Anda di halaman 1dari 14

ILMU

AGAMA
Oleh:
Willy Ihsan R
Ranintya Meikahani
Aksiolog
Akidah Aksiology
y
Epistemolog
Akhlak y

Al- Ontolo
Kithab gy
ILMU

Ilmu adalah cabang pengetahuan yang dikembangkan secara deduktif dan


induktif atau perpaduan antara rasionalisme dan empirisme (Suriasumantri, 1986)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan


tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
pengetahuan.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan rangkuman dari sekumpulan


pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati / berlaku umum dan
diperoleh melalui serangkaian prosedur sistematik, diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
AGAMA

 Agama merupakan proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap


sesuatu yang diyakininya, baheu sesuatu lebih tinggi daripada manusia.
(Daradjat, 2005)
 Agama adalah aturan atau tata cara hidup manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya (Ensiklopedi Nasional
Indonesia)
 Agama sbg ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
lingkungannya ( KBBI)
Agama...

 Agama merupakan salah satu entitas yang melekat dalam diri individu dan
masyarakat. Secara definitif, agama dari bahasa Sansekerta “A Gama” yang
berarti tidak kacau (gamang).
 Agama memiliki peran di dalam masyarakat agar hubungan antar individu di
dalam masyarakat menjadi teratur dan menjaga agar setiap manusia
senantiasa menjaga periaku.
 Ajaran agama menjadi sesuatu yang sangat tinggi nilainya di dalam
masyarakat. Di sinilah agama dapat berfungsi sebagai penyeimbang
terhadap segala permasalahan di masyarakat.
 Dapat disimpulkan bahwa agama merupakan suatu keyakinan yang dianut
oleh individu yang mengatur tata cara kehidupan manusia dan peribadatan
Unsur Agama

1. Keyakinan (akidah)
Merupakan keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini pengatur
dan pencipta alam
2. Peribadatan (ibadah)
Tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan sebagai konsekuensi atau
pengakuan dan ketundukannya. Peribadatan merupakan sarana langsung untuk
berhubungan dengan Tuhan; berbuat baik dalam rangka terjadi harmoni di dalam tertib
kehidupan; percaya pada hari kemudian membuat manusia berani menghadapi misteri
kematian. Kata Plato: “Harapan akan kehidupan lain, membuat aku berani menghadapi
kematianku sendiri dan kematian orang yang aku cintai” (Durant, 1961: 27)
3. Sistem Nilai (value, sumber hukum, syariat)
Mengatur hubungan manusia degan manusia lainnya atau akan semesta yang dikaitkan
dengan keyakinan tersebut
Hubungan antara Ilmu dan Agama

Ilmu dan agama lahir karena kebutuhan, yaitu untuk menjawab berbagai
macam tantangan yang selalu dihadapi manusia dalam eksistensinya.
Manusia ketika dilahirkan dalam keadaan yang lemah dan tidak berdaya, di
dalam dirinya memiliki bakat untuk mengembangkan akal-pikiran yang akan
menuntunnya mengarungi kehidupan.
Ilmu dan agama merupakan cara yang dimiliki manusia untuk mengenali
misteri kebenaran dan kenyataan di dalam struktur pengetahuan yang lebih
luas. Jadi, secara epistemologis, ilmu dan agama merupakan jenis
pengetahuan yang dimiliki manusia di antara jenis pengetahuan yang lain:
common sense, mitos, ideologi, dan seni (Wijaya, 2006: 175)
Kontribusi Agama terhadap Ilmu

 Agama dan ilmu bersifat komplementer, saling melengkapi. Pemahaman


dan penghayatan yang baik atas ilmu dan agama maupun
pengetahuan yang lainnya akan membuka mata kesadaran manusia
bahwa sifat realitas itu plural.
 Agama sbg rambu-rambu. Pada dasarnya ilmu dibangun untuk
meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan. Apabila ilmu
berkembang terlalu jauh dan melenceng dari tujuan awalnya, maka
agama berhak memberikan peringatan.
Kontribusi Ilmu terhadap Agama

 Ilmu membuat manusia menjadi lebih rasional. Ilmu sejauh ini merupakan
pengetahuan yang paling dapat diandalkan, terlebih lagi implementasi
lebih lanjut pengetahuan ilmiah menjadi teknologi telah menghasilkan
berbagai peralatan yang dapat mempermudah dan bahkan
memperpanjang harapan hidup manusia
 Aktivitas kehidupan beragama tidak luput dari sentuhan ilmu
Memiliki Pengetahuan Agama yang
Luas Jaminan Menjadi Alim

 Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau


mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis (AL Hikmah.
1993).
 Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu a’in
ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup
dalam rukun Islam, (1979, Ihya Ulumudin)
 Ilmu itu hanya dapat dilakukan dengan perbuatan, dimulai dengan
kemauan, artinya kemauan yang dapat menguatkan ketulusan budi
sebagai usaha untuk penakluk kejahatan (Pocung)
Memiliki Pengetahuan Agama yang
Luas Jaminan Menjadi Alim

 Tidak Jaminan!!
 Karena untuk orang dikatakan alim
karena tindakan (prilaku). Jika
sebatas pengetahuan, belum bisa
diwujudkan menjadi ilmu, apalagi
tindakan.
Produk Keilmuan Sering Tidak Selaras
dengan Agama

 ilmu sebagai aktivitas, ilmu sebagai pengetahuan sistematis, ilmu sebagai


metode Ilmu sebagai aktivitas kognitif harus mematuhi berbagai kaidah
pemikiran logis, sementara, disebut pengetahuan sistematis karena ilmu
merupakan hasil dari pelaksanaan proses-proses kognitif yang terpercaya,
dan sistematis. (The Liang Gie 1996:130).
 Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah ciri-cirinya adalah Sistematis, Empiris,
Obyektif, Analitis, Verifikatif (The Liang Gie 1996:130).
 Tidak Selaras!!! (Upacara Adat, upacara pemanggilan hujan)
Ilmu Disatukan dengan Agama

 Sains dan agama ditafsirkan sebagai dua bahasa yang tidak saling berkaitan
karena fungsi masing-masing berbeda. Bahasa agama adalah sebuah
seperangkat pedoman yang menawarkan jalan hidup yang berprinsip pada
moral tertentu, sedangkan sains dianggap sebagai serangkaian konsep untuk
memprediksi dan mengontrol alam. (Baharudin, 2015)
 Lebih lanjut teori kebenaran agama sebagai wahyu yang diturunkan oleh
sang pencipta. Posisi teori ilmiah berada dalam bawah naungan kebenaran
agama, dan kebenaran filsafat. (Munawardina, 2014)
 Agama dan Sains tidak selamanya berada dalam pertentangan dan
ketidaksesuaian. Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antara
keduanya. Sekelompok orang berpendapat agama tidak mengarahkan
pada jalan yang dikehendakinya dan agama juga tidak memaksakan sains
untuk tunduk pada kehendaknya.
“Religion without
science is blind: science
without religion
is lame“.

Anda mungkin juga menyukai