Anda di halaman 1dari 39

ASKEP ELIMINASI BAK

Dewi pujiana
anatomi
 Kandung kemih merupakan otot, kantung
berongga terletak tepat di belakang tulang
kemaluan.
 Kapasitas kandung kemih dewasa adalah
sekitar 300 sampai 600 mL urin.
 Pada masa kanak-kanak, kandung kemih
ditemukan dalam perut. Pada masa remaja
dan sampai dewasa,kandung kemih
berada di dalam panggul sejati (Smeltzer &
Bare, 2004).
ANATOMI SALURAN KEMIH

3
anatomi
 Susunan sebagian besar otot polos
kandung kemih sedemikian rupa
sehingga bila berkontraksi akan
menyebabkan pengosongan kandung
kemih. Yang berperan:
1. Otot detrusor
2. Spingter
3. persyarafan
anatomi
1. Otot Detrusor (otot dinding k. kemih)
2. Sfingter uretra (rhabdosfingter) terdiri
dari serabut otot lurik berbentuk sirkuler
Pada pria, rhabdosfingter terletak tepat
di distal dari prostat sementara
padawanita mengelilingi hampir seluruh
uretra.
3. Persyarafan
Syaraf parasimpatis : N. Pelvikus
(Pengaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasaldari
neuron preganglion parasimpatis dengan badan sel terletak pada
kolumna intermediolateral medula spinalis antara S2 dan S4.)

Syaraf Simpatis : N.hipogastrik dan rantai


simpatis sakral
Persarafan somatik (N.pudendus)
Persarafan sensorik traktus urinarius
bagian bawah
Persarafan Saluran Kemih Bagian
Bawah
ri c
og ast
Ota yp
hetic h
k
y m pa t
S ve
ner

T10–L2 Otot Polos


Detrusor

Internal sphincter
ic
y mp a thetic pelv smooth muscle
Pa r as
S2–S4 nerve Intramural skeletal
muscle
Somatic pudendal Extramural
skeletal muscle
nerve
Urethral smooth muscle

Adapted from Wein AJ. Exp Opin Invest Drugs. 2001:10:65-83.


The somatic nervous system is involved primarily in regulating
voluntary contractions of skeletal muscle.
The sympathetic and parasympathetic nervous systems make up
the autonomic nervous system and are involuntary systems.
They affect the body as a whole and are never completely
inactive
The central nervous system (CNS) controls micturition through
both inhibitory and stimulatory signals that it receives from
(afferent) and sends to (efferent) the bladder via the peripheral
nervous system
Sensory afferent nerves carry signals from the bladder to the T10–
L2 area of the spinal cord. These signals are then relayed to the
brain to indicate bladder fullness
 Voluntary voiding involves signaling from the brain to activate

the parasympathetic pathways and to inhibit the sympathetic


and somatic pathways
 For voiding to occur, parasympathetic stimulation of the bladder

detrusor muscle must be activated, resulting in contraction of


the detrusor muscle, while coordinated afferent and efferent
signaling (through sympathetic and somatic pudendal nerves) to
the smooth muscle of the bladder neck and urethra inhibits
contraction
Masalah-masalah dalam eliminasi
urin
a.Retensi, yaitu adanya penumpukan urine
didalam kandung kemih danketidak
sanggupan kandung kemih untuk
mengosongkan diri. 
b.Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan
sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine
dari kandung kemih.
c.Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak,
umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali
atau lebih dalamsemalam.
LANJUTAN ………

d.Urgency, adalah perasaan seseorang


untuk berkemih.
e.Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan
dalam berkemih
f.Polyuria, Produksi urine abnormal dalam
jumlah besar oleh ginjal,seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan
intake cairan.
g.Urinari suppresi, adalah berhenti
mendadak produksi urine
Etiologi
a.Intake cairan Jumlah dan type makanan
b.Aktivitas
c.Obstruksi
d.Infeksi
e.Kehamilan
f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g.Trauma sumsum tulang belakang
h.Operasi pada daerah abdomen bawah,
pelviks, kandung kemih,urethra.
i. Umur  
j. Penggunaan obat-obatan
Faktor predisposisi/Faktor
pencetus
1.Respon keinginan awal untuk berkemih
2.Gaya hidup
3.Stress psikologi
4.Tingkat perkembangan
5.Kondisi Patologis
6.Obat-obatan
INKONTINENSIA URINE
 Inkontinensi urine, yaitu
ketidaksanggupan sementara atau
permanen otot sfingter eksterna untuk
mengontrol keluarnya urine dari
kandung kemih.
BASICS MECHANISMS

