Anda di halaman 1dari 56

ISU DAN TREN

SERTA
KEBIJAKAN NASIONAL
KESEHATAN/KEPERAWATAN JIWA

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KESEHATAN JIWA


DEPARTEMEN KESEHATAN
ISU  TREN

 KEBIJAKAN
ISU
REALITAS DI MASYARAKAT

• BANYAK PENDERITA
G.JIWA YANG TIDAK
MENDAPATKAN TERAPI
• BESARNYA TREATMENT
GAP

• MASALAH HAM PADA


PENDERITA G.JIWA
ESTIMASI TREATMENT GAP
(HASIL PENELITIAN KEC. LEUWILEANG,
POPULASI 177.454)

EPILEPSI PSIKOSIS
Antisipasi jumlah pasien *
1774 2661

Pasien yang mencari


pertolongan pada batra
1038 1080

Pasien yang mencari


pertolongan ke nakes di
167 43
puskesmas

Treatment gap (%) 1607/1774 2568/2661


(90.58) (96.5)

•Prevalensi Epilepsi & Psikosis 1-3%  Epilepsi : 1.0%, Psikosis: 1.5%

•Hanya 9,42 % epilepsi dan 3,5% psikosis yang diterapi oleh petugas kesehatan
REALITAS PADA SEBAGIAN BESAR PELAYANAN
PSIKIATRI DI INDONESIA

APAKAH SEPERTI INI PELAYANAN PSIKIATRI


YANG KITA INGINKAN DI INDONESIA?
JUMLAH TEMPAT TIDUR
 Jumlah RSJ: 51  Provinsi yang
dengan 8519 TT belum mempunyai RSJ:
 Kepulauan Riau,
 5 RSJ dikelola oleh
Depkes (2.326 TT),  Banten,
 30 RSJ dikelola oleh  Gorontalo,
PEMDA (5. 603 TT),  Maluku Utara,
 16 RSJ Swasta (590 TT)  Nusa Tenggara Timur,
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia  Sulawesi Barat,
 Papua
 Papua Barat dan
 Kalimantan Tengah.
PREVALENSI NASIONAL
GANGGUAN JIWA BERAT USIA >15 TAHUN
(RISKESDAS, 2007)
PREVALENSI NASIONAL
GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL USIA >15 TAHUN
(RISKESDAS, 2007)
CONTOH: ESTIMASI MASALAH KESEHATAN JIWA
DI PROVINSI DKI
POPULASI : 7.523.591 (DATA RISKESDAS, 2007)

G.MENTAL • 14,1 % x 72 % pddk (5.416.985)


EMOSIONAL =763.794 orang
• Kemana mereka berobat?
(14,1%)

G.JIWA • 2,3% x 72% pddk (5.416.985)


=124.590 orang 10% butuh perawatan
BERAT di institusi 12.459 orang
• Total Bed DKI < 1000
2,03% • Kemana mereka?
Indonesia Jepang USA
(2001) (1995) (1994)
Psikiater 512 6,899 24,069
0.21/100.000 5.5 / 100.000 9.2/100.000

Perawat Jiwa 1,769 32.187 24.069


0.88/100.000 25.6/100.000 40.5

Psikolog Klinis 51 2.257 21,798


(bekerja pada yankeswa) 0.02/100.00 1.8/100.000 8.4/100.000

Pekerja sosial Tidak ada 1,967 55,479


psikiatrik 1.6/100.000 21.3/100.00
(DALYs)

Projections

R 2000 2020
a
n
k
1 Lower respiratory infections Ischaemic heart disease
2 Perinatal conditions Unipolar depressive disorders
3 HIV/AIDS Road traffic accidents
4 Unipolar depressive disorders Cerebrovascular disease
5 Diarrhoeal diseases Chronic obstructive pulmonary
disease
SURVEI KEINGINAN PASIEN PSIKIATRIK

64.9
Pekerjaan / penghasilan
Tidak kambuh 48.5

Dukungan / diterima masy 48.4

Tidak ingin makan obat lagi 45.4

Dukungan keluarga 45.4

Tinggal dilingkungan lebih baik 40.7

Banyak teman 38.8

Konsultasi dengan dokter 36.2

Hak mendapatkan obat yang 34.5


lebih baik
31
Waktu berlibur
%
0 20 40 60 80
Hwang 2001
RUANG LINGKUP KESEHATAN
JIWA
MASALAH
PERKEMBANGAN
MANUSIA
Life YG HARMONIS MASALAH
cycle DAN
PSIKO-SOSIAL
PENINGKATAN
KUALITAS HIDUP

