Anda di halaman 1dari 22

Situasi TB Anak dan

Permasalahannya

Disampaikan pada workshop Diseminasi Juknis


Manajemen TB Anak
Depok, 22-26 September 2014
Estimated TB incidence rate, 2012

Americas
Americas
Europe

Ref: Global TB Control Report 2013


3%
3%
4%
4%
E. Mediterranean
8%
8%

South-East Asia
39%
39%

Africa
Africa
27%
27%

38%
38% in
in India
India ++ China
China
26%
26% in
in India
India Western
Western Pacific
Pacific
19%
19%
The case detection/notification gap, 2012

Nearly 3 million TB cases


8.6 either not notified or not
detected
2.9 million missed

5.7 NO elimination without


“capturing” them

Global notifications
Estimated incidence
Ref: Global TB Control Report 2013
GAP
Pasien TB banyak yang berobat ke
praktik swasta*

*Riskesdas 2010, Balitbangkes (2011)


Latar Belakang
• TB salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
sering pada anak
• Anak lebih beresiko untuk menderita TB berat seperti TB
milier dan meningitis TB sehinga menyebabkan tingginya
kesakitan dan kematian pada anak.
• Gejala TB pada anak tidak khas. Penurunan berat badan,
lemah, letih. Lesu merupakan gejala utama TB pada anak
• Anak sangat rentan terinfeksi TB terutama yang kontak
erat dengan pasien TB BTA positif
• Anak dengan TB biasanya memberikan respon yang
bagus terhadap terapi yang lebih penting adalah “anak-
anak ini harus didiagnosis terlebih dahulu”
• Strategi DOTS  fokus utama mendeteksi kasus TB
dengan BTA (+)
• Kendala dalam tatalaksana TB pada anak : Penegakan
Diagnosis
– Gejala TB pada anak tidak khas
– Diagnosis pasti dengan menemukan kuman Mycobacterium
Tuberculosis dalam sputum
– Jumlah kuman sedikit dan pengambilan spesimen sputum pada anak
sulit
• Anak dengan infeksi TB saat ini menunjukkan sumber
penyakit TB di masa depan.
• IDAI dengan Kemenkes menyusun sistem skoring untuk
mendiagnosis TB pada anak
• Sistem skoring: pembobotan terhadap gejala dan tanda
klinis
Situasi TB Anak Dunia
• Beban kasus TB anak didunia masih belum
diketahui
• Estimasi WHO 2012: 74.000 anak meninggal
setiap tahun akibat TB; 500.000 kasus baru TB
anak setiap tahun. Perkiraan ini hanya pada
kasus anak HIV negatif. Beban TB anak
sebenarnya diperkirakan lebih tinggi.
• 200 anak di dunia meninggal setiap hari akibat
TB, 70.000 anak meninggal setiap tahun akibat
TB
Situasi Terkini Kegiatan TB Anak Indonesia
• Dari tahun 2007 sd 2014, proporsi kasus TB Anak diantara
semua kasus TB pada tingkat nasional masih berada dalam
kisaran normal
• Variasi proporsi penemuan kasus TB Anak di tingkat provinsi
berkisar 2% s.d 17,1%
• Beberapa provinsi/ kab mengadakan larutan Tuberkulin secara
mandiri, tetapi penggunaan kurang optimal, tidak terpantau,
tidak cost efektif
• Larutan Tuberkulin sulit diperoleh
• Terapi profilaksis INH pada anak belum dilaksanakan
Proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus
TB, 2012
16
14.6
14
12.5
12 11.0
10
8.5
8 7.5 7.4
6.2 6.2 6.6
5.9
6 5.0
4.2
4 3.2 3.1
2.4
2 1.7
0
Proporsi kasus TB Anak di antara sema kasus TB,
2012
18
16 15.4 14.9
14
12
10 8.8
7.9 8.3
8 7.5
6.8
5.9
6 4.8 5.3 4.7 4.2
4 2.6 2.1 2.2 2.2 2.1
2 1.6
0
Proporsi TB anak di antara semua kasus,
Indonesia, tahun 2013*

Target: sekitar 15%

* Data per 14 Februari 2014


Proportion of childhood TB among all TB case,
2007- 2012

15%

Target: 8-15%
11.2%
10.5%
10% 9.4%
8.7%
8.3%
7.9%

5%

0%
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Situasi Terkini Kegiatan TB Anak Indonesia
• 2012: Operational trial penggunaan tuberkulin dalam mendukung
diagnosis TB anak dengan sistem skoring di 5 provinsi: Sumut, Jateng,
Jatim, NTB, Kaltim
– 6 bulan pelaksanaan
– 25 kabupaten/ kota, 125 fasyankes
– Dukungan larutan tuberkulin dari Kemenkes_Subdit TB
• Pengembangan TB anak dalam provinsi pelaksana operational trial
– Dukungan Subdit TB: tambahan 25 kabupaten/ kota
– Spesifik provinsi: dana APBD
• 2013: sosialisasi manajemen TB anak untuk fasilitator di 9 provinsi:
Sumbar, Sumsel, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Bali, Sulsel, Papua
• Penguatan jejaring Kemenkes-Pokja TB Anak, Dinkes Provinsi-IDAI provinsi,
Dinkes Kab/ Kota-IDAI kab/ kota
Riset Operasional: Implementasi Penggunaan Sistem Skoring di
Puskesmas di Jakarta

