Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Kontrak/Perjanjian

• Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada


orang lainnya atau dimana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. Dalam pengertian yang lebih luas kontrak
sering dinamakan juga dengan istilah perjanjian.
• Istilah “kontrak” atau “perjanjian” dalam sistem hukum nasional
memiliki pengertian yang sama. Kontrak adalah suatu perjanjian
(tertulis) antara dua atau lebih orang (pihak) yang menciptakan hak
dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan hal tertentu
Dasar-dasar hukum kontrak nasional terdapat dalam KUH Perdata yang
merupakan sumber utama dari suatu kontrak, selain itu yang menjadi
sumber hukum kontrak sebagai berikut :
1. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur khusus untuk
jenis kontrak tertentu atau mengatur aspek tertentu dari kontrak
2. Yurisprudensi, yakni putusan-putusan hakim yang memutuskan
perkara berkenaan dengan kontrak
3. Perjanjian internasional, baik bersifat bilateral atau multilateral yang
mengatur tentang aspek bisnis internasional
4. Kebiasaan-kebiasaan bisnis yang berlaku dalam praaktek sehari-hari
5. Doktrin atau pendaat ahli yang telah dianut secara meluas
6. Hukum adat di daeraah tertentu sepanjang yang menyangkut dengan
kontrak-kontrak tradisional bagi masyarakaat pedesaan
Kontrak/perjanjian dan perikatan
Perikatan yang lahir dari undang-undang saja adalah perikatan yang
dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu, pihak-pihak yang
bersangkutan, terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut, misalnya :
a. kematian, dengan meninggalnya seseorang maka perikatan yang
pernah mengikat orang tersebut beralih kepada ahli waris.
b. Kelahiran, dengan kelahiran anak maka timbul perikatan antara
ayah dan anak, dimana ayah wajib memelihara anak tersebut
c. Lampau waktu adalah peristiwa-peristiwa dengan lampaunya waktu
seseorang mungkin terlepas haknya atas sesuatu atau mungkin
mendapatkan haknya atas sesuatu.
Syarat sah perjanjian/kontrak
1. Syarat sah subjektif dan objekti berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata
a. Syarat subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat
dibatalkan, meliputi:
1) Kecakapan untuk membuat kontrak (dewasa dan tidak sakit ingatan)
2) Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri

b. Syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal


demi hukum, meliputi:
1) Suatu hal (objek) tertentu
2) Sesuatu sebab yang halal 
Prestasi dan Wanprestasi
Pengertian Prestasi
Prestasi dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah
mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan “term” dan “condition” sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang
bersangkutan.
Bentuk – bentuk dari prestasi (Pasal 1234 KUH Perdata), yaitu berupa :
– Memberikan sesuatu;
– Berbuat sesuatu;
– Tidak berbuat sesuatu.
Pengertian Wanprestasi
Pengertian wanprestasi (breach of contract) adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan
oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan
wanprestasi untuk memberikan ganti rugi sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena
wanprestasi tersebut.
Wanprestasi ini dapat berupa :
– Tidak memenuhi prestasi sama sekali
– memenuhi prestasi tapi terlambat
– Memenuhi prestasi tapi terlambat
Overmatch/Fource majeure
Istilah “fource majeure” sering diterjemahkan menjadi “keadaan memaksa” atau “keadaan darurat” adalah :
suatu keadaan dimaan debitur dalam suatu kontrak tidak dapat memenuhi prestasi disebabkan keadaan/kejadiaan atau
peristiwa yang tidak diduga setelah adanya kontrak/perjanjian, sehingga menghalangi debitur untuk berprestasi sebelum lalai.
Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur, sementara debitur tidak dalam keadaan itikad buruk.
Contoh peristiwa yang menyebabkan terjadinya fource majeure ialah bencana seperti banjir, gempa bumi, atau munculnya peraturan
baru yag melarang pelaksanaan prestasi dan lain sebagainya. Dengan demikian suatu fource majeure dari kontrak bisa berupa :
-fource majeure karena sebab-sebab yang tidak terduga
-fource majeure karena keadaan memksa
-fource majeure karena perbuatan tersebut dilarang
Peristiwa dikatakan fource majeure, apabila memenuhi beberapa unsur berikut ini :
-terjadi peristiwa yang tidak diduga sebelumnya
-peristiwa diluar keselahan debitur
-debitur tidak dapat dipertanggungjawabkan
-kejadian terjadi sebelum debitur lalai
Suatu fource majeure terhadap perjanjian dapat diklasifikan sebagai :
1. Fource majeure objektif
Adalah terjadi pada benda yang merupakan objek dari kontrak tersebut sehingga prestasi tidak mungkin dipenuhi lagi, tanpa
adanya kesalahan dari pihak debitur. Misalnya benda yang menjadi objek dari kontrak terbakar atau disambar petir
2. Fource majeure subyektif
Adalah terjadi pada kemampuan debitur tersebut. Misalnya bila debitur menderita sakit atau cacat seumur hidup, sehingga
tidak mungkin lagi melakukan prestasi.
3. Fource majeure absolut
Merupakan suatu prestasi yang sama sekali tidak mungkin lagi dilaksanakan oleh debitur dalam keadaan bagaimanapun.
Misalnya dalam kontrak ekspor-impor tiba-tiba keluar peraturan pemerintahan yang melarang masuknya barang impor
kedalam wilayah negara tersebut.
4.Fource majeure relative
Adalah prestasi yang tidak mungkin dilakukan , sungguhpun secara tidak wajar masih mungkin dilakukan. Misalnya terhadap
kontrak ekspor impor dimana secara tiba-tiba pemerintah membuat ketentuan yang melarang memasukannya barang yang
diimpor ke dalam wilayah Negara tersebut. Dalam hal ini secara normal barang tersebut tidak mungkin lagi diimpor walaupun
secara tidak wajar masih dilakukan contoh melalui penyeludupan
5. Fource majeure permanen
Adalah prestasi yang sama sekali tidak mungkin dilakukan sampai kapanpun . Misalnya kontrak untuk memesan sebuah
lukisan tetapi pelukis tiba-tiba menderita penyakit yang tidak bisa sembuh sehingga tidak mungkin melukis sampai kapanpun.
6. Fource majeure temporer
Adalah prestasi yang tidak mungkin dilakukan untuk sementara waktu namun dikemudian hari masih mungkin dilakukan.
Misalnya barang yang menjadi objek kontrak tidak dapat di produksi karena buruh sedang mogok namun kemudian hari
apabila buuruh tidak mogok lagi pabrik kembali berproduksi maka prestasi dapat dipenuhi kembali.
Anatomi Suatu Kontrak

