Anda di halaman 1dari 19

RABIES

Okta Isviyanti, S.Ked


71 2018 074
PENDAHULUAN
• Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat (otak) disebabkan
oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa (zoonosis) yaitu
penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui pajanan atau
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar,
kucing.
• Virus rabies menyerang jaringan saraf, dan menyebar hingga sistem saraf pusat,
dan dapat menyebabkan encephalomyelitis (radang yang mengenai otak
dan medulla spinalis).
DEFINISI RABIES

• Rabies juga disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf
pusat (otak) disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa
(zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui pajanan
atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar, kucing.
Penularan rabies juga biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi,
pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak hewan yang telah
terinfeksi.
EPIDEMIOLOGI RABIES

• Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun
2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini
terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies.
• Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi,
meliputi Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau Flores. Kasus terakhir
yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
ETIOLOGI RABIES

Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam


familia Rhabdoviridae , genus Lyssa. Virus berbentuk
peluru dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan
pada potongan melintang berbentuk bulat atau elips
(lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian
tengah,memiliki membran selubung (amplop) di bagian
luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan
(spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada
membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak
yang tinggi (glikoprotein). Virus berukuran panjang 180 nm,
diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak
antara spikes 4-5 nm.2
PATOFISIOLOGI RABIES

Setelah virus rabies masuk melalui bergerak mencapai ujung-ujung


luka gigitan, maka selama 2 minggu serabut saraf posterior tanpa
virus tetap tinggal pada tempat menunjukkan perubahan- Sesampainya di otak virus
masuk dan didekatnya perubahan fungsinya. kemudian memperbanyak diri dan
menyebar luas dalam semua bagian
neuron, terutama mempunyai
predileksi khusus terhadap sel-sel
sistem limbik, hipotalamus dan
batang otak.

demikian virus ini menyerang virus kemudian ke arah perifer


hampir tiap organ dan jaringan dalam serabut saraf eferen dan
didalam tubuh dan berkembang pada saraf volunter maupun saraf
biak dalam jaringan otonom.
MANIFESTASI KLINIS RABIES

Fase Prodromal
Fase Sensoris
Gejala awal yang terlihat sewaktu
Pada fase sensoris, penderita
virus menyerang susunan saraf pusat
penderita mulai merasakan nyeri,
adalah munculnya perasaan tidak
panas, dan kesemutan pada daerah
tenang dan diikuti dengan peningkatan
sekitar luka bekas gigitan hewan
suhu tubuh, mual, nyeri kepala,
pembawa rabies (HPR). Gejala ini
kedinginan, merasa seperti terbakar,
diikuti dengan munculnya perasaan
gatal, badan terasa lemah, menurunnya
cemas dan reaksi berlebihan terhadap
nafsu makan, dan munculnya rasa nyeri
rangsangan sensoris.
di tenggorokan.
Fase Eksitasi
Pada fase ini, penderita mengalami
Fase Paralisis
ketakutan yang berlebihan, kehausan,
Pada umumnya penderita rabies
takut terhadap cahaya (fotofobia),
meninggal pada fase eksitasi, akan
takut terhadap tiupan angin
tetapi terkadang juga penderita tidak
(aerophobia), takut terhadap air
menunjukkan gejala eksitasi,
(hidrofobia), dan takut terhadap suara
melainkan terjadi paresis otot yang
keras. Suhu tubuh penderita juga
bersifat progresif. Hal ini terjadi
meningkat. Selain itu penderita juga
karena gangguan sumsum tulang
merasakan bingung, gelisah, tidak
belakang yang memperlihatkan gejala
nyaman, kemudian mulai berhalusinasi,
paresis otot pernafasan. Pada fase
menjadi agresif, merasa takut
paralisis ini terlihat perubahan
berlebihan, dan tubuh gemetar. Gejala
patologi yang dijumpai pada bagian
stimulasi saraf otonom juga dialami
terendah dari medula oblongata,
oleh penderita, seperti peningkatan
tempat sumsum tulang belakang
volume saliva, mengeluarkan banyak
berasal.11
keringat, lacrimasi, dilatasi pupil, dan
piloereksi.
DIAGNOSIS RABIES

• Selama periode awal infeksi rabies, temuan laboratorium tidak spesifik. Seperti
temuan ensefalitis oleh virus lainnya, pemeriksaan cairan serebrospinal
menunjukkan pleositosis dengan limfositosis, protein dapat sedikit meningkat,
glukosa umumnya normal.
• Tes yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kasus rabies antara lain deteksi
antibodi spesifik virus rabies, isolasi virus, dan deteksi protein virus atau RNA.
• Diagnosis pasti postmortem ditegakkan dengan adanya badan Negri pada jaringan
otak pasien,
TATALAKSANA
RABIES

• Terdapat 3 unsur yang


penting dalam PEP (Post
Exposure Praphylaxis), yaitu:
• (1) perawatan luka, (2)
serum antirabies (SAR), dan
(3) vaksin antirabies (VAR).
Pemeliharaan hewan piaraan dilaksanakan dengan tanggung
jawab dan memperhatikan kesejahteraan hewan, jangan
diliarkan, atau dikeluarkan dari rumah tanpa pengawasan atau
tanpa tali ikatan.

Berikan vaksin anti rabies pada hewan peliharaan secara berkala


di Pusat Kesehatan Hewan (Puskewan), Dinas Kesehatan Hewan
atau Dinas Peternakan, atau ke dokter hewan.
PENCEGAHAN
RABIES Segera melapor ke puskesmas/Rumah Sakit terdekat apabila
digigit oleh hewan tersangka rabies untuk mendapatkan Vaksin
Anti Rabies (VAR) sesuai indikasi.

Apabila melihat hewan dengan gejala rabies, segera laporkan ke


Pusat Kesehatan Hewan (Puskewan), Dinas Peternakan/yang
membawahi bidang peternakan atau Dinas Kesehatan Hewan.
• Penderita rabies harus dibedakan dengan rabies
histerik yaitu suatu reaksi psikologik orang-
orang yang terpapar dengan hewan yang diduga
mengidap rabies. Penderita dengan rabies
histerik akan menolak jika diberikan minum
(pseudohidropobia) sedangkan pada penderita
DIAGNOSIS rabies sering merasa haus. Tetanus dapat
dibedakan dengan rabies melalui masa
BANDING inkubasinya yang pendek, adanya trismus,
RABIES kekakuan otot yang persisten diantara spasme,
status mental normal, cairan serebrospinal
biasanya normal dan tidak terdapat hidropobia.
Ensefalitis dapat dibedakan dengan metode
pemeriksaan virus dan tidak dijumpai
hidrofobia. Selain itu, intoksikasi obat-obatan
juga dapat menjadi diagnosis banding.
KOMPLIKASI RABIES

• Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies. Komplikasi neurologik


dapat berupa peningkatan tekanan intracranial, disfungsi otonomik yang
menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertemia/hipotermia, aritmia dan henti
jantung. Kejang dapat lokal maupun generalisata dan sering bersamaan dengan
aritmia dan gangguan respirasi. Pada stadium prodromal sering terjadi komplikasi
hiperventilasi dan alkalosis respiratorik, sedangkan hipoventilasi dan depresi
pernafasan terjadi pada fase neurologik akut.
• Tanpa penanganan, penderita hanya bertahan
sekitar 8 hari, sedangkan dengan penangan
suportif, penderita dapat bertahan hingga
beberapa bulan. Sebelum ditemukan
pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-
10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena
sumbatan jalan nafas, kejang, kelelahan atau
PROGNOSIS kelumpuhan total. Hingga saat ini belum ada
RABIES laporan kasus yang dapat bertahan hidup
setelah manifestasi dari penyakit rabies timbul.
Pada manusia yang tidak mendapatkan vaksin
rabies hampir selalu fatal terutama setelah
muncul gejala neurologi, tetapi bila setelah
terpapar virus diberikan vaksin akan mencegah
perkembangan virus.
KESIMPULAN

• Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat (otak) disebabkan
oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa (zoonosis) yaitu
penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui pajanan atau
Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar,
kucing. Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup
banyak.Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae
, genus Lyssa. Penularan rabies juga biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang
telah terinfeksi, pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak
hewan yang telah terinfeksi.
• Masa inkubasi virus rabies sangat bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun,
rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan
jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah
luka gigitan dan sistem kekebalan tubuh.
• Penyakit rabies dapat dicegah dengan memberikan vaksin pada binatang yang berpotensi
sebagai penyebar virus rabies. Jika tergigit hewan yang dicurigai, luka harus segera dicuci
dengan air sabun agar lemak yang menyelimuti virus rabies larut sehingga virus mati.
Setelah itu, pasien harus diberi vaksin antirabies (VAR), sekaligus serum anti rabies (SAR).
Hal itu untuk mencegah virus yang bergerak cepat menuju pusat saraf, yakni otak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai