Anda di halaman 1dari 21

A S U H A N K E P E R AWATA N PA D A T N .

M
D EN G A N ED EM A PA R U D I R U A N G IG D
R S SM C S I N G A PA R N A

STIKes KARSA HUSADA GARUT


Jayaraga, Kec.Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat
44151
 
 
2019-2020
Edema paru adalah suatu kegawatdaruratan medis yang membutuhkan
penanganan segera. Selain dari anamnesis yang terarah dan pemeriksaan fisik,
disarankan untuk melakukan pemeriksaan rontgen toraks pada pasien dengan
kecurigaan edema paru. Pemeriksaan rontgen toraks juga diperlukan untuk
evaluasi pengobatan (Liwang dan Mansjoer, 2014).
Edema paru adalah penumpukan cairan dalam jumlah abnormal di dalam paru –
paru, baik dalam spasium intertisial atau dalam alveoli. ALO (Acute Lung Oedema)
dapat menyebabkan pasien berada dalam kedaruratan respirasi dan ancaman
gagal napas. ALO adalah kegawatan yang mengancam nyawa di mana terjadi
akumulasi cairan di paru disertai hipoksemia dan kerja napas yang meningkat
Edema paru dapat disebabkan karena gangguan pada jantung (edema paru
kardiak), maupun gangguan diluar jantung (edema paru non-kardiak). Edema paru
kardiak biasanya terjadi karena gagal jantung kiri, yang menyebabkan tekanan
hidrostatik vena pulmonalis dan kapiler paru meningkat. Peningkatan tekanan di
atrium kiri dan tekanan baji paru mengawali terjadinya edema paru kardiogenik 2
tersebut. Sebagai akibatnya tekanan, terjadi ekstravasasi cairan ke jaringan
(Liwang dan Mansjoer, 2014).
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ALO di bagi menjadi 2, yaitu
1. Kardiogenik
• Penyakit pada arteri koronaria (CAD)
• Kardiomiopati
• Gangguan katup jantung
• Hipertensi
2. Non – Kardiogenik
• Infeksi pada paru
• Lung injur, seperti emboli paru, merokok, dan infeksi paru
• Paparan toxic
• Reaksi alergi
• ARDS
MANISFESTASI KLINIS
1. Stadium 1
Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas
difusi CO2
2. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi oedema paru intertisial. Batas pembuluh darah
paru menjadi kabur, adanya penumpukan cairan di jaringan kendor intensial
akan lebih mempersempit saluran napas kecil
3. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami
gangguan secara berarti, terjadi hipoksemia dan hipokapnia.
PATHWAY
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Posisi ½ duduk
2. Oksigen (40% - 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu. Bila terjadi perburukan
maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
3. Infus emergensi, monitor tekanan darah, monitor EKG
4. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
5. Aritmia atau gangguan konduks
6. Operasi pada komplikasi akur infark miokard, seperti regurgitasi, VDS dan
ruptur dinding vertikel/corda tendinue
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M
DENGAN EDEMA PARU DI RUANG IGD
RS SMC SINGAPARNA

I.Pengkajian
1.Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjahit
Status Mrital : Menikah
NO RM : 155-01-62-92
Tanggal Masuk : 2/12/19 jam 09.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 2/12/19 jam 14.00 WIB
DX Medis : CHF, Edema paru
Alamat : Kp. Malaganti Kec. Sariwangi Sukaraja
2.Survey Primer (Primary Survei)
A.(Airway)
Jalan napas bebas tidak ada sumbatan, terkadang batuk dan berdahak,
batuk terasa ketika sesak.
B.(Breathing)
Dapat bernapas spontan, takipne dengan RR = 30x/menit, sesak napas
dengan SPO2 (saturasi oksigen) sebanyak 94%. Sesak napas terjadi ketika
berakivitas terpasang oksigen dengan volume 3 liter/menit dengan
menggunakan binasal kanul. Pasien mengatakan bahkan ketika berbicara
banyakpun dapat menyebabkan sesak, sesak di rasakan sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit
C.(Circulation)
Tekanan darah 150/80 mmHg nadi teraba kuat dengan frekuensi 110x/menit
takikardia, akral hangat, tidak ada pucat dan cianosis, turgor normal/baik
D.(Disability)
Tingkat kesadaran compos mentis atau sadar penuh dengan nilai GCS=15
dapat berkomunikasi dengan baik dan normal.
E.(Exposure)
Tampak luar baik tidak ada luka luar
F.(Five Intervention)
1)Telah melakukan pemeriksaan EKG dengan hasil sinus takikardic dan
terdapat pembesaran di antrium kiri.
2)Telah terpasang kateter namun di lepas setelah 2 jam dan telah
menandatangani surat penolakan tindakan oleh keluarga.
3)Pulse oxymetri menunjukan saturasi oksigen di dalam tubuh sebesar 94%.
4)Hasil pemeriksaan labolatorium :
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