Setiap akta perjanjian / kontrak, baik yang dibuat dibawah tangan maupun
akta otentik biasanya akan terdiri dari bagian – bagian sebagai berikut:
a)    Judul
b)   Kepala
c)    Komparisi
d)   Sebab/dasar
e)    Syarat – syarat
f)    Penutup
g)   Tanda tangan
Berakhirnya
kontrak/perjanjian/perikatan
Terpenuhinya prestasi atau perikatan yang disepakati dan syarat-syarat tertentu dalam perjanjian dapat menjadi sebab berakhirnya perjanjian, misalnya
habisnya jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian atau dalam loan agreement, semua hutang dan bunga atau denda jika ada telah
dibayarkan. Secara keseluruhan, KUHPerdata pasal 1381 mengatur faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, diantaranya
karena:
1.      Pembayaran
Pembayaran tidak selalu diartikan dalam bentuk penyerahan uang semata, tetapi terpenuhinya sejumlah prestasi yang diperjanjikan juga memenuhi
unsur pembayaran.
2.      Penawaran pembayaran, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian sepatutnya dilaksanakan sesuai hal yang diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, namun tidak jarang
prestasi tersebut dapat dipenuhi sebelum waktu yang diperjanjikan. Penawaran dan penerimaan pemenuhan prestasi sebelum waktunya dapat menjadi
sebab berakhirnya perjanjian, misalnya perjanjian pinjam meminjam yang pembayarannya dilakukan dengan cicilan, apabila pihak yang berhutang dapat
membayar semua jumlah pinjamannya sebelum jatuh tempo, maka perjanjian dapat berakhir sebelum waktunya.    
3.      Pembaharuan hutang
Pembaharuan utang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian, sebab munculnya perjanjian baru menyebabkan perjanjian lama yang diperbaharui
berakhir. Perjanjian baru bisa muncul karena berubahnya pihak dalam perjanjian, misalnya perjanjian novasi dimana terjadi pergantian pihak debitur atau
karena berubahnya perjanjian pengikatan jual beli menjadi perjanjian sewa, karena pihak pembeli tidak mampu melunasi sisa pembayaran.
4.      Perjumpaan Hutang atau kompensasi
Perjumpaan hutang terjadi karena antara kreditur dan debitur saling mengutang terhadap yang lain, sehingga utang keduanya dianggap terbayar oleh
piutang mereka masing-masing. 
5.      Percampuran Hutang
Berubahnya kedudukan pihak atas suatu objek perjanjian juga dapat menyebabkan terjadinya percampuran hutang yang mengakhiri perjanjian,
contohnya penyewa rumah yang berubah menjadi pemilik rumah karena dibelinya rumah sebelum waktu sewa berakhir sementara masih ada tunggakan
sewa yang belum dilunasi.
6.      Pembebasan Hutang
Pembebasan hutang dapat terjadi karena adanya kerelaan pihak kreditur untuk membebaskan debitur dari kewajiban
membayar hutang, sehingga dengan terbebasnya debitur dari kewajiban pemenuhan hutang, maka hal yang
disepakati dalam perjanjian sebagai syarat sahnya perjanjian menjadi tidak ada padahal suatu perjanjian dan dengan
demikian berakhirlah perjanjian.
7. Musnahnya barang yang terhutang
Musnahnya barang yang diperjanjikan juga menyebabkan tidak terpenuhinya syarat perjanjian karena barang sebagai
hal (objek) yang diperjanjikan tidak ada, sehingga berimplikasi pada berakhirnya perjanjian yang mengaturnya.
8.      Kebatalan atau pembatalan
Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian dapat menyebabkan perjanjian berakhir, misalnya karena pihak yang
melakukan perjanjian tidak memenuhi syarat kecakapan hukum. Tata cara pembatalan yang disepakati dalam
perjanjian juga dapat menjadi dasar berakhirnya perjanjian. Terjadinya pembatalan suatu perjanjian yang tidak diatur
perjanjian hanya dapat terjadi atas dasar kesepakatan para pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata
atau dengan putusan pengadilan yang didasarkan pada Pasal 1266 KUHPerdata.
9.      Berlakunya suatu syarat batal
Dalam Pasal 1265 KUHPerdata diatur kemungkinan terjadinya pembatalan perjanjian oleh karena terpenuhinya syarat
batal yang disepakati dalam perjanjian.
10.  Lewatnya waktu  
Berakhirnya perjanjian dapat disebabkan oleh lewatnya waktu (daluarsa) perjanjian.Hal ini diatur dalam BW pasal
1967 dan seterusnya [[23]]

Anda mungkin juga menyukai