Anda di halaman 1dari 27

ETIKA DAN PERUNDANG -UNDANGAN

FARMASI

UUD Kelompok 10

Annisa Hayati 19405021001


Topan Firdaus 19405021004
Luthfah Meitiyawati Putri 19405021011
Indra Adi Kurnia 19405021024
Yusri Haniyah Aprilita 19405021052
Fitrotul Uyun 19405021058
PSIKOTROPIKA

Adalah obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang


berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku

Pengelola  APOTEKER
RUANG LINGKUP
BAB I Pasal 2 BAB I Pasal 3
Ruang lingkup Tujuan

• kegiatan yang Tujuan pengaturan di bidang psikotropika


adalah :
berhubungan dengan • a. menjamin ketersediaan psikotropika
psikotropika yang guna kepentingan pelayanan kesehatan
mempunyai potensi dan ilmu pengetahuan;
mengakibatkan • b. mencegah terjadinya
penyalahgunaan psikotropika;
sindrom • c. memberantas peredaran gelap
ketergantungan psikotropika.
Golongan psikotropika
Golongan I

Golongan II

Golongan III

Golongan III

COMPUTER REPAIR & SUPPORT


Pasal 4 PBOM Nomor 4 Tahun 2018
Pengadaan
Penerimaan
Penyimpanan
Penyerahan
Pengembalian
Pemusnahan
Pelaporan
Pengadaan
Instalasi Puskesmas
farmasi lain dalam
pemerintah satu
daerah kab/kota

PBF PUSKESMAS

RS /
klinik
Dengan
Disertai LPLPO yang persetujuan terulis
Apotek di ttd oleh APJ dan
kepala puskesmas
instalasi farmasi
pemerintah daerah
2 untuk pemasok

Rangkap 3

1 untuk arsip pribadi


surat pesanan

nama, bentuk
Terpisah dari obat sediaan, jumlah
lain (angka&huruf), isi
kemasan,
Jika permintaan tidak dapat melayani  buat surat penolakan pemesanan

Tidak dalam
jumlah eceran
Dokumentasi
Buat daftar SPMK/SPK
kebutuhan beserta daftar
obat dan jumlah
obat

Pengadaan
oleh
pemerintah
Arsip surat pesanan

Arsip Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat ( LPLPO)

Disimpan sekurang kurangnya 5


tahun berdasarkan nomor urut
surat pesanan

COMPUTER REPAIR & SUPPORT


Penerimaan

• Kebenaran nama produsen,


Insert the nama
Sub Title pemasok,
of Your nama Narkotika,
Presentation
Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi, jumlah, bentuk, kekuatan
sediaan, dan isi kemasan;
• Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
• Kesesuaian fisik barang dengan surat pesanan
• Jika sesuai  TTD beserta nama, SIPA, nama sarana
• Jika tidak sesuai  konfirmasi, buat berita cara, kembalikan
• DOKUMENTASI fraktur atau berita acara
Penyimpanan
Penyimpanan obat dan bahan obat harus :
• Dalam wadah asli
• Terpisah dari produk lain
• Narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan 
mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker
Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang
dikuasakan
• Dilengkapi dengan kartu stok  manual atau elektronik
• Melakukan stok opname sekurang-kurangnya 6 bulan sekali
Penyerahan
• Penyerahan hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter.
• Resep harus asli bukan fotokopi
• Resep dengan permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.
• Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika berdasarkan resep yang ditulis oleh
dokter yang berpraktek di provinsi yang sama dengan Apotek tersebut, kecuali resep
tersebut telah mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat
Apotek yang akan melayani resep tersebut.
• Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilarang mengulangi penyerahan obat atas dasar
resep yang diulang (iter) apabila resep aslinya mengandung Narkotika.
• Resep dan/ atau surat permintaan tertulis disimpan sekurangkurangnya selama 5
(lima) tahun berdasarkan urutan tanggal dan nomor urutan penerimaan resep.
Pengembalian
• Pengembalian Obat kepada pemasok harus dilengkapi
dengan dokumen serah terima pengembalian Obat yang
sah dan fotokopi arsip Faktur Pembelian.
• Setiap pengembalian Obat wajib dicatat dalam Kartu
Stok.
• Seluruh dokumen pengembalian harus terdokumentasi
dengan baik dan mampu telusur.
Pemusnahan
• Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab
wajib memastikan kemasan termasuk label obat yang akan
dimusnahkan telah dirusak.
• Pemusnahan Obat/Bahan Obat dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PERMENKES RI No.3 Tahun 2015

Pasal 37 Diproduksi tanpa


memenuhi standar
dan persyaratan
yang berlaku

Berhubungan
dengan tindak
Telah
pidana kadaluarsa

Tidak memenuhi
Dibatalkan syarat untuk
digunakan, termasuk
izin edarnya sisa penggunaan
Pemusnahan
Pasal 39

Tidak
mencemari Tidak
lingkungan membahayakan
kesehatan
masyarakat
Pasal 40 Pemusnahan
a. penanggung jawab menyampaikan surat pemberitahuan dan
permohonan saksi kepada:
• Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi
Farmasi Pemerintah Pusat
1.
• Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu
2. Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi

• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan


Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
3. Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat
• Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat permohonan
sebagai saksi.
• Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada huruf b.
• Bahan baku, produk antara, dan produk ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian
oleh petugas yang berwenang sebelum dilakukan pemusnahan.
• Sediaan obat jadi harus dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum
dilakukan pemusnahan.

COMPUTER REPAIR & SUPPORT


Pelaporan
• Pelaporan Pemasukan dan Penyerahan/Penggunaan Narkotika dan
Psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
Ekspor dan Impor
Impor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik
obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki
izin sebagai importir sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta lembaga
penelitian atau lembaga pendidikan.

Ekspor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik


obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki
izin sebagai eksportir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

COMPUTER REPAIR & SUPPORT


BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu Pencatatan Pasal 43

• Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek,


Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau dokter praktik perorangan
yang melakukan produksi, Penyaluran, atau Penyerahan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat pencatatan
mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.

COMPUTER REPAIR & SUPPORT


Industri Farmasi yang memproduksi wajib membuat, menyimpan,
dan menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi
setiap bulan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala
Badan

PBF yang melakukan penyaluran dalam bentuk obat jadi wajib membuat,
menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran setiap
bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala
Badan/Kepala Balai

Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan,


dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran dalam
bentuk obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
Kepala Badan

Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan


menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran dalam bentuk obat jadi
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat

COMPUTER REPAIR & SUPPORT


Ketentuan Pidana
Pasal 59

(1)Barangsiapa :
a. menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); atau
b. memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau
c. mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3); atau
d. mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan; atau
e. secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika golongan I; dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), dan paling
banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Daftar Pustaka
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA no 3 TAHUN. 2015.
Tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika,
dan prekursor farmasi.
• Peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 4 . 2018. Tentang pengawasan
pengelolaan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi di fasilitas
pelayanan kefarmasian.
• Undang-undang republik indonesia nomor 5. 1997 tentang psikotropika

COMPUTER REPAIR & SUPPORT


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai