Batuk kronis dan produksi sputum menigkat, serta gejala sesak


mulai dirasakan saat aktifitas. Penderita mulai memeriksakan
kesehatannya. FEV1 /FVC < 70%/50% ≤ FEV1 < 80% prediksi.
 TahapIII: PPOK Berat
Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah
dan serangan eksaserbasi semakin sering dan
berdampak pada kualitas hidup. FEV1 /FVC < 70%/30%
≤ FEV1 < 50% prediksi.

 TahapIV:PPOK Sangat Berat


Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau
gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen.
Kualitas hidup pasien memburuk dan risiko eksaserbasi
dapat mengancam nyawa. FEV1 /FVC < 70% FEV1 <
30% prediksi, atau < 50% prediksi disertai gagal
napas kronik.
 Penatalaksanaan PPOK
Secara umum penatalaksanaan PPOK meliputi:
a. Edukasi
b. Obat-obatan
- Bronkodilator
- Kortikosteroid
- Antiinflamasi
- Antibiotika
- Mukolitik
c. Terapi oksigen
d. Nutrisi
e. Rehabilitasi PPOK
 Komplikasi PPOK
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK
adalah insufisiensi pernapasan atau gagal napas
yang digolongkan menjadi gagal napas kronik
dan gagal napas akut.
 Eksaserbasi Akut PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik eksaserbasi akut atau Acute


Exacerbation Cronic Obstructive Pulmonal Disease
(AECOPD) adalah perburukan dari gejala PPOK dengan
sesak napas bertambah, produksi sputum meningkat dan
perubahan warna sputum. Eksaserbasi akut dibagi menjadi
tiga klasifikasi:
a. Tipe I (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas
b. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas
c. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas
ditambah infeksi saluran napas atas > 5 hari, demam tanpa
sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi.
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS

Definisi
- Penyakit Paru Obstruktif Kronik
 Pasien seorang laki-
(PPOK) adalah penyakit pernapasan laki berusia 68
umum yang mempengaruhi lebih
dari 10% dari orang dewasa berusia tahun. Riwayat
≥ 40 tahun.
merokok(+)
Faktor resiko:
- Merokok
- Polusi
- Faktor Genetik
- Infeksi
- Jenis Kelamin
- Usia
TEORI KASUS

 Eksaserbasi Akut PPOK Pasien datang dengan keluhan


Penyakit paru obstruktif kronik sesak, sesak yang dialami os lebih
eksaserbasi akut atau Acute Exacerbation kurang 2 hari yang lalu dan
Cronic Obstructive Pulmonal Disease memberat hari ini. Sesak tidak
(AECOPD) adalah perburukan dari gejala hilang pada saat os istrahat. Os
PPOK dengan sesak napas bertambah, juga mengeluhkan demam yg
produksi sputum meningkat dan dialami os 2 hari (+), batuk
perubahan warna sputum. Eksaserbasi
akut dibagi menjadi tiga klasifikasi: berdahak (+) yg dialami os lebih
kurang 1 bulan ini(+),
a. Tipe I (eksaserbasi berat), memiliki 3 mual(+),muntah(-),keringat malam
gejala di atas
(+) BB naik(+),Nafsu makan (+).
b. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 Riwayat merokok (+) os
gejala di atas mengatakan pada saat muda os
c. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 perokok aktif ,sehari bisa
gejala di atas ditambah infeksi saluran menghabiskan 1bungkus rokok. Tapi
napas atas > 5 hari, demam tanpa sebab setelah sakit ini os mengatakan
lain, peningkatan batuk, peningkatan
mengi berhenti merokok.
TEORI KASUS

 Penatalaksanaan  tirah baring


Penatalaksanaan pada  diet MB
penderita PPOK eksaserbasi
yaitu pemberian obat-obatan  02 2-3 liter/i
yang maksimal seperti:  IVFD RL 20 gtt/i
bronkodilator,  nebul combivent /8 jam
kortikosteroid
sistemik,mukolitik,  inj Norages 1 amp /8jam
antibiotik, oksigen, dan  inj cefotaxime 1 gr/8jam
ventilasi tekanan positif
non-invasif adalah tindakan  Acetylsistein 3x200mg
terapi yang paling umum  retaphyl 2 x 300mg
pada PPOK eksaserbasi
 ambroxol syr 3xCthII
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai