Anda di halaman 1dari 27

PERANCANGAN KOTA

BAB 2
MIKRO LAND USE &
INTENSITAS PEMBANGUNAN
NAMA KELOMPOK
1. RIKY JUMARDI
2. SEPHIRA FARA AYU P
3. JERRY ISKANDAR
4. M PATONI DARMAWAN
MIKRO LAND USE
(GUNA LAHAN MIKRO)

penggunaan ruang atau


lahan pada suatu tempat
yang disesuaikan dengan
masalah-masalah yang
terkait, dan sebagaimana
seharusnya suatu daerah
atau zona dikembangkan

Perancangan Kota
LAND USE PLANNING

Perancangan Kota
(RENCANA PENGGUNAAN
LAHAN)

Merupakan proses
alokasi sumber daya
yang dilakukan
sedemikian rupa,
sehingga manfaatnya
dapat dirasakan
seluruh masyarakat
kota secara luas
ZONING ORDINANCE
Merupakan suatu mekanisme
pengendali yang praktis dan
bermanfaat dalam urban
design (hubungan antara
gedung dan kualitas
lingkungan secara
keseluruhan)
Peraturan zonning (zonning
ordinance) juga dimaksudkan
agar rencana sesuai dengan
kualifikasi yang ditentukan

Perancangan Kota
PERKEMBANGAN
KOTA DAN
ASPEK GUNA
0000

LAHAN
Terbagi
dalam 3
Fase
1. Fase revolusi
industri di negara
barat industri-industri yang
munculnya
berlokasi di kota berkembang begitu
cepat da membawa berbagai dampak
terhadap lingkungan. Munculnya
konsep Garden City (konsep dengan
adanya ruang yang memisahkan
antara kota besar “city” dan kota
“town”) merupakan usaha untuk
mencegah perkembangan kota yang
terlalu sesa, kemacetan kota industri,
dan kondisi lingkungan yang kurang
sehat (dikemukakan oleh Howard:
Inggris)
2. Gerakan Modern (Modern Movement)
pelopor gerakan modern ini
ialah Patrick Geddes, yang
menyusun suatu analisis urban
dan membagi kota atas zona-
zona fungsional yang mencakup
tiga unsur : tempat (place),
kerja (work), dan keluarga
(folk).
2. Gerakan Modern (Modern Movement)
Pada pertemuan kongres ke 4 CIAM di Athena
unsur fungsi kota yang dikemukakan oleh
arsitek Le Corbusier yaitu, pemukiman, kerja,
rekreasi, dan transprotasi.
Pemisahan fungsi-fungsi kota pada masa
gerakan modern dapat dilihat pada pemisahan
perumahan yang dikelompokkan secara
neighborhood unit, dimana lantai bawah
dibebaskan untuk rekreasi dan masuknya
cahaya matahari.
3. Gerakan Pembaharuan (Kota Masa Depan)
Gerakan pembaharuan ini lebih terfokus
pada pembangunan kota dengan skala kecil.
Dimana konsep zoning fungsional kurang
mampu mengatasi masalah sirkulasi dan
kepadatan penduduk, dll.
Perkembangan kota pada gerakan
pembaharuan ini dapat dilihat dari
bangunan multi fungsi yang merupakan
bagian dari jaringan kota. Lebih spesifiknya,
bangunan yang dibuat memiliki lebih dari
satu fungsi dengan tujuan pemanfaatan
lahan semaksimal mungkin untuk berbagai
aktivitas, mempersingkat jarak fungsi yang
satu dengan yang lain, sehingga beban lalu
lintas dapat terkurangi.
ANALOGI KONSEP
ZONNING

1.Tujuan zonning (mewujudkan


kualitas dan bentuk banguna
yang sesuai dengan rencana dan
tujuannya serta menjamin
kesehatan, kenyamanan dan
ketentraman umum penduduk
kota)
ANALOGI KONSEP
ZONNING

2. Perkembangan konsep zonning


(banyak konsep zonning yang
berbeda satu sama lain, dan
seiring berjalannya waktu konsep
mixed use dalam tata guna lahan
diperbolehkan)
Peruntukkan lahan :
Mengatur jenis kegiatan yang
diizinkan diatas lahan
tersebut

