• Rabies juga disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf
pusat (otak) disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa
(zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui pajanan
atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar, kucing.
Penularan rabies juga biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi,
pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak hewan yang telah
terinfeksi.
EPIDEMIOLOGI RABIES
• Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun
2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini
terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies.
• Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi,
meliputi Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau Flores. Kasus terakhir
yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
ETIOLOGI RABIES
Fase Prodromal
Fase Sensoris
Gejala awal yang terlihat sewaktu
Pada fase sensoris, penderita
virus menyerang susunan saraf pusat
penderita mulai merasakan nyeri,
adalah munculnya perasaan tidak
panas, dan kesemutan pada daerah
tenang dan diikuti dengan peningkatan
sekitar luka bekas gigitan hewan
suhu tubuh, mual, nyeri kepala,
pembawa rabies (HPR). Gejala ini
kedinginan, merasa seperti terbakar,
diikuti dengan munculnya perasaan
gatal, badan terasa lemah, menurunnya
cemas dan reaksi berlebihan terhadap
nafsu makan, dan munculnya rasa nyeri
rangsangan sensoris.
di tenggorokan.
Fase Eksitasi
Pada fase ini, penderita mengalami
Fase Paralisis
ketakutan yang berlebihan, kehausan,
Pada umumnya penderita rabies
takut terhadap cahaya (fotofobia),
meninggal pada fase eksitasi, akan
takut terhadap tiupan angin
tetapi terkadang juga penderita tidak
(aerophobia), takut terhadap air
menunjukkan gejala eksitasi,
(hidrofobia), dan takut terhadap suara
melainkan terjadi paresis otot yang
keras. Suhu tubuh penderita juga
bersifat progresif. Hal ini terjadi
meningkat. Selain itu penderita juga
karena gangguan sumsum tulang
merasakan bingung, gelisah, tidak
belakang yang memperlihatkan gejala
nyaman, kemudian mulai berhalusinasi,
paresis otot pernafasan. Pada fase
menjadi agresif, merasa takut
paralisis ini terlihat perubahan
berlebihan, dan tubuh gemetar. Gejala
patologi yang dijumpai pada bagian
stimulasi saraf otonom juga dialami
terendah dari medula oblongata,
oleh penderita, seperti peningkatan
tempat sumsum tulang belakang
volume saliva, mengeluarkan banyak
berasal.11
keringat, lacrimasi, dilatasi pupil, dan
piloereksi.
DIAGNOSIS RABIES
• Selama periode awal infeksi rabies, temuan laboratorium tidak spesifik. Seperti
temuan ensefalitis oleh virus lainnya, pemeriksaan cairan serebrospinal
menunjukkan pleositosis dengan limfositosis, protein dapat sedikit meningkat,
glukosa umumnya normal.
• Tes yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kasus rabies antara lain deteksi
antibodi spesifik virus rabies, isolasi virus, dan deteksi protein virus atau RNA.
• Diagnosis pasti postmortem ditegakkan dengan adanya badan Negri pada jaringan
otak pasien,
TATALAKSANA
RABIES
• Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat (otak) disebabkan
oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa (zoonosis) yaitu
penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui pajanan atau
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar,
kucing. Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup
banyak.Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae
, genus Lyssa. Penularan rabies juga biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang
telah terinfeksi, pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak
hewan yang telah terinfeksi.
• Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun,
rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan
jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah
luka gigitan dan sistem kekebalan tubuh.
• Penyakit rabies dapat dicegah dengan memberikan vaksin pada binatang yang berpotensi
sebagai penyebar virus rabies. Jika tergigit hewan yang dicurigai, luka harus segera dicuci
dengan air sabun agar lemak yang menyelimuti virus rabies larut sehingga virus mati.
Setelah itu, pasien harus diberi vaksin antirabies (VAR), sekaligus serum anti rabies (SAR).
Hal itu untuk mencegah virus yang bergerak cepat menuju pusat saraf, yakni otak
TERIMA KASIH