Anda di halaman 1dari 14

NAMA KELOMPOK

1. Lailatul Badriyah 1230019011


2. Hidayatul Ilmiyah 1230019014
3. Windi Oktaviana Anggraini 1230019016
Man Haj Al-Fikr
Aswaja sebagai ManHaj Al-Fikr

■ Aswaja adalah Manhajul Fikr wal Harakah sebagai


metode yang memandu cara berfikir dan bergerak bagi
segenap kader berdasarkan ajaran Islam (Al Qur an dan
As Sunnah) secara baik dan benar.
■ Ada beberapa prinsip dasar dalam berfikir secara aswaja.
Prinsip itu diambil dari benang merah dari proses
konstruksi Aswaja sebagai Madzhab dalam bidang
aqidah, fiqih, tasawuf. Prinsip itu adalah: At-Tawasuth
wal i’tidal, At- Tawazun dan At-Tasamuh.
Tawassuth
■ Tawasuth adalah sikap tengah–tengah atau sedang
di antara dua sikap, tidak terlalu keras
(fundamentalis) dan terlalu bebas (liberalisme).
Dengan sikap inilah Islam bisa di terima di segala
lapisan masyarakat. Tawasuth ini juga dikenal
dengan istilah "moderasi". Kata "moderasi" sendiri
berasal dari bahasa Inggris "moderation", yang
artinya adalah sikap sedang atau sikap tidak
berlebihan.
■ Sebagaimana pendapat Khaled Abou el Fadl dalam
The Great Theft, bahwa "moderasi" adalah paham
yang mengambil jalan tengah, yaitu paham yang
tidak ekstrem kanan dan tidak pula ekstrem kiri.
■ Menurut para pakar bahasa Arab, wasat adalah "segala
yang baik sesuai dengan objeknya". Dalam sebuah
ungkapan Arab yang artinya: (sebaik-baik segala sesuatu
adalah yang berada di tengah-tengah). Misalnya,
dermawan, yaitu sikap di antara kikir dan boros,
pemberani yaitu sikap di anatara penakut (al-jubn) dan
nekat/ngawur (tahawur).
■ Sikap Tawasuth berpijak kepada prinsip hidup yang
menjunjung tinggi keadilan dan keseimbangan di tengah-
tengah kehidupan bersama bertindak lurus dan selalu
bersifat membangun serta menghindari sikap tathorruf
(ekstrim). Karakter At-Tawasuth dalam Islam adalah titik
tengah diantara dua ujung (At Tatharuf = ekstrimisme),
dan hal itu merupakan kebaikan yang sejak semula telah
diletakkan Allah SWT.
■sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S Al-Furqan Ayat 67:
‫ان َبي َْن ٰ َذل َِك َق َوامًا‬ ۟ ‫وا َولَ ْم َي ْق ُتر‬
َ ‫ُوا َو َك‬ ۟ ُ‫وا لَ ْم يُسْ رف‬
ِ
۟ ُ‫ِين إِ َذٓا أَن َفق‬
َ ‫َوٱلَّذ‬
■Artinya: “dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.(Q.S Al-Furqan Ayat 67).
■Dan juga sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh al-
Baihaqi:
‫ رواه البيهقي‬.‫قال رسول هلال صلى هلال عليه وسلم وخري األمور أوساطها‬
Artinya: Rasulallah SAW bersabda: “Hal yang terbaik adalah
yang tengah-tengah (sedang).”
Tawazun
■ Akar kata tawazun dari Al Wazn (‫ن‬8‫لوز‬8‫ ) ا‬Al Waznu ditambah
ta’ dan alif menjadi ‫ن‬8‫ز‬888‫ت‬
‫ن– وا‬8‫تواز‬
88‫نا – ي‬8‫ز‬888‫ت‬
‫ وا‬Tawazun, berasal
dari kata tawazana : Seimbang Tawazun bermakna memberi
sesuatu akan haknya, tanpa ada penambahan dan
pengurangan. Dengan demikian tawazun menurut bahasa
berarti keseimbangan atau seimbang sedangkan menurut
istilah tawazun merupakan suatu sikap seseorang untuk
memilih titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi
suatu persoalan. Sikap tawazun sangat diperlukan oleh