Intensitas
pembangunan
Mengatur besarnya: volume
kegiatan yang diizinkan diatas
lahan tersebut
Tiga hal Preservasi :
Mengatur dan menentukan
pokok bagian kawasan kota, bangunan
dalam maupun open space untung
dilindungi dan ditingkatkan
zonning kegunaannya
ANALOGI
KONSEP
ZONING
Definisi
Zoning, merupakan
istilah yang dikenal
pertama kali di
Amerika Serikat
pada tahun 1922,
disebut sebagai
Standard State
Zoning Enabling
Act
Tujuan
Adapun tujuan dari zoning
adalah untuk lebih menjalin
perwujudan kualitas brntuk
lingkungan terbangun sesuai
dengan tujuan rencana , serta
menjalin syarat-syarat
penghunian kota/daerah dari
segi kesehatan, keamanan dan
ketentraman umum penduduk
PRODUK PENGENDALIAN
Guides Lines bersifat spesifik, lebih menjamin
perhatian pada kualitas ruang skala mikro,
sampai saat ini belum ada ketentuan yang baku
mengatur bagaimana guides lines harus dibuat.
Namun pada dasarnya merupakan
pengembangan kerangka desain, pada tingkat
distrik, jalan dan pada skala proyek tertentu.
Produk zoning dapat kita lihat pada salah satu
pendekatan yaitu : Klasifikasi Guidelines
(Shirvani, 1985: 150-151)-Prespective Guide Lines
: petunjuk batasan kerja desain seperti : batas
Koefisien Lantai Bangunan(KLB) yang diizinkan
pada suatu wilayah -Performance Guidelines :
suatu arahan yang menekankan kriteria desain
1. Implementasi Zoning : Secara umum aspek
dasar yang diatur dalam ketentuan zoning ASPEK DASAR
2. Land-use Districts : Menurut Hamid PERENCANAA
Shirvani dalam The Urban Design
Process disebutkan : Keputusan N ZONING
Mengenal tata guna lahan akan
menentukan hubungan antara
sirkulasi/parkir dan kepadatan
aktivitas/pemanfaatan pada daerah
kota. Daerah-daerah dalam suatu
perkotaan ditata sedemikian rupa
sehingga mempunyai kapasitas yang
berbeda-beda dalam enampung
intensitas, parkir, tesedianya sistem
transportasi dan pemanfaatan lahan
Kriteria lokasi
dapat
1.Fungsi
dipertimbangka
2.Skala dan Karakter
n terhadap Pembangunan
3.Transportasi dan
Kapasitas Infrastruktur
Kriteria lokasi
dapat 4. Interelasi antar fungsi yang
dipertimbangka ada disekitarnya. Klasifikasi dari
n terhadap Land-Use Districts pada suatu
pusat kota/downtown dapat
dibedakan atas : perkantoran,
pertokoan, komersil
campuran(mixed residential) dan
sebagainya.
Lahan
Campuran
(Mixed
Use)
Tantangan perkotaan masa depan
menuntut efisiensi dan rasionalisasi
sumber daya lahan kota, kenyataan ini
mendorong munculnya penggunaan
lahan campuran (mixed-use) dimana
berbagai fungsi yang saling mendukung
dapat terintegrasi didalamnya
Intensitas pembangunan
dimaksudkan untuk menetapkan
seberapa besar volume kegiatan
yang diperkenankan dari berbagai
jenis peruntukan (floor area
districts) yang dinyatakan oleh floor
area ratio (FAR) dan menetapkan
ketinggian dan persyaratan netback
bangunan
Intensitas
pembangunan
Koefisien
Lantai
Bangunan
Aturan zoning memperhatikan
aspek fisik bangunan yang
mengatur ketinggian,
pemunduran (setback), lantai
dasar dimaksudkan untuk
menunjang public space .
Arahan aspek penampilan dan
konfigurasi massa perlu
diarahkan untuk
2.Sudut Pandang :
untuk dapat
menikmati ruang kota
Aturan zoning secara visual

3.Pemunduran (setback) :
1.Kinerja massa : fungsi untuk memberi sudut
bangunan bahan, pandang dan koridor udara,
warna dll cahaya matahari yang
cukup
Bonus/Incentives
Zones
Menurut Mohammad
Danisworo, ketentuan-
ketentuan mengenai
bonus/intensif bagi developer
yang memberikan kontribusi
sarana untuk kepentingan
umum
Bentuk kompensasi dari
pemberian intensif bagi
developer / investor
dapat berupa :
1.Shopping Atrium
2.Shopping Korridorr
3.Public Atrium, dll

Anda mungkin juga menyukai