MASALAH
GANGGUAN JIWA
(ICD-X)
Self care
Community
Healthy Yankeswa
Informal
Mental PKM
Health
Problems RSU
Mental
Disorders

RSJ
Kemiskinan
Ekonomi Sulit
Pendidikan Rendah
Pengangguran

Ggn. Mental &


Perilaku

Dampak Ekonomi
Kebutuhan Kesehatan
Kehilangan Pekerjaan
Produktivitas
SIRKULUS : KEMISKINAN, GANGGUAN FISIK DAN
MENTAL

Investing in Mental Health. WHO 2003


BEBAN GANGGUAN JIWA
A. Biaya B. Biaya C. Biaya lain-lain
perawatan produktifitas

1. Penderita Biaya pengobatan dan Disabilitas ; penderitaan;


pelayanan Hilangnya pendapat Pengobatan efek
samping, bunuh diri

2. Keluarga Perawatan Informal Hilangnya waktu untuk Penderitaan


bekerja Isolasi
stigma

3. Tenaga kerja Kontribusi pengobatan Menurunnya produktifitas -


dan perawatan

4. masyarakat Menyediakan pelayanan Menurunnya produktifitas Kematian


keswa dan pelayanan ; penyakit yang tidak
medik umu diobati
(pajak /asuransi
; pengucilan
Lain-lain

Problem
Kes. jiwa

12 •Problem berkaitan
Dg perilaku
Problem
Maternal/Perinatal
9.5

Malaria 2.8
Problem Problem Serebrovaskuler 3.2
pernapasan
9 Kanker Penyakit Jantung
5.8 4.4
•Angka mencerminkan persentase “disability-
adjusted life years lost”
*TIDAK ADA KESEHATAN TANPA KESEHATAN JIWA
Hubungan penyakit fisik dan jiwa

 CHD
 Depresi
 Gangguan jiwa  Stroke
yang lazim
 Diabetes
 Skizofrenia
 Ggn. Kognitif
 HIV/ AIDS
 Alkohol/ zat
psikoaktif
 Malaria

 Depresi maternal  Tuberculosis


 Ggn. tumbuh
kembang pada
anak
 Psikosis maternal  Kematian bayi
*WHO, Pan American Health Organisation, the EU Council of Ministers, the World Federation of Mental Health
PREVALENSI
Hipertensi > 29%

Infark jantung > 22%

Epilepsi > 30%

Stroke > to 31%

Diabetes > 27%

Kanker > 33%

HIV/AIDS > 44%

TBC > 46%

Populasi > 10%


Umum WHO, 2003,
DEPRESI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT FISIK

Penulis Tahu Penyakit Jumlah Instruments Prevalensi


n kasus

1 Tjhin Wiguna 1997 Artritis 50 subyek HRS-D 29%


Rematoid
2 Martina Wiwie 1994 nyeri 65 pasien HRS-D; PPDGJ anxiety 18,18%,
punggung II depression 69,09%
bawah kronik
3 Eka Viora 1995 Asma 90 pasien HRS-D; PPDGJ 32,37%
Bronkial II
4 Engelberta 2001 Diabetes 80 subyek Life 36%
Pardamean Mellitus Experiences
Survey
5 W. Edith H. 2001 Talasemia 192 subyek; SCL-90 31.90%
Pleyte Mayor 192 parents
6 Sony Chandra 2004 Obesitas 27 subyek SCL-90 29.60%
27 kontrol
7 Titis Diah 2004 Psoriasis 80 subyek Kuesioner citra 67,5%
Budiningwati dir Rosenberg
SCID-I
8 Dickson Allan 2004 Disfungsi 49 subyek SCID-I 62,5%
Legoh Ereksi
organik.
9 Theresia MD 2002 Gagal ginjal 82 subyek SCID-I; KDQoL- 47,6%
Kaunang terminal SF

10 Surilena 2001 Talasemia 86 subyek FACES III - 11,4%


86 parents SCL-90

11 Mariyatul 2004 Perimenopause 66 subyek PPDGJ III 53,12%


Choirah
12 Diah Mutiara 2004 Infark Miokard 136 subyek Videotaped CE; 57,4%
akut SCID-I

13 Peony S 2005 Talasemia 68 subyek SCID-I Mothers: 50%


68 mothers Children
22,1%
14 Adhi Wibowo 2004 HIV-AIDS 100 subyek MINI ICD 10 68*%
15 Ni Wayan Ani 2005 Infertilitas 46 couples SCID-I Wife: 43,5%
HRS-D Husband
15,2%
MASALAH GLOBAL DALAM LAYANAN
KESEHATAN JIWA

 30% dari populasi global, memiliki konsep yang berbeda di


bidang kesehatan jiwa
 1-3% dari populasi merupakan gangguan jiwa serius
 Lebih dari 800,000 angka kejadian bunuh diri per tahun terutama
di negara dengan pendapatan per kapita rendah-menengah
 65%-90% dari penderita tidak memperoleh pengobatan
 Lebih dari seperempat dari jumlah negara di dunia tidak memiliki
akses layanan psikiatrik dasar di tingkat primer  tema HKJS
2009?

Prince et al, Lancet 2007


TREN
(DALYs)

Proyeksi

R 2000 2020
a
n
k
1 Infeksi Respirasi Bawah Peny. Jantung Iskemik
2 Kondisi Perinatal Gangguan Depresi
3 HIV/AIDS Kecelakaan Lalulintas
4 Gangguan Depresi Peny. Serebrovaskular
5 Diare PPOM
NEGATIVE TREND POSITIVE TREND
 Perkembangan terbaru
 Jaminan HAM penderita gangguan
dan intervensi yang lebih
jiwa belum memadai
efektif (farmakologi dan
 Dominannya perawatan medik akut psikologi)

dan kurang memperhatikan  Pelayanan berbasis


masyarakat
perawatan jangka panjang dan
 Kesadaran dan
kebutuhan psikososial
keterlibatan pasien dan
 Meningkatnya keterlibatan industri kelompok keluarga

farmasi
TREN INTERNASIONAL DALAM
REFORMASI KESEHATAN JIWA

 Menutup/mengurangi TT pada RSJ besar ( > 1000


beds)
 Perpindahan dari layanan RS ke layanan di komunitas
 Pengembangan tim tatalaksana komunitas (case
management)
 Rehabilitasi psikososial di komunitas dengan tujuan
untuk re-integrasi sosial, kesempatan kerja, dan
kehidupan bermasyarakat
 Meningkatkan kapasitas keluarga dan komunitas
dalam penyediaan layanan kesehatan jiwa yang lebih
baik
KEBIJAKAN
1. Menyediakan pelayanan keswa 1. Menetapkan
pada pelayanan kesehatan kebijakan dan
primer program nasional,
2. Ketersediaan psikofarmaka legislasi
disetiap tingkat pelayanan 2. Mengembangkan
3. Memberikan perawatan keswa SDM
dimasyarakat 3. Kerjasama lintas
4. Pendidikan masyarakat untuk sektor
meningkatkan kesadaran 4. Monitoring
terhadap keswa keswamas
5. Keterlibatan masyarakat, 5. Dukungan
keluarga dan konsumen dalam terhadap penelitian
perawatan kesehatan jiwa

©
2001
 Dari Pendekatan BIO-MEDIKO Pendekatan
BIOPSIKOSOSIAL (Dimensi sosial sebagai
komponen penting pengobatan)
 Dari setting RAWAT INAP SETTING YANG
LEBIH LUAS
 DARI HANYA PELAYANAN BERBASIS RS
BERBASIS MASYARAKAT
 Dari perawatan JANGKA PENDEKJANGKA
PANJANG (rehabilitasi)
 Dari kerja INDIVIDU Kerja TIM
 Dari PENGOBATAN PELAYANAN
 Dari KLINIS  KESEHATAN MASYARAKAT
TRADITIONAL ROLE OF
PSYCHIATRISTS
• Psikiater bekerja secara tradisional menyediakan
pelayanan klinik berkualitas baik bagi pasien G.jiwa berat
• Berfokus pada perawatan hospital-based
untuk pasien psikotik dan gangguan afektif berat ( 10
penyakit terbesar di RSJ)
• Training bagi para psikiater juga terbatas untuk kelompok
g.jiwa yang terbatas ini (1-3%) populasi.
1-3%
G.Jiwa • Riset hanya berfokus pada basic science G.jiwa dan
Berat intervensi klinis, hanya sedikit yang tertarik untu melihat
cost effectiveness atau riset sistem kesehatan jiwa
EXPANDED ROLES FOR PSYCHIATRISTS
• Psikiater harus mau memperluas peran
untuk masalah epidemiologi yang difokuskan
pada tingginya prevalensi depresi, ansietas
dan masalah keswa lain yang menimbulkan
beban pada populasi yang tinggi, serta fakta
lapangan masih banyak masyarakat yang
20% belum mendapat pengobatan
3% total • Masalah kepedulian dengan HAM pelayanan
G.Jiwa di pelayanan psikiatri berbasis RSJ
G.Jiwa
harus mendorong agar perawatan pindah dari
berat
hanya hospital-based kepada community-
based systems
• Peran Psikiater tidak hanya sebagai spesialis
klinis saja tapi juga dapat menjadi leader bagi
tim multi disiplin / case management serta
negosiator dengan Pemerintah, Keluarga,
klinikus yang bekerja di masyarakat (seperti
Dokter Praktek Swasta), LSM dan lain-lain diluar
sektor kesehatan
EXPANDED ROLES FOR PSYCHIATRISTS

• Psikiater lebih luas lagi harus


dapat memfokuskan peran
pada kebutuhan masyarakat
untuk masalah Keswa seperti
MH promotion, suicide
20% Populasi prevention , early detection ,dll
total keswa • Kebutuhan ini memerlukan
3% G.jiwa peran leadership tentang
G.Jiwa berat
community mental health
sehingga dan dapat bekerja
dengan kelompok masyarakat,
media, dll
CHANGE?
 Apa yang sudah dilaksanakan / diterima sejak dulu,
saat ini sudah tidak relevan lagi
 Banyak masyarakat yang mengalami G.jiwa:
 Tidak menerima pengobatan
 Diskriminasi
 pekerjaan, pendidikan, akomodasi, penghargaan
 Tidak memiliki hak suara
 Keputusan untuk mereka dibuat oleh orang lain

 Pelayanan Kesehatan Jiwa (Mental health service)


bukan hanya di RSJ
 Saat ini kita membutuhkan berbagai tingkat pelayanan kesehatan jiwa
untuk memenuhi berbagai kebutuhan penderita G. Jiwa
GAMBARAN PELAYANAN

SISTEM
KESEHATAN

YANKESWA
YANKESWA YANKESWA PELAYANAN
TERINTEGRASI BERBASIS KESWA
KE SISTEM MASYARAKAT INSTITUSIONAL
PELAYANAN DASAR

YAN
YANKESWA YANKESWA YAN YAN KESWA
DI DI KESWAMAS KESWAMAS INSTITUSI RSJ
PUSKESMAS RSU FORMAL INFORMAL SPESIALISTIK

TIM INDONESIA
PERPADUAN PELAYANAN YANG OPTIMAL
TIM
INDONESIA

RENDAH
TINGGI Self care
PKJ BERBASIS MASYARAKAT
(FORMAL / INFORMAL)
KEBUTUHAN

PKJ DI PUSKESMAS

BIAYA
PKJ
RSU

RSJ
INST. SPES

RENDAH
TINGGI
FRAME WORK OF CMHN
39 CURRICULUM FOCUS OF PROBLEMS TARGET OF SERVICES

ADVANCE COURCE • COMMUNITY • THE WHOLE COMMUNITY


HEALTHLY • PHC staf
• PSYCHOSOCIAL • COMMUNITY LEADER
PROBLEM • GROUP
• MENTAL DISORDER
• FAMILY

• INDIVIDUAL

INTERMEDIATE • FAMILY HEALTHY • DSSJ


COURSE • PSYCHOSOCIAL • COMMUNITY LEADER

PROBLEM (MENTAL HEALTH CADRE)


• MENTAL DISORDER • GROUP

• FAMILY

• INDIVIDUAL

BASIC COURCE  MENTAL DISORDER • FAMILY


• INDIVIDUAL
3/3/2020
STATUS YANKESWA SAAT INI

 Yankes Dasar belum digunakan sebagai sarana


utama dalam yankeswa
 LSM dapat memainkan peranan penting dalam
memberikan pelayanan
 Permasalahan berbeda di setiap daerah
 Peningkatan jumlah pelayanan keswa spesialistik
tidak akan meningkatkan akses ke yankeswa
YANKESWA TERINTEGRASI KE
TIM
SISTEM YANKES DASAR
INDONESIA

