Anda di halaman 1dari 24

inventory control management

Kelompok 1 :

Dhea Ananda (1601009)


Fiona Fitri Annisa (1601132)
Leni Triani (1601021)
Septhreza Ummizry (1601047)
Serlin Partika Sari (1601048)
Taskia Yulia Putri ( 1601055)
Yola Marina Dwi Putri (1601061)
Yoga Yudhistira (1701091)

Dosen Pengampu :
Erniza Pratiwi, M.Farm.,Apt
Sub bahasan :
Pengertian manajemen persediaan

Karakteristik Persediaan

FungsiPersediaan

Tujuan Persediaan

Manfaat Manajemen Persediaan

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persediaan

Pengendalian persediaan

Sistem Pengendalian Persediaan

Tingkat Perputaran Persediaan


1. Pengertian manajemen persediaan

Persediaan merupakan sejumlah bahan/barang


yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa
bahan jadi, bahan mentah, maupun barang dalam
proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran
operasi perusahaan guna memenuhi permintaan
konsumen setiap waktu.

persediaan adalah sumber daya menganggur yang


menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud
proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi
pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada
sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan
pada sistem rumah tangga. Nasution (2003)
2. Karakteristik Persediaan

Persediaan memiliki dua


karakteristik penting, yakni:

1. Persediaan
tersebut merupakan 2. Persediaan tersebut
milik perusahan. siap dijual kepada para
konsumen
Persediaan dimiliki oleh perusahaan dagang dan perusahaan industri.

1. Perusahaan dagang (merchandise


inventory) hanya ada persediaan
barang dagangan (finished goods).
2. Perusahaan industri (manufacturing)
memiliki persediaan yang terdiri atas:

a. Persediaan bahan baku (raw materials)


b. Barang dalam proses (work in process
c. Barang jadi (finished goods)
d. Barang pembantu (supplies)
e. Persediaan suku cadang
(purchased/components parts)
3. Fungsi Persediaan

Fungsi persediaan menurut Rangkuti (2007), yaitu:


1. Fungsi Decoupling, untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.

2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan


penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per
unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang
timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan
sebagainya)

3. Fungsi Antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan


musiman (seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock).
4. Tujuan Persediaan

Memastikan agar
penggunaan obat sesuai
dengan formalium rumah
sakit

Memudahkan dalam Kehilangan dan


pencarian dan kerusakan dapat
pengawasan dikendalikan
5. Manfaat manajemen persediaan

Dalam menejemen persediaan sudah tentu ada manfaatnya, berikut merupakan


manfaat dari manajemen persediaan.

Memanfaatkan Diskon Kuantitas

Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock)

Manfaat Pemasaran

Peningkatan Tingkat Pelayanan

Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik


6. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persediaan

Secara umum :
1. Lead time
2. Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode
3. Jumlah dana yang tersedia
4. Daya tahan material

Secara khusus :
1. Bahan baku
2. Barang dalam proses
3. Barang jadi
7. Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan bahan baku merupakan


suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan
komposisi dari persediaan bahan baku dan barang
hasil produksi dengan efektif dan efisien.

Pengendalian persediaan bertujuan untuk


menentukan dan menjamin tersedianya
persediaan yang tepat dalam kuantitas dan
waktu yang tepat.
8. Sistem Pengendalian Persediaan

sistem dalam pengendalian


persediaan terdiri dari :

Red line method

Two-bin method

Computerized inventory
control system

Just-in-time system
9. Tingkat Perputaran Persediaan

Model-model Tingkat Persediaan Optimal :

A. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Faktor-faktor yang mempengaruhi


besarnya safety stock adalah :
Safety stock atau disebut juga persediaan 1. Sulit/tidaknya bahan/barang
besi (iron stock) bermakna persediaan tersebut diperoleh.
minimum yang harus ada dalam perusahaan 2. Kebiasaan pemasok
untuk menjaga kontinuitas perusahaan. menyerahkan barang/bahan.
3. Besar/kecilnya jumlah
barang/bahan yang dibeli setiap
saat.
4. Sering/tidaknya mendapatkan
pemesanan mendadak.