1. HEMATOLOGI      

Hemoglobin 11.8 13.0-18.0 g/dL

Leukosit 14.900 * 4000-10.000 /mm3

Hematokrit 180.000 150.000-450.000 /mm3

Trombosit 35.9 35.0-45.0 %

Eritrosit 4.3 4.0-5.5 Juta/mm^3

2. KLMIA KLINIK      

Ureum 39 15-39 Mg/dL

Kreatinih 1.4 0.62-1.10 Mg/dL

Glukosa Darah Sewaktu 76 <150 Mg/dL


G (Give Comfort Measur And Get Vital Sign)
• Tanda – tanda vital
• TD = 150/80 mmHg
• RR = 30x/menit
• T = 31,6 0C
• N = 110x/menit
3. SURVEY SEKUNDER (SECONDARY SURVEY)

H. History & Head To Toe


1) History (SAMPLE)
S. (Sign Sympton)
Berdasarkan penuturan pasien, gejalanya berupa sesak terdapat batuk berdahak. Rasa sesak dapat reda dengan
istrirahat.
A. (Alergies)
Klien mengatakan tidak memiliki alergi apapun baik terhadap obat, makanan, atau lingkungan.
M. (Medication)
Obat yang telah masuk saat di IGD
- Pantoprazole IV 1x1
- Furosemide IV 1x3 - Cairan infus yang digunakan NaCl 0.9% asnet.
P. (Post Medical History and Pain)
Klien mengatakan pada bulan oktober juga pernah masuk ke IGD dengan keluhan yang sama tanpa rawat inap atau
hanyadengan pengobatan rawat jalan.
Pain = terdapat nyeri dada di sebelah kiri terasa panas menjalar ke belakang, rasa nyeri seperti benda tumpul, nyeri
terasa ketika beraktivitas. Cara klien mengurangi gejala nyeri dan sesak ini adalah dengan berbaring di atas lantai tanpa
alas ketika di rumah.
L. (Last Oral Intake)
Pada jam 8.00 klien memakan ‘bandros’ dan tahu, dan meminum air putih.
E. (Every Orifice / ada atau tindakanya pendarahan tiap lubang tubuh)
Tidak ada pendarahan pada tiap lubang tubuh.
PENGKAJIAN FISIK (HEAD TO TOE ASSESMENT)
a. Kepala = kepala bulat, rambut bersih, keadaan baik tidak ada
keluhan
b. Leher = peningkatan JVP (Jugularis venous pressure) atau
peningkatan tekanan vena jugularis untuk melihat ada tidaknya
kelebihan/penumpukan cairan di jantung.
c. Thoraks = bentuk dada simetris terdapat nyeri di dada bagian
depan kiri dan kanan rasa seperti terbakar dan dipukul benda tumpul,
rasa sakit menyebar ke daerah punggung. Perkembangan pernafasan
dada baik. RR 30x/menit
d. Abdomen = perut datar sedikit
+ +
buncit, klien mengatakan memiliki
riwayat gastritis tapi sekarang++sudah
++ pulih.
e. Extermitas = terdapat pembengkakan (edema) di ekstermitas atas
dan bawah
ANALISA DATA
Data Senjang Etiologi Masalah
Ds : - klien mengatakan sesak Faktor kardiogenik Hambatan pertukaran gas
- sesak di sertai nyeri dada
Gagal jantung kiri
- klien mengatakan batuk berdahak
Peningkatan tekanan
Do : - terpasang oksigen dengan menggunakan nasal kanul
dengan volume sebanyak 3 liter Vena pulmonalis 
- takipneu dengan RR = 30x/m
Alveoli terisi cairan
- kilen terlihat kesusahan dalam bernafas
Ds = - klien mengatakan sesak dan nyeri dada Akumulasi cairan berlebih Intoleransi aktivitas
- sesak dan nyeri terasa ketika beraktivitas
di paru 
- sesak terjadi bahkan dengan aktivitas yang sederhana
hipoksemia 
Do = - klien terlihat sesak

- terpasang oksigen dengan nasal kanul sebanyak 3 liter hiperventilasi 

- saat melakukan pengkajian klien terlihat sesak mudah sesak


 
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
Tujuan Intervensi
1. Hambatan pertukaran Setelah diberikan asuhan - atur posisi semi fowler - untuk memperlebar jalan
gas dengan batasan keperawatan selama 1x12 jam - observasi tanda tanda vital napas dan memberikan
karakteristik dispnea diharapkan hambatan ruang yang cukup untuk
setiap 6 jam
pertukaran gas paru – paru berexpansi
- bantu pasien untuk
teratasi/berkurang dengan secara maksimal
melakukan reposisi sesering
kriteria hasil : - untuk memantau
mungkin
- tidak ada hambatan dalam perkembangan pasien agar
- berikan terapi oksigen hasi
pertukaran gas terhindar dari sianosis dan
- kolaborasi dalam pemberian disenpa
- sesak hilang/berkurang
pengobatan
- posisi yang berbeda
- tidak terjadi sianosis
menurunkan resiko
perlukaan