 Mengurangi stigma
 Membantu mengatasi kekurangan tenaga
keswa
 Pengenalan dini masalah kesehatan jiwa pada
pasien dengan keluhan somatik
 Kesempatan keterlibatan masyarakat
 Mudah di akses dan biaya kecil
YANKESWA TERINTEGRASI KE
SISTEM YANKES DASAR
YANKESWA DI PUSKESMAS YANKESWA DI RSU
 Diperlukan investasi yang  Dibutuhkan tenaga keswa terlatih
banya untuk pelatihan di RSU
SDM  Hasilnya bervariasi tergantung
kualitas dan kuantitas pelayanan
 Perlu menambah jumlah
 Dapat diterima oleh
staf terlatih penderita/masyarakat
 Beberapa jenis ggn jiwa  Pada umumnya dapat dijangkau
dapat ditangani dengan  Lebih mahal dari Puskesmas
baik tetapi lebih murah dari pelayanan
 Dapat diterima dengan spesialistik
baik di masyarakat  Pelayanan keswa dapat
terintegrasi dengan pelayanan
 Mudah dijangkau spesialistik lainnya (liaison
 Biaya relatif lebih murah
YANKESWA BERBASIS MASYARAKAT
(INFORMAL vs FORMAL)
 SDM banyak tersedia  Kekurangan tenaga ahli
 Bukan pelayanan yang dapat keswa merupakan hambatan
diandalkan, namun dapat besar
mendukung pelayanan yang  Perlu kerjasama yang erat
formal dengan yankes primer,
 Dapat diterima dengan baik sekunder dan tertier
oleh masyarakat setempat  Mudah dijangkau, stigma
 Mudah dijangkau berkurang
 Biaya relatif murah  Biaya lebih murah dari pada
RSJ
 Sangat membantu pasien
 Kadangkala ada pelanggaran psikotik untuk hidup di tengah
HAM masyarakat
 Seringkali merupakan kontak
pertama dengan pasien jiwa
FORMAL INFORMAL
 Pelayanan pemulihan keswa di  Pelayanan oleh Pengobat
masyarakat Tradisional
 Rumah singgah (Anak Jalanan,  Pelayanan oleh Kader
Penderita AIDS, Korban kesehatan desa atau
Kekerasan)
kader masyarakat
 Pelayanan Therapeutic Community
dan residensial  Kelompok tolong diri (self
 Pemondokan pasien di pesantren help group)
 Pelayanan dukungan dan  Pelayanan oleh Toma atau
pertolongan di rumah/Kunjungan toga sebagai tenaga
rumah
pendamping
 Panti Psikotik
 Pelayanan Rawat siang
 Panti Jompo
 Panti Anak Nakal
(day care) yg diberikan
oleh kerabat, tetangga
Rumah Sejahtera Anak korban

bencana dan konflik atau masyarakat
 Tempat Penitipan Anak
setempat
 Dll  Pelayanan Pekerja
bantuan kemanusiaan dlm
keadaan darurat/Relawan
YANKESWA INSTITUSIONAL
(YANKESWA SPESIALISTIK)
 Yankeswa khusus sesuai  Bukan pelayanan prioritas
kebutuhan pasien.  Lebih mahal dibandingkan
 Dibutuhkan SDM yang bentuk pelayanan lain
kompeten dan sumber daya  Masyarakat seringkali
lainnya untuk menjalankan menolak menggunakan
pelayanan pelayanan ini, kecuali
sebagai pilihan terakhir
 Berguna hanya untuk gangguan
 Derajat kebutuhannya
jiwa yang membutuhkan fasilitas berbeda di berbagai daerah
khusus
 Kurang dibutuhkan
 Jumlah sarana sangat terbatas dibandingkan dengan
dan sulit dijangkau Yankeswa di kesehatan dasar
atau Yankeswa BM
YANKESWA INSTITUSI SPESIALISTIK
TIM
INDONESIA

Antara lain:
 Klinik spesialis untuk anak :gangguan
autisme
 Klinik spesialis untuk gangguan keswa
remaja
 Klinik spesialis untuk gangguan jiwa usia
lanjut
 Klinik spesialis untuk penanganan NAPZA