Rumus :
Safety stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-rata) Lead Time
B. Metode ABC

Metode ABC Merupakan pendekatan sederhana dalam


manajemen persediaan dengan ide dasar adalah
membagi persediaan menjadi tiga atau lebih kelompok.

klasifikasi ABC merupakan konsep untuk


mengendalikan persediaan, yang mana persediaan
barang yang mahal memerlukan pengendalian yang
lebih ketat dibandingkan dengan persediaan yang
murah.
Analisis ABC :

• Kelompok A, inventory dengan

Kel A jumlah sekitar 20% dan item tapi


mempunyai nilai investasi sekitar
75% dari total nilai inventory

Kel • Kelompok B, inventory degan


jumlah sekitar 30% dari item tapi

B mempunyai nilai investasi sekitar


20% dari total nilai inventory

• kelompok C, inventory dengan

Kel C jumlah sekitar 50% dari item tapi


mempunyai nilai investari sekitar
5% dari total inventory
C. Mengelola Persediaan dengan Menggunakan Turunan Permintaan

Model ini digunakan untuk 1. MRP


mengelola persediaan yang Adalah seperangkat prosedur
menggunakan turunan yang digunakan untuk
permintaan, artinya permintaan menentukan tingkat persediaan
untuk jenis persediaan tergantung untuk permintaan yang
pada kebutuhan akan jenis tergantung jenis persediaannya
persediaan lainnya. seperti raw material atau work
in process.

2. JIT
Adalah adalah pendekatan modern
untuk mengelola persediaan yang
dipengaruhi besarnya permintaan
barang jadi yang dapat
meminimumkan persediaan
perusahaan.
Tujuan dasar metode JIT adalah untuk
menghasilkan atau menerima item yang
diminta pada saat dibutuhkan atau tepat
waktu, atau dengan perkataan lain
mengurangi persediaan yang menghasilkan
kualitas produk dan flesibilitas yang
berkesinambungan.

Proses produksi yang menggunakan pengawasan


persediaan JIT idealnya adalah:

1. Membutuhkan sistem informasi perediaan dan


produksi yang tepat.
2. Pembelian dengan efisiensi tinggi.
3. Pemasok yang dapat diandalkan.
4. Sistem pengelolaan yang efisien.
 
D. Metode EOQ (Economic Order Quantity)

Metode ini dapat digunakan baik untuk barang-barang yang di beli maupun yang diproduksi
sendiri. EOQ berarti jumlah unit barang/bahan yang harus dipesan setiap kali mengadakan
pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan persediaan minimal.

EOQ adalah model yang meminimumkan Total Inventory


Cost (TIC) atau total biaya persediaan dan untuk
menyederhanakan perhitungan persediaan atau pesanan
barang yang optimal.
Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan tersebut, dalam model
EOQ diperlukan asumsi. Asumsi dari model EOQ ini adalah:

• Biaya yang relevan untuk perhitungan adalah ordering cost dan carrying
cost.
• Pesanan untuk mengganti persediaan barang yang dijual selalu dating
pada awal bulan.
• Untuk sementara stock out tidak diperbolehkan.
• Permintaan barang dapat diketahui dengan tingkat pemakaian atau
pengeluaran tetap.
Perilaku ordering cost dan carrying cost ini dapat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Besarnya carrying cost adalah rata-rata tingkat persediaan barang
dikalikan dengan biaya pemeliharaan dan penyimpanan per unit
barang dalam setahun. Sedangkan besarnya ordering cost per
tahun adalah pesanan dalam setahun dikalikan dengan biaya
pesanan untuk setiap kali pesan barang. Sehingga total biaya
persediaan barang pertahun adalah jumlah dari carrying cost dan
ordering cost.
E. Reorder Point (ROP)

Reorde pont adalah saat/titik dimana pemesanan harus dilakukan lagi


untuk mengisi persediaan. ROP juga dapat digunakan untuk
menentukan waktu tunggu yang optimal apabila jangka waktu antara
pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan ke dalam
perusahaan cenderung berubah-ubah, sehingga risiko perusahaan
dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam penentuan waktu dikenal dua macam biaya, yaitu:

1. Biaya penyimpanan tambahan, yaitu biaya yang harus dibayar karena


adanya surplus bahan baku.
2. Biaya kekurangan bahan, yaitu biaya yang harus dibayar karena
kekurangan bahan untuk keperluan proses produksi (biaya untuk bahan baku
pengganti).
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu
kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali
bahan baku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reorder point adalah:

1. Lead time
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan pengaman (safety stock)

Anda mungkin juga menyukai