Three basic mechanisms serves as “final


common pathways” in nearly all causes
of incontinence :
 Urge incontinence

 Hyperactive / irritable bladdder


 Stress incontinence

 Urethral incompetence
 Overflow bladder
1. Urgency Incontinence
1. Inkontinensia desakan (Urgency Inkontinence)
 Inkontinensia desakan adalah keluarnya urine

secara involunter dihubungkandengan keinginan


yang kuat untuk mengosongkannya
(urgensi).Biasanya terjadi akibat kandung kemih
tak stabil. Sewaktu pengisian, otot detusor
berkontraksi tanpa sadar secara spontan maupun
karena dirangsang (misalnya batuk). Kandung
kemih dengan keadaan semacam ini disebut
kandung kemih tak stabil. Biasanya kontraksinya
disertai dengan rasa ingin miksi. Gejala
gangguan ini yaitu urgensi, frekuensi, nokturia
dan nokturnal enuresis.
2. Stress Incontinence
2. Inkontinensia stres (Stres Inkontinence)
 Inkontinensia stres biasanya disebabkan

oleh lemahnya mekanisme penutup.


Keluhan khas yaitu mengeluarkan urine
sewaktu batuk, bersin, menaiki tangga
atau melakukan gerakan mendadak,
berdiri sesudah berbaring atau duduk.
3.Overflow
Incontinence/bladder
3. Inkontinensia luapan (Overflow Incontinence)
 Inkontinensia luapan yaitu keluarnya urine

secara involunter ketika tekanan intravesikal


melebihi tekanan maksimal maksimal uretra
akibat dari distensi kandung kemih tanpa
adanya aktifitas detrusor. 
 Terjadi pada keadaan kandung kemih yang

lumpuh akut atau kronik yang terisi terlalu


penuh, sehingga tekanan kandung kemih dapat
naik tinggi sekali tanpa disertai kontraksi
sehingga akhirnya urine menetes lewat uretra
secara intermitten atau keluar tetes demi tetes.
Lanjutan tanda dan gejala….

Inkontinensia urin

1). pasien tidak dapat menahan keinginan


BAK sebelum sampai di WC

2). pasien sering mengompol


RETENSI URINE
 Retensi urine adalah ketidakmampuan
untuk mengosongkan isi kandung kemih
sepenuhnya selama proses pengeluaran
urine. (Brunner and Suddarth. (2010).
ETIOLOGI RETENSI URINE
1. Supra vesikal berupa kerusakan pada
pusat miksi di medulla spinallis S2 S4
setinggi T12L1.Kerusakan saraf simpatis
dan parasimpatis baik sebagian ataupun
seluruhnya, misalnya pada operasi miles
dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla
spinalis, misalnya miningokel,tabes
doraslis, atau spasmus sfinkter yang
ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor
karena lama teregang, atoni pada pasien
DM atau penyakit neurologist, divertikel
yang besar.
3. Intravesikal berupa pembesaran prostate,
kekakuan leher vesika, striktur, batu
kecil,tumor pada leher vesika, atau fimosis.
4. Dapat disebabkan oleh kecemasan,
pembesaran porstat, kelainan patologi
urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma,
disfungsi neurogenik kandung kemih.
Tanda dan gejala
Retensi Urin
1). Ketidak nyamanan daerah pubis.
2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk
berkemih.
3). Urine yang keluar dengan intake tidak
seimbang.
4). Meningkatnya keinginan berkemih dan
resah
5). Ketidaksanggupan untuk berkemih
NEUROGENIC BLADDER
Definisi :
Gangguan fungsi bladder yang disebabkan
oleh berbagai macam gangguan saraf.
Fungsi normal : Menyimpan dan mengeluarkan
urine secara teratur yang di kontrol oleh
sistem saraf sentral dan perifer
Pengosongan urine secara essential adalah
reflek spinal yang dimodulasi oleh sistem
saraf pusat (otak dan MS), untuk
mengkoordinasikan fungsi bladder dan uretra
Neuroanatomi
Fungsi ini dikoordinasi oleh SS Pusat dan
SS Perifer :
 Lobus Frontal : Pusat kontrol miksi

Aktivitas : mengirim sinyal inhibisi ke M


Destrusor, untuk mencegah kontraksi
bladder
 Pons : pontine micturition center (PMC) ,

mengkoordinasikan agar relaksasi sphincter

uretra terjadi bersamaan dengan kontraksi


M Detrusor, sehingga terjadi pengosongan
bladder.
 Medula spinalis : menyalurkan impuls
dari pusat miksi di sakral ke batang otak
dan selanjutnya ke lob frontal.

 Nerus Perifer terdiri dari saraf otonom ;


(simpatis dan parasimpatis) serta saraf
somatis
ETIOLOGY
 Ada 2 tipe neurogenic bladder
1. Spastic
 Disebabkan oleh lesi diatas pusat miksi
di sacral.
 Hilangnya sensasi untuk
mengosongkan kandung kemih dan
kehilangan kontrol motorik
 Bladder bisa atropi, sehingga
kapasitas bladder berkurang
2. Flaksid
• Lesi lower motor neuron
• Bladder terus diisi dan
membesar (ektens)
• Urine terkumpul dan
bisa tejadi pengosongan
tapi tidak komplit
(overflow)
– Menyebabkan
banyaknya residu
urine  potensi
untuk infeksi.
Kerusakan diatas Pusat Miksi
Sacral
 Menurunnya kapasitas bladder
 Kontraksi detrusor secara involunter
 Tekanan intra vesikal tinggi
 Bladder hipertropi
 Spastik otot pelvic
Spastic Bladder
Munculan Klinis :
• Sering berkemih secara involunter

• Kapasitas kecil < 300 cc

• Sejumlah kecil

• Disertai oleh spasme ekstremitas bawah

• Sensasi bladder hilang

• Pengosongan kemih bisa dicetuskan oleh

rangsangan kulit pada perineum atau


genitalia
Kerusakan dibawah Pusat
Miksi Sacral
 Kapasitas urine di vesika bertambah
 Tekanannya rendah
 Tidak ada kontraksi volunter
 Menurunnya tonus sphincter eksterna
 Pengeluaran kemih bisa dilakukan
dengan memberi tekanan pada bagian
bawah abdomen
Pengkajian
1.Riwayat keperawatan eliminasi
 Pengkajiannya meliputi:
 a.Pola eliminasi
 b.Gambaran urin dan perubahan yang terjadi
 c.Masalah eliminasi
 d.Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti :
penggunaan alat bantu,diet, cairan, aktivitas
dan latihan, medikasi dan stress.
2.Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan fisik abdomen terkait
dengan eliminasi urine meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi
Diagnosa Keperawatan
1.Perubahan dalam eliminasi urine
berhubungan dengan retensi
urine,inkontinensi dan enuresis
2.Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan adanya inkontinensi urine
3.Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan
dengan dysuria, nyeri saat mengejan
4.Resiko infeksi berhubungan dengan retensi
urine, pemasangan kateter 
Lanjutan….

5.Perubahan konsep diri berhubungan dengan


inkontinensi

6.Self care defisit : toileting jika klien


inkontinesi

7.Potensial defisit volume cairan berhubungan


dengan gangguan fungsisaluran urinary
akibat proses penyakit
PERENCANAAN

Tujuan
 Memahami eliminasi urin nomal
 Meningkatkan pengeluaran urin yang
normal
 Mencapai pengosongan kandung kemih yg
lengkap
 Mencegah infeksi
 Mempertahankan integritas kulit
 Mendapatkan ras aman
Intervensi
 Peningkatan kesehatan untuk memelihara
serta melindungi fungsi sistem kemih
 Penyuluhan klien
 Meningkatkan perkemihan normal
 Menstimulasi reflek berkemih :
 Mempertahankan kebiasaan eliminasi
 Mempertahankan asupan cairan yg adekuat

 Meningkatkan pengosongan kandung kemih


scr lengkap.
 Pencegahan infeksi
 Pemeliharaan perineum yg baik
PERAWATAN AKUT

Kateterisasi
 Memasukkan selang plastik aau karet mll
uretra ke kandung kemih.
 Meredakan rasa tidak nyaman akibat
distensi kandung kemih
 Mengambil spesimen urin steril

 Mengkaji residu urin setelh pengosongan


kandung kemih
 Penatalaksanaan jangka panjang klien yg
mengalami cidera medula spinalis
  
Perawatan restorasi
 Menguatkan otot panggul
 Meningkatkan kontraksi otot dasar
panggul.
 Mempertahankan integritas kulit
 Cuci kulit yg teriritasi urin dgn sabun dan
air hangat
 Pakai pelembab
 Bladder training
 Melatih kembali kandung kemih untuk
mengembalikan pola normal perkemihan
EVALUASI
 Klien mampu berkemih secara normal tanpa
mengalami gejala-gejala ggn perkemihan
 Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak
mengandung unsur yg abnormal
 Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg
mempengaruhi eliminasi
 Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola
eliminasi

Anda mungkin juga menyukai