PEKALONGAN
Pendahuluan
memengaruhi bangunan-bangunan di
Indonesia pada masa colonial terutama
masa pemerintahan Gubernur Jendral
Herman Willem Daendels (1808-1811)
Indonesia disebut Netherland Belanda membawa gaya Kaum liberal Belanda mendesak Pendekatan rancangan arsitektur
Indisvhe (Hindia Belanda), neoklasik yang mulai tersebar politik etis, pemukiman Belanda Hindia Belanda mulai menerapkan
arsitektur belum memiliki tipologi luas di Eropa, hal ini diberi nama tumbuh cepat, Indische unsur unsur arsitektur tropis,
bentuk yang jelas dan tidak Indische Architectuur. Architectuur terdesak dan arsitektur Indonesia yang
menyesuaikan dangan iklim dan muncul standard arsitektur menjadikannya konsep yang elektis.
lingkungan setempat modern yang berorientasi ke
Belanda
Sidharta (1997), berpendapat juga bahwa arsitektur indis adalah segala bentuk arsitektur yang dibangun pada masa penerintahan kolonial belanda di Indonesia dengan
pengaruh belanda (Sukawi, 2009:44)
Pengertian Stasiun Kereta Api
• UU RI 23/07
Stasiun kereta api berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani naik turun penumpang, bongkar muat barang, keperluan
operasi kereta api.
• Permenhub 29/11
Jenis gedung di dalam stasiun dibagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu:
1). Gedung untuk kegiatan pokok.
2). Gedung untuk kegiatan penunjang stasiun kereta api.
3). Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun.
Sejarah Stasiun Kereta Api Pekalongan
• Stasiun Pekalongan mulai dibuka untuk umum sejak 1 Febuari 1899 sekaligus peresmian lintas seksi terakhir Pekalongan – Pemalang sejauh 33,8 Kilometer
• Awalnya perusahaan trem partikelir Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) membangun stasiun Pekalongan dengan bentuk cukup sederhana.
Desain stasiun lama (1899 – 1919) saat itu lebih mengutamakan fungsi bangungan tanpa adanya ukiran-ukiran atau ornamen unik lainnya.
• Pada proyek peningkatan jalan Trem Cirebon – Pekalongan – Semarang menjadi jalur kereta api (1912-1921), stasiun Pekalongan turut direnovasi besar. SCS
membongkar stasiun lama dan membangun stasiun baru yang lebih megah.
• Arsitekturnya pun dibuat untuk menyambut lebih ramah kepada penumpang, kanopi yang menaungi peron penumpang dibuat berbahan g enteng merah.
Tutupan samping kanopi tidak berubah bentuknya, tetapi ditambah delapan belas jendela kotak kaca selain menimbulkan kesan modern juga sebagai ventilasi
cahaya agar suasana dibawah kanopi lebih terang. Banyak bernuansa “Art Nouveau” yaitu sederhana dan sedikit ornamen.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif dengan pendekatan rasionalistik. Pengumpulan data dilakukan melalui penggambaran
ulang dari hasil pengamatan yang di terjemahkan ke bentuk modeling SketchUp.
Penentuan variabel dilakukan dengan terlebih dulu mengkaji dasar teori yang dijadikan dasar indikator. Indikator yang menjadi variabel
mengacu pada model yang tersedia dengan perbandingan terhadap dasar teori.
Analisis
Analisis pada penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan lapangan yang diterjemahkan dalam bentuk modeling berupa SketchUp yang
digunakan sebagai acuan dalam proses identifikasi.
Adapun hal-hal yang menjadi pokok perhatian adalah Elemen bangunan, Bentuk, Proporsi, dan Tekstur.
Elemen Bangunan
Atap
Atap yang digunakan pada Stasiun Kereta Api Pekalongan
merupakan atap dengan bentuk pelana ganda atau gable
yang bertumpuk dengan rentang sudut kemiringan 18-
21. Dapat diamati juga penggunaan lisplang di setiap tepi
atam Stasiun Kereta Api Pekalongan.
Elemen Bangunan
Balance
Sumbu simetri dapat terlihat pada tampak atas dan depan
Stasiun Kereta Api Pekalongan. Pembagian proporsi yang
simetris adalah salah satu konsep arsitektur yang banyak
diterapkan dalam gaya indis pada masa Indische Empire
(1890-1915) [dan arsitektur transisi] Stasiun Kereta Api
Pekalongan yand dibangun pada periode itu (1898)
teramati mengikuti konsep tersebut.
Dengan menarik garis lurus ditengah masa bangunan,
akan muncul penerapan sumbu yang simetris pada Stasiun
Kereta Api Pekalongan. Namun jika diamati lebih lanjut,
letak pintu masuk tidaklah berada di tengah bangunan. Hal
ini menjadikan bagian pintu masuk sebagai obstruksi
simetris yang bisa menjadikannya titik focal (focal point)
yang menegaskan hirarkinya diantara elemen lain di
proporsi Stasiun Kereta Api Pekalongan.
Elemen Bangunan
Penggunaan konsep Arsitektur Indis pada Stasiun Kereta Pekalongan dapat ditandai dengan adanya penggunaan elemen arsitektur kolonial yang
dipadukan dengan elemen lokal.
Secara keseluruhan arsitektur indis yang diterapkan pada Stasiun Kereta Api pekalongan sesuai dengan penerapan gaya kolonial setelah tahun
1902 hal ini berkaitan dengan adanya renovasi stasiun pada tahun 1919.
TERIMA KASIH