BEDAH
NAMA KELOMPOK 1 :
1. NOVIA WAHYUNI
2. LINDA
OCTAVIONITA
3. RATNASARI
4. REGITA ARGA RINI
DEFINISI TBC
• Tuberkulosis adalah jenis penyakit infeksius yang
menyerang paru-paru, ditandai dengan pembentukan
granuloma dan timbulnya nekrosis jaringan . Penyakit tb ini
bersifat menahun dan bisa menular dari si penderita ke
orang lain nya (Santa dkk : 2009)
• Nama anggota :
• 1. Wahyudi
• 2. Aisyah chairah
• 3. Siti maisarah
• 4. Noor Hassanah
• 5. Ilvi nurdiana
Prognosis Penyakit TBC
• Prognosis tuberkulosis (TB) tergantung pada diagnosis
dini dan pengobatan. Tuberkulosis extra-pulmonary
membawa prognosis yang lebih buruk.
• Prognosis buruk terdapat pada penderita TB extra
pulmonary, gangguan kekebalan tubuh, lanjut usia, dan
riwayat terkena TB sebelumnya. Prognosis baik bila
diagnosis dan pengobatannya dilakukan sedini
mungkin.
Lanjutan
• Seorang yang terinfeksi kuman TB memiliki 10%
risiko dalam hidupnya jatuh sakit karena TB. Namun
penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti
orang yang terkena HIV, malnutrisi, diabetes, atau
perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena
TB.
KELOMPOK 4
1.ALI IMRON
2.KASMAWATI
3.NENI
4.RAHMAN WAHYUDI
Pencegahan Penyakit TBC
1. Hindari kontak dengan penderita TBC
Sebisa mungkin hindari kontak dengan penderita
batuk khususnya TBC. Meski demikian, jangan
sampai mendiskriminasi para penderita.
2. Gunakan Masker
Selalu sediakan masker saat berada di tempat umum
terutama dalam ruangan tertutup seperti bus, pesawat,
kereta api, dan mal. Masker dapat mencegah
penyebaran kuman TBC.
3. Ventilasi atau saluran udara yang baik
Ventilasi dan saluran udara yang baik dapat menghambat
penyebaran kuman TBC. Bakteri tersebut dapat berkembang biak di
lingkungan yang lembab. Bakteri TBC juga bisa mati jika terkena
cahaya matahari langsung.
b. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
1. Penderita kambuh.
2. Penderita gagal terapi.
3. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum
obat.
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+)
dan rontgen paru mendukung aktif.
d. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik .
2. Efek samping obat
Sebagian besar pasien Tb paru dapat
menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat
mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek
samping sangat penting dilakukan selama
pengobatan.Efek samping yang terjadi dapat
yaitu :
a. Isoniazid (INH)
Sebagian besar pasien Tb parudapat
menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat
mengalami efek samping, oleh karena itu
b. Rifamisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simptomatis ialah:
- Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman Tb paru pada
keadaan khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan
dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas. Rifampisin
dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata
dan air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme
obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien
agar mereka mengerti dan tidak perlu khawatir.
c. Pirinizamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat
(penatalaksanaan sesuai pedoman Tb pada keadaan khusus). Nyeri
sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat
menyebabkan serangan arthritis gout, hal ini kemungkinan
disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi
kulit yang lain.
d. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada
dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg
BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa
minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak
diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk
dideteksi.
e. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan
yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan
peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko
tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan
fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang terlihat
ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan
keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat
segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika
pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan
makin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan
tuli). Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam
yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan
eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan
(jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga
yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan.
Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi
0,25gr Streptomisin dapat menembus sawar plasenta
B. Resiko Komplikasi
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb
paru dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering
terjadi pada penderita stadium lanjut adalah:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau
syok hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya
Nama kelompok 6:
1.Annisa Septiyani
2.Ahmadan Nur
3.Ika Agustina
4.M.Rozaq Nurcahyo
Patofisiologi Tuberkolosis (TB)
• Tuberkolosis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh masuknya M.tuberculosis ke
dalam sistem respirasi. Kuman ini di batukkan
atau di bersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara sekitar kita.
• Makrofag dan limfosit T bekerja sama untuk
mencegah penyebaran infeksi dengan
membentuk granuloma Droplet nuclei disertai
M.tubercolosis terinhalasi, masuk ke paru dan
terdeposit di alveoli.
Lanjutan
• Jika terjadi penurunan sistem imun, dinding
menjadi kehilangan integrasi dan kuman
dapat terlepas lalu menyebar ke alveoli lain
dan organ lain tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk dan kelembapan.
• Dalam suasana lembap dan gelap, kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Kebanyakan partikel akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag dan keluar dari
percabangan trakeabronkial bersama
gerakan silia dan sekretnya.
lanjutan
• Interaksi antara kuman dengan reseptor
makrofag, yaitu Toll-like receptore (TLRs)
menghasilkan kemokin dan sitokin yang
dikenal sebagai infeksi. Menyebabkan
berpindahnya sel dendrit dari aliran darah ke
tempat infeksi pada paru.