Tim Peneliti: Nastiti Kaswandani, Wahyuni Indawati, Ida Kurniawati, Hanif Sri Utami, Annisa
Rahmania Yulman
Tujuan Umum
• Meningkatkan kualitas penggunaan sistem skoring di Puskesmas dengan menyediakan
pelatihan bagi dokter umum di Puskesmas
• Meningkatkan akurasi sistem skoring melalui umpan balik hasil pelaksanaan studi ini ke
Program TB.

Tujuan Khusus
• Mendeskripsikan karakteristik
SDM di Puskesmas
• Mengetahui pengetahuan dan
praktek penggunaan sistem
skoring oleh dokter umum
• Menentukan akurasi penggunaan
Sistem Skoring oleh Dokter Umum
di Puskesmas di Jakarta setelah
menerima pelatihan dan petunjuk
teknis
Assessment Cepat- TB Anak di Indonesia
 Penilaian cepat tentang adanya data tambahan kasus TB anak
selain yang terlaporkan di Program TB, dan analisa pola diagnosis
pasien yang di diagnosis di luar program TB
 TB Alliance – dr Rina Triasih, SpA (K) dan tim
 2 provinsi: Sumatra Barat dan Jogjakarta
 Secara umum, temuan pada penilaian cepat ini hampir sama dengan
survey lain sebelumnya, under diagnosis, over diagnosis dan
underreported
 Jumlah kasus TB anak yang tidak terlaporkan sesuai dengan jumlah
kasus dewasa yang tidak terlaporkan (sepertiga dari total estimasi
kasus baru )
 Proporsi kasus TB anak saat ini 8,8% dari total kasus yang
terlaporkan (28,512)
 Saat ini jumlah kasus yang tidak terlaporkan melalui program
adalah 11,440
Assessment Cepat- TB Anak di Indonesia…
 Beberapa tambahan informasi:
– Jumlah kasus yang tidak terlaporkan lebih akurat yaitu hampir
1000 kasus baru BTA pos
– Kecenderungan overdiagnosis:
• RS kabupaten/ kota
• Dokter Spesialis Anak senior
– Alur diagnosis: hanya dari gejala klinis, Ronten toraks, Tuberkulin
dan Erythrocyte Sedimentation rate
– Rujukan kasus dari fasilitas non DOTS ke fasilitas DOTS jarang
dilakukan
• Temuankasus di luar program TB:
– TB anak lebih sering didiagnosis dan diterapi oleh dokter Spesialis
Anak (di praktek mandiri atau klinik/RS)
– RS kabupaten kota mendiagnosis dan menterapi kasus TB anak
lebih banyak dari fasyankes lainnya
Permasalahan
• Pedoman TB anak belum tersosialisasikan secara benar ke
semua fasyankes
• Kasus TB Anak di Puskesmas sangat rendah karena petugas
cenderung “tidak berani” mendiagnosis dan mengobati TB Anak
• Kasus TB Anak di RS tinggi, tetapi tidak tercatat dan
terlaporkan
• Ro Thorax  dasar diagnosis TB Anak
• Terapi profilaksis belum dilaksanakan di tingkat Fasyankes
• Pelacakan kontak serumah bagi pasien TB BTA (+) untuk
menemukan kasus TB Anak  belum dilaksanakan
• Kasus TB MDR pada anak
Rencana Tindak Lanjut
– Sosialisasi manajemen TB anak secara benar
– Integrasi pelayanan kesehatan ibu dan anak, HIV dan TB secara
bersama-sama
– Peningkatan peran bagian Anak dalam Tim DOTS terutama di Rumah Sakit
– Penggunaan terapi profilaksis dengan INH untuk anak yang membutuhkan
– Pelacakan kontrak serumah pasien TB BTA positif utuk meningkatkan
deteksi kasus TB Anak
– Peningkatan peran daerah dalam tatalaksana TB Anak (diagnosis, terapi
profilaksis)
– Penggunaan alat cepat GeneXpert untuk diagnosis TB pada anak
– Kesiapan Tim TB anak dalam tatalaksana TB MDR
– Riset Operasional terkait TB anak
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai