Anda di halaman 1dari 9

PAKET PELAYANAN AWAL

MINIMUM (PPAM) KESEHATAN


REPRODUKSI

OLEH :
KELOMPOK 4
Pengertian PPAM

Paket Pelayanan Awal Minimum atau disingkat PPAM


merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan
reproduksi yang harus dilaksanakan segera pada
tanggap darurat krisis kesehatan untuk menyelamatkan
jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja
perempuan.
Tujuan paket pelayanan awal minimum
kesehatan reproduksi
 Mengidentifikasi koordinator PPAM kesehatan
reproduksi
 Mencegah dan menangani kekerasan seksual
 Mengurangi penularan HIV
 Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian
maternal dan neonatal
 Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif dan terintegrasi ke dalam pelayanan
kesehatan dasar ketika situasi stabil.
Mencegah meningkatnya kesakitan dan
kematian maternal dan neonatal
Pada tanggap darurat krisis kesehatan, koordinator
kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa setiap
ibu yang akan bersalin mempunyai akses terhadap
pelayanan kesehatan dan apabila sewaktu waktu akan
bersalin, terdapat petugas kesehatan yang siap
menolong persalinan. Di samping itu, perlu dipastikan
tersedianya pelayanan PONED dan PONEK 24 jam per
hari, 7 hari per minggu sebagai fasilitas rujukan apabila
sewaktu waktu terjadi komplikasi obstetri dan/neonatal
Kegiatan yang harus dilakukan koordinator kesehatan
reproduksi pada situasi bencana:
 Pendataan dan pemetaan ibu hamil dan bayi baru
lahir di tempat-tempat pengungsian
 Pemetaan puskemas PONED dan rumah sakit PONEK.
Hal-hal yang harus diobservasi adalah keadaan
bangunan, kondisi geogafis, transportasi, peralatan,
obat-obatan dan ketersediaan sumber daya manusia
 Memastikan petugas dapat menjangkau ibu hamil dan
ditempatkan di dalam satu tenda
 Berkoordinasi dengan penanggung jawab bidang gizi
untuk ketersediaan konselor ASI di pengungsian
 Mendistribusikan buku KIA pada ibu hamil
 Mendistribusikan kit bidan, kit kesehatan reproduksi, kit
individu apabila dibutuhkan
 Memastikan ketersediaan pelayanan PONED dan PONEK
24 jam/7 hari
 Berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan BPBD untuk
menyediakan tenda kesehatan reproduksi dan tenda
pemenuhan kebutuhan khusus perempuan
 Berkoordinasi untuk memastikan adanya sistem rujukan
yang berfungsi dari masyarakat, puskesmas, rumah sakit
24 jam/7 hari
 Memastikan terpasangnya informasi tentang prosedur
pelayanan kesehatan, yang menyebutkan kapan, dimana
dan bagaimana merujuk pasien dengan kondisi
kegawatdaruratan maternal dan/neonatal ke tingkat
pelayanan kesehatan lebih lanjut
 Memastikan nutrisi yang cukup bagi kelompok rentan
khususnya ibu hamil dan menyusui
Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rujukan
 Pelayanan kegawatdaruratan neonatal meliputi:
 Resusitasi
 Perlindungan suhu tubuh
 Pencegahan infeksi (kebersihan, memotong dan
merawat tali pusar secara higienis, perawatan
mata)
 Pengobatan penyakit pada neonatal dan
perawatan bayi prematur/berat badan lahir rendah
Memastikan Tersedianya Penanganan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di
Fasilitas Kesehatan Rujukan

Koordinator kesehatan reproduksi memfasilitasi


bantuan bagi rumah sakit setempat dalam penyediaan
tenaga kompeten, sarana dan prasarana, termasuk
obat-obatan dan peralatan operasi sesar, yang
diperlukan untuk menyelenggarakan PONEK.
Pelayanan PONEK meliputi
 Pemberian antibiotik melalui infus
 Obat uterotonika melalu iinfus (oksitosin)
 Obat anti konvulsi melalui infus (magnesium sulfat)
 Pengeluaran sisa hasil konsepsi dengan
menggunakan Aspirasi Vakum Manual
 Melakukan manual plasenta
 Kelahiran melalui vagina yang dibantu (dengan
vakum)
 Resusitasi neonatal
 Melakukan pembedahan dengan anestesiumum
(operasi sesar, laparatomi)
 Memberikan transfusi darah yang aman dan
rasional

Anda mungkin juga menyukai