 Klinik spesialis untuk gangguan TIDUR


RUMAH SAKIT JIWA
 Membutuhkan SDM dan sumber daya yang
besar
 Kualitas pelayanan bervariasi, seringkali
berfungsi hanya sebagai tempat pengasingan,
sehingga hasil tidak memuaskan
 Berkaitan dengan stigma dan pelanggaran HAM
 Di banyak daerah sulit diakses (letaknya jauh)
 Biaya tinggi, jenis pelayanan terbatas
 Bukan merupakan pos PAD
 Meningkatkan status kesehatan jiwa
masyarakat
 Meningkatkan sumberdaya keswa
 Menggunakan sumber daya lebih efektif untuk
memperkuat pelayanan berbasis masyarakat
 Melindungi HAM setiap penderita yang sakitwa
KEUNTUNGAN LAYANAN BERBASIS
KOMUNITAS (WHR, 2001)

 Menyediakan layanan kesehatan jiwa di komunitas dalam lingkup yang


luas
 Layanan bersifat lokal dan mudah diakses
 Memungkinkan kesinambungan layanan dan tatalaksana di rumah.
 Tersedianya rehabilitasi psikososial dan kebutuhan seseorang secara
menyeluruh (dibandingkan sistem tertutup di RSJ)
 Menggabungkan dukungan komunitas dan keluarga dalam sistem
 Menghindari efek yang mengganggu dan biaya RS akibat layanan
jangka panjang
 Menghasilkan keluaran tatalaksana yang lebih baik serta peningkatan
kualitas hidup penderita gangguan jiwa kronis
 Penurunan stigma pada gangguan jiwa
BEBERAPA BENTUK PELAYANAN
PSIKIATRI KOMUNITAS
 Mobile Crisis Team

 Hotline Mobile Crisis Team dapat memberikan bantuan pada


pasien dan keluarga dalam situasi krisis.
 Hotline ini menempatkan konselor untuk dapat memberikan advis
dan pertolongan segera .
 Mobile Crisis Team akan menemani pasien yang akan dibawa
untuk perawatan di RSJ
 Community Psychiatric Nursing Team

 Menyediakan perawatan berkelanjutan dirumah bagi pasien yang


telah keluar dari RSJ dan membantu pasien untuk patuh pada
pengobatan.
 Menyediakan dukungan psikologis bagi keluarga / caregivers.
 Menilai status mental pasien dan mengobservasi efek pengobatan
dan berbagai efek samping obat.
BEBERAPA BENTUK PELAYANAN
PSIKIATRI KOMUNITAS

 Assertive Community Treatment Team (ACT)


 menyediakan terapi yang berbasis masyarakat untuk
pasien dengan g.jiwa berat dan persisten ( seperti
skizofrenia, gangguan waham, psikosis manik depresif)
 terdiri dari tim multi disiplin dari profesi kesehatan jiwa
(psikiater, dokter umum, psikolog, pekerja sosial medik,
perawat psikiatrik dan terapi okupasi).
 Pelayanan bersifat individu dan intensitas akan tergantung
pada kebutuhan masing-masing pasien.
 Tim ACT ini bergerak “mobile: dan lebih banyak merawat
pasien di rumah.
PELAYANAN KESEHATAN JIWA BERBASIS MASYARAKAT
MODEL ACEH

Tim Keswamas RS KABUPATEN / KOTA Perawat


Keswamas


 






 


Puskesmas
PERAN BARU RSJ

 Pelayanan Tertier
 Centreof excellent
 Pelayanan Spesialis / subspesialis

 Mempersiapkan rehabilitasi dan rujukan ke


masyarakat Psikiatri Komunitas

 Pendidikan dan Riset


 National Institute of Mental health
BAGAIMANA UNTUK MENCAPAI
 Reorientasi, pelatihan kembali SDM Keswa mulai
dari Pendidikan sampai Pelayanan Kesehatan Jiwa
 Pendekatan pada klien/ pasien sebagai manusia
yang utuh
 Menyediakan pelayanan yang dekat dengan rumah
pasien menyediakan TT di RS Kabupaten
 Manajemen kasus (Case management)
 Jejaring
 Mempersingkat LOS
HAMBATAN

 Komitmen profesi keswa


 RESISTENSI
 IGNORE
 MENERIMA
 ??
 Masalah finansial
 Takut kehilangan pasien
 Asuransi
 Biaya pelayanan komunitas tidak “murah”
KEBIJAKAN NASIONAL???

Anda mungkin juga menyukai