- mensuplay keb. Oksigen

- membantu proses terapi


keperawatan.
2. Intoleran aktivitas dengan Setelah diberikan asuhan - monitor pasien terhadap - untuk melihat
faktor yang berhubungan keperawatan selama 2x12 kelelahan fisik penyebab kelelahan
ketidakseimbangan antara jam diharapkan pasien fisik dan memantau
- bantu klien dalam
suplai dan kebutuhan oksigen mampu melakukan memilih aktivitas yang perkembanganyaa.
di tanda dengan kondisi terkait aktivitas tanpa ada keluhan,
mampu di lakukan secara - dengan aktivitas yang
gangguan pernapasan dengan kriteria hasil :
mandiri ringaan bagi pasien
- mampu melakukan dapat membantu agar
- kaji faktor penyebab
aktivitas tanpa ada toleran terhadap
mudah lelah
peningkatan TD, nadi, dan aktivitas yang
RR dilakukan

- hambatan melakukan - sebagai bahan


aktivitas sendiri tanpa pengkajian dan
bantuan perencanaan
selanjutnya.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/Tanggal No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan (Formatif)

Selasa 1. - memberikan posisi semi fowler dan S = OS mengatakan sesak dan nyeri dada
3/12/19 menganjurkan untuk mengubah posisi
O = - terpasang cairan NaCl 0,9% dengan kecepatan
  sesering mungkin
asnet
09.30 - memberikan terapi cairan infus NaCl
- TD = 150/80 mmHg
10.00
0,9% asnet
R = 30X/menit
- mengecek tanda tanda vital
T = 36,60 c
TD = 150/80 mmHg
N = 110x/menit
R = 30X/menit
- volume oksigen sebanyak 3 liter
T = 36,6 c
0

A = masalah belum teratasi


N = 110x/menit
P = lanjutkan intervensi
- memberikan terapi oksigenasi dengan
nasal kanul sesuai advise

- memberikan pengobatan sesuai advise.


Selasa 2 - mengkaji penyebab sesak S = - mengatakan sesak dan nyeri dada

3/12/19 - menganjurkan klien untuk banyaak ketika selesai beraktivitas

  beristirahat - mengatakan ini bisa terjadi bahkan

12.00 - melatih nafas dalam dan ketika berbicara banyaak pun dapat
menganjurkan untuk mengatur membuatnya kelelahan dan sesak.
pernafasan. O = - klien tampak kelelahan saat

- mengajukan keluarga untuk dikaji.


membantu klien dalam beraktifitas A = masalah belum teratasi
baik ringan atau sedang P = lanjutkan intervensi
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal No Dx Catatan Perkembangan (Evaluasi Sumatif) Paraf
Selasa 1 S = - OS mengatakan sesak berkurang setelah terpasaang oksigen tapi masih ada  
03/12/2019 2 sesak dan nyeri dadanya

15.00 - OS mengatakan masih cepat (takipneu) dengan RR = 28x/menit

- OS terlihat lebih baik setelah diberikan terapi oksigen

- OS dengan dibantu keluarga dapat melakukan toileting dengan baik tetapi


setelahnya ada sesak sedikit.

A = masalah teratasi sebagian

P =- lanjutkan intervensi di ruang perawatan

- pindahkan pasien ke ruang perawatan

I = - pasien pindah ke ruang madinah RS. SMC

E = pasien terlihat lebih mudah dalam bernapas.

R = Evaluasi lanjutan di ruang perawatan (madinah)


KESIMPULAN
Batasan karakteristik dipsnea pada pasien,maka penulis mengambil kesimpulan.
1. Pengkajian
Pada pengkajian ini studi kasus pasien yang mengalami edema paru dengan hambatan
pertukaran gas dengan Batasan karakteristik dipsnea didapatkan data dengan beberapa data
mengalami kenaikan seperti Respiration Rate (RR) dan Nadi yang takikardia
2. Diagnosis
Berdasarkan data pengkajian, penulis menuliskan diagnosa prioritas hambatan pertukaran gas
dengan Batasan karakteristik dipsnea. Penulis tidak menemukan kesenjangan hasil studi antara studi
kasus dan teori.
3. Perencanaan
Intervensi yang diberikan pada pasien adalah aktivitas dependent dan independent, terapi
intervensi keperawatan yang digunakan sesuai dengan keluhan dan tanda gejala yang dialami
pasien.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan menggunakan intervensi keperawatan NIC dan NOC. Implementasi
dilakukan berdasarkan intervensi yang telah direncanaakn
5. Evaluasi
Evaluasi dari perkembangan hambatan ppertukaran gas dengan Batasan karakteristik dipsnea
selama 1 hari perawatan, belum mendapatkan hsil yang optimal.
TERIMA KASIH

ANY QUESTION??

Anda mungkin juga menyukai