manusia agar dia tidak melakukan sesuatu hal yang
berlebihan dan mengesampingkanhal-hal yang lain, yang
memiliki hak harus ditunaikan.
■ Sikap tawazun (seimbang) harus diinternalisasi dan
dilaksanakan oleh setiap individu, karena jika sikap
tawazun diabaikan dalam kehidupan ini, maka akan
melahirkan berbagai masalah. Dalam berbagai ayat
juga hadis, agama juga menuntut kita untuk bersikap
tawazun dalam segala aspek kehidupan. Kita tidak
boleh belebihan dalam menyikapi suatu
permasalahan tau sebaliknya. Diantara ajaran yang
menjadikan Islam sebagai agama yang sempurna
adalah karena keseimbangannya. Keseimbangan
merupakan keharusan sosial, dengan demikian
seseorang yang tidak seimbang dalam kehidupan
individu dan sosialnya, bahkan interaksi sosialnya
maka akan rusak.
■ Ayat-ayat al-Quran entang tawazun (keseimbangan)
Q.S.Al-Qashash ayat 77 :‫نس‬ َ َ ‫خ َِر َة ۖ َواَل‬0‫ءلا‬0َ 0‫ َر ْٱ‬0‫ا‬00‫ُ ل َّدٱ‬00‫ٱ‬
000‫ت‬ ‫ت ٰى َك هَّلل‬0َ‫مٓا َءا‬000‫ف‬ َ ‫ ِ ي‬0‫ب َت ِغ‬0‫َو ْٱ‬
َ‫ن هَّلل‬0‫رْ ِضۖ ِ َّإ‬00‫ أْلَٱ‬000‫ف‬
‫ح ُِّب‬00‫ اَل ُ ي‬00‫ٱ‬ ‫حْ َس َن هَّلل‬0‫ َمٓا َأ‬0‫حْ سِ ن َك‬0‫ ْن َيا ۖ َوَأ‬00‫صِ ي َب َك َمِن ل ُّدٱ‬0 ‫َ ن‬
‫ َسادَ ِ ى‬00‫ ْل َفٱ‬0‫غ‬000‫ َْك ۖ َواَل َ ْب ِت‬00‫ُ ِ َليإ‬00‫ٱ‬
‫ ْل ُم‬Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
‫ ْفسِ د َِين‬00‫ٱ‬
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S.AlQashash:
77)
Ta’adul
■ Ta’adul ialah sikap adil dalam menyikapi suatu persoalan.
Adil adalah sikap proporsional dalam menyikapi persoalan
berdasarkan hak dan kewajiban. Ta’adul berbeda dengan
tamastul yang menghendaki kesamaan. Seseorang
mampu mencapai kesamaan dan kesetaraan jika realitas
individu benar-benar sama persis dan setara dalam segala
sifat-sifatnya. Jika terjadi tafadlul (keunggulan), maka
keadilan menuntut perbedaan dan pengutamaan (tafdlil).
■ Dalam konteks politik, sikap ta’adul ini tercermin dalam
proporsional antara kewajiban pemerintah dalam
mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan publik dan
haknya seperti mendapatkan tunjangan dan lain
sebagainya.
■ Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
ُْ ‫منَّك‬
‫م‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ط‬ ‫س‬ ‫ق‬ ْ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫اء‬ ‫د‬ ‫ه‬ ُ
‫ش‬ ‫ه‬ّ ‫ل‬ِ ‫ل‬ ‫ين‬‫م‬ ‫ا‬ ‫و‬ َ ‫ق‬ ْ ‫وا‬ ‫ون‬ُ ‫ك‬ ْ ‫وا‬ ‫ن‬‫م‬ ‫آ‬ ‫ين‬‫ذ‬َّ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫يا أ‬
َ ِ ْ َ َ ِ ْ ِ ِ َ َ ِ َ ِ َّ ُ ُ َ َ ِ َ ُّ َ
َ َ
‫ن‬ َ ّ ‫ْوى وَاتَّقُوا ْ الل‬
َّ ِ ‫ه إ‬ َ ‫ب لِلتَّق‬ ُ ‫ن قَوْم ٍ عَلَىأال َّ تَعْدِلُوا ْ اعْدِلُوا ْ هُوَ أقْ َر‬ ُ ‫شنَآ‬ َ
‫ن‬ َ ‫ملُو‬ َ ْ‫ما تَع‬َ ِ ‫ير ب‬
ٌ ِ ‫خب‬
َ ‫ه‬ َ ّ ‫الل‬
■ Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang
yang tegak membela (kebenaran) karena Allah
menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil.
Dan janganlah kebencian kamu pada suatu
kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil.
Berbuat adillah karena keadilan itu lebih
mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS al-
Tasamuh
■ Secara bahasa, tasamuh ini berarti toleransi dan bermurah
hati atau tenggang rasa. Sedangkan tasamuh secara istilah
adalah saling menghormati dan menghargai antara manusia
dengan manusia yang lain. Secara umum, pengertian
Tasamuh adalah salah satu akhlak terpuji dalam pergaulan,
dimana terdapat rasa saling menghargai dan menghormati
antara satu dengan yang lainnya. Namun masih dalam
batas-batas yang digariskan oleh ajaran islam.
■ Dalam sikap tasamuh dan toleransi ini, mengandung sifat-
sifat lainnya. Misalnya saja sifat lapang dada, tenggang
rasa, menahan diri, dan tak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Sikap Tasamuh Manusia dikenal sebagai
makhluk sosial bukan makhluk individu. Oleh karena itu,
manusia tak bisa hidup sendiri tanpa bantuan manusia
lainnya. Disinilah pentingnya sikap tasamuh, agar tercipta
rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama.
‫‪■ Allah Ta’ala berfirman:‬‬
‫م وَاَل‬ ‫يا أ َ‬
‫ح َرا َ‬ ‫الشهْ َر ال ْ َ‬ ‫َّ‬ ‫شعَائ ِ َر اللَّهِ وَاَل‬‫حلُّوا َ‬‫منُوا اَل ت ُ ِ‬ ‫َ َ‬‫آ‬ ‫ين‬ ‫ِ‬ ‫ذ‬ ‫َّ‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫ه‬
‫َ َ‬‫ُّ‬ ‫ي‬
‫ن‬ ‫م ْ‬ ‫ضاًل ِ‬ ‫ن فَ ْ‬ ‫م يَبْتَغُو َ‬ ‫ح َرا َ‬ ‫ت ال ْ َ‬
‫ين الْبَي ْ َ‬‫م َ‬‫قاَل ئِد َ وَاَل آ ِّ‬
‫ال ْ َهدْيَ وَاَل ال ْ َ‬
‫ن قَوْم ٍ‬ ‫شنَآ ُ‬ ‫م َ‬ ‫منَّك ُ ْ‬
‫جرِ َ‬ ‫صطَادُوا وَاَل ي َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫م فَا‬‫حلَلْت ُ ْ‬
‫ضوَانًا وَإِذَا َ‬ ‫م وَرِ ْ‬ ‫َربِّهِ ْ‬
‫نتَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْب ِ ِّر‬ ‫أَن صدوكُم عَن الْمسجد الْحرام أ َ‬
‫ِ َ ْ ِ ِ َ َ ِ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ ُّ‬
‫ه‬ ‫ن الل َّ َ‬‫ه ۖ إ ِ َّ‬ ‫ان ۚ وَاتَّقُواالل َّ َ‬ ‫ْوىٰ ۖ وَاَل تَعَاوَنُوا عَلَى اإْل ِثْم ِوَالْعُدْوَ ِ‬ ‫وَالتَّق َ‬
‫َاب‬ ‫شدِيد ُ الْعِق ِ‬ ‫َ‬
‫‪■ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam‬‬
‫‪(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan‬‬
‫‪jangan tolong-menolong dalam berbuat doa‬‬
‫‪dan penlanggaran. Dan bertakwalah kamu‬‬
‫‪kepada Allah, sesungguhnya Allah amat‬‬
‫)‪berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maidah: 2‬‬
■ Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda:
‫ َال‬00‫م‬:00‫س‬ 0‫ ََّل‬0‫ َ َو‬0‫ه‬0‫ِي‬0‫ل‬0‫ُهَّللا َ َ ْع‬ َّ‫ص‬
0 ‫ى‬0‫هللال‬
َ ِ 0‫ل‬0‫و‬00‫س‬ ُ ْ ُ ‫ َر‬0‫ل‬00‫ َ َقا‬0‫ل‬:00‫ َ َقا‬0‫ه‬0‫ ُهَّللا َ ْع ُن‬0 ‫ض َي‬ ِ ‫ َر‬0 ‫ة‬0‫ر‬0َ‫ ْري‬0َ ‫ ُه‬0 ‫ي‬0‫ َ ِ ْأب‬0 ‫ن‬0‫َ ْع‬
0‫ع‬0ِ ‫ َ ْبي‬0 ‫ى‬0‫ل‬0‫ َ َع‬00‫م‬0‫ُك‬0ْ‫ض‬
ُ 0‫ع‬0‫ َ ْب‬0‫ع‬0‫ َال َ ِيْب‬0‫ َو‬، 0‫وا‬0‫ ْر‬0ُ‫ب‬0‫د‬ ‫ َا‬0‫ َال َ َت‬0‫ َو‬، 0‫وا‬0‫ض‬ ُ 0َ ‫نا‬0‫َت‬
ْ ُ ‫ َغ‬0‫ا‬0‫ َال َتب‬0‫ َو‬، 0‫وا‬00‫ ْش‬0‫ج‬ ‫ َال‬0‫ َو‬، 0‫وا‬0‫د‬00‫س‬ َ 0َ‫َت‬
ْ ُ 0‫ا‬0‫ح‬
0‫ا‬0‫ن‬0‫ ًوا‬0‫ َخ‬0ْ‫هللا‬
‫ ِ ِإ‬0‫د‬0‫ا‬0‫ ِ َع َب‬0‫وا‬0‫ ُ ْون‬0‫ ْك‬0‫ َ ُو‬0‫ض‬ ، ٍ 0‫ع‬0‫َ ْب‬
■ “Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk
adalah ucapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian
saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari
kesalahan, saling mendengki, saling membelakangi,
serta saling membenci. Dan jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang saling bersaudara.” (